Survei Jakarta Research Center (JRC) menunjukkan Partai Gerindra kokoh bertengger di puncak klasemen elektabilitas partai politik dengan elektabilitas tertinggi yakni 22,5 persen.
Peringkat kedua diduduki oleh PDIP dengan elektabilitas sebesar 16,7 persen disusul oleh Partai Golkar di tempat ketiga dengan elektabilitas 9,8 persen.
“Gerindra menggeser dominasi PDIP dengan mengokohkan posisi pada puncak klasemen elektabilitas partai politik,” kata Direktur Komunikasi JRC Alfian P dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.
Pada jajaran papan tengah, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diprediksi bakal melenggang ke Senayan dengan mengantongi elektabilitas 4,7 persen dan melampaui ambang batas parlemen yang dipatok pada angka 4 persen.
Menurut Alfian, lonjakan elektabilitas yang dialami Gerindra semakin mengafirmasi coattail effect sebagai partai utama dalam koalisi pengusung pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca juga: Partai Gerindra Bali kumpulkan puluhan ribu orang di Lapangan Renon
“Naiknya elektabilitas Gerindra sejalan dengan kenaikan elektabilitas Prabowo-Gibran,” ujarnya.
Faktor dukungan yang diberikan oleh Presiden Jokowi juga berkontribusi besar mengerek elektabilitas Prabowo-Gibran dan Gerindra.
Perpecahan Jokowi dengan elite PDIP membuat arah dukungan Jokowi bergeser kepada mantan rivalnya pada dua kali pemilu yang kemudian diangkat menjabat Menteri Pertahanan.
Tidak cukup dengan memasangkan putera sulungnya yang masih menjabat Wali Kota Solo, Jokowi juga berupaya mengamankan posisi legislatif dengan lolosnya PSI ke parlemen.
“Setelah Prabowo-Gibran menguasai eksekutif, di parlemen ada PSI yang diketuai Kaesang Pangarep,” kata Alfian.
Sejak dipimpin oleh putera Jokowi itu, elektabilitas PSI terdongkrak signifikan. Pada saat Kaesang baru masuk dan memimpin PSI pada September 2023, elektabilitas partai pengusung ideologi Jokowisme itu baru berkisar 1,5 persen.
Baca juga: Gerindra Bali yakin loloskan banyak calegnya efek dari Prabowo-Gibran
Elektabilitas PSI naik cukup tinggi menjadi 3,5 persen pada November 2023, hingga menembus 4,5 persen pada Januari 2024.
“Masuknya Kaesang memberi suntikan energi luar biasa bagi partai yang menggaungkan semangat anak-anak muda untuk tampil dalam politik,” tuturnya.
Survei JRC dilakukan pada 25-31 Januari 2024, secara tatap muka kepada 1.200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Berikut hasil lengkap elektabilitas partai-partai politik versi JRC, yakni Gerindra 22,5 persen, PDIP 16,7 persen, Golkar 9,8 persen, PKB 7,4 persen, Demokrat 5,2 persen, PKS 5,2 persen, Nasdem 5,0 persen, PAN 4,8 persen, dan PSI 4,7 persen.
Partai dengan suara di bawah ambang batas, diantaranya PPP 2,6 persen, Perindo 1,5 persen, Gelora 0,8 persen, Hanura 0,6 persen, PBB 0,4 persen, Ummat 0,3 persen, Garuda 0,1 persen, PKN 0,0 persen, dan Buruh 0,0 persen.
Responden yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab sebesar 11,4 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
Peringkat kedua diduduki oleh PDIP dengan elektabilitas sebesar 16,7 persen disusul oleh Partai Golkar di tempat ketiga dengan elektabilitas 9,8 persen.
“Gerindra menggeser dominasi PDIP dengan mengokohkan posisi pada puncak klasemen elektabilitas partai politik,” kata Direktur Komunikasi JRC Alfian P dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.
Pada jajaran papan tengah, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diprediksi bakal melenggang ke Senayan dengan mengantongi elektabilitas 4,7 persen dan melampaui ambang batas parlemen yang dipatok pada angka 4 persen.
Menurut Alfian, lonjakan elektabilitas yang dialami Gerindra semakin mengafirmasi coattail effect sebagai partai utama dalam koalisi pengusung pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca juga: Partai Gerindra Bali kumpulkan puluhan ribu orang di Lapangan Renon
“Naiknya elektabilitas Gerindra sejalan dengan kenaikan elektabilitas Prabowo-Gibran,” ujarnya.
Faktor dukungan yang diberikan oleh Presiden Jokowi juga berkontribusi besar mengerek elektabilitas Prabowo-Gibran dan Gerindra.
Perpecahan Jokowi dengan elite PDIP membuat arah dukungan Jokowi bergeser kepada mantan rivalnya pada dua kali pemilu yang kemudian diangkat menjabat Menteri Pertahanan.
Tidak cukup dengan memasangkan putera sulungnya yang masih menjabat Wali Kota Solo, Jokowi juga berupaya mengamankan posisi legislatif dengan lolosnya PSI ke parlemen.
“Setelah Prabowo-Gibran menguasai eksekutif, di parlemen ada PSI yang diketuai Kaesang Pangarep,” kata Alfian.
Sejak dipimpin oleh putera Jokowi itu, elektabilitas PSI terdongkrak signifikan. Pada saat Kaesang baru masuk dan memimpin PSI pada September 2023, elektabilitas partai pengusung ideologi Jokowisme itu baru berkisar 1,5 persen.
Baca juga: Gerindra Bali yakin loloskan banyak calegnya efek dari Prabowo-Gibran
Elektabilitas PSI naik cukup tinggi menjadi 3,5 persen pada November 2023, hingga menembus 4,5 persen pada Januari 2024.
“Masuknya Kaesang memberi suntikan energi luar biasa bagi partai yang menggaungkan semangat anak-anak muda untuk tampil dalam politik,” tuturnya.
Survei JRC dilakukan pada 25-31 Januari 2024, secara tatap muka kepada 1.200 responden mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error sekitar 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Berikut hasil lengkap elektabilitas partai-partai politik versi JRC, yakni Gerindra 22,5 persen, PDIP 16,7 persen, Golkar 9,8 persen, PKB 7,4 persen, Demokrat 5,2 persen, PKS 5,2 persen, Nasdem 5,0 persen, PAN 4,8 persen, dan PSI 4,7 persen.
Partai dengan suara di bawah ambang batas, diantaranya PPP 2,6 persen, Perindo 1,5 persen, Gelora 0,8 persen, Hanura 0,6 persen, PBB 0,4 persen, Ummat 0,3 persen, Garuda 0,1 persen, PKN 0,0 persen, dan Buruh 0,0 persen.
Responden yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab sebesar 11,4 persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024