Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali I Nyoman Gede Anom meminta agar sosialisasi penyebaran nyamuk wolbachia baik oleh pihak ketiga maupun oleh Kemenkes dilakukan secara menyeluruh dan tidak hanya di Denpasar dan Buleleng.

Menurut dia, sosialisasi yang hanya di Denpasar dan di Buleleng menjadi salah satu penyebab adanya penolakan dari masyarakat, sehingga penyebaran nyamuk itu menjadi tertunda.

“Pihak penyelenggara kalau bisa menyosialisasikan secara masif ke seluruh kabupaten/kota di Bali, bukan hanya di Denpasar dan Buleleng,” kata dia di Denpasar, Sabtu.

Diketahui bahwa rencana penyebaran nyamuk wolbachia telah lama digaungkan di Bali dengan sasaran awal hanya untuk Denpasar dan Buleleng. Namun Kepala Dinkes Bali menyadari bahwa pendapat masyarakat di luar wilayah tersebut tak boleh diabaikan.

“Kalau bisa seluruh masyarakat Bali tahu wolbachia itu apa. Tunggu saja bagaimana arahan Kemenkes dan yang penting sosialisasinya harus masif,” ujar Anom.

Baca juga: Kemenkes sebut penggunaan Wolbachia tak berpotensi timbulkan penyakit baru

Hingga saat ini dipastikan Pemprov Bali menunda penyebaran wolbachia yang semestinya disebar di Denpasar pada 13 November lalu lantaran muncul penolakan dari sejumlah masyarakat.

Selain karena kepada masyarakat di luar Denpasar dan Buleleng yang belum tersosialisasi sehingga mewaspadai dampak dari nyamuk yang diharapkan dapat menjinakkan nyamuk aedes aegipty itu, Anom melihat penyebab lain adalah kurangnya kajian yang dapat dijadikan acuan bahwa wolbachia tak berbahaya.

“Kita ada kajian dari UGM, tapi ada juga kajian dari Unair mempertanyakan. Kami ingin ahli-ahli itu buat kajian misalnya wolbachia itu bahaya atau baik dari semua ahli di Indonesia,” kata Kepala Dinkes Bali itu.

Baca juga: Kemenkes tegaskan Wolbachia tidak dapat hidup dalam tubuh manusia

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023