Singaraja (Antara Bali) - Tingginya gelombang yang terjadi di laut utara Bali memicu warga pesisir, khususnya Desa Anturan, Kecamatan/Kabupaten Buleleng, membuat tanggul pengaman darurat untuk mencegah masuknya air laur ke permukiman mereka.
"Tingginya gelombang laut yang mencapai dua meter sangat mengkhawatirkan, jika air laut itu sampai masuk ke permukiman masyarakat," kata Kepala Desa Anturan Gede Suradnyana, Jumat.
Ratusan masyarakat secara gotong royong membuat tanggul pengaman dari pasir yang dimasukkan ke dalam karung, kemudian ditumpuk, dengan harapan mampu menangkal masuknya air laut ke permukiman.
Tanggul pengaman darurat itu ditaruh di depan rumah masing-masing dan di tempat yang sering menjadi langganan genangan air laut.
Kadek Siwi, salah seorang warga setempat dengan menggunakan puluhan karung yang berisi pasir, berharap air laut tidak bisa masuk hingga ke rumah, karena sebelum membuat tanggul pengaman, tiga hari lalu air laut sempat masuk hingga ke halaman rumahnya.
Hal senada juga diungkapkan Nyoman Sandi dan Ketut Tirta selama tiga hari terakhir gelombang laut cukup tinggi hingga mencapai dua meter dan cuaca seperti ini biasanya terus berlanjut hingga bulan Maret.
Selain menggunakan bungkusan pasir untuk mengantisipasi masuknya air laut, beberapa warga juga menggunakan kayu untuk melapisi tanggul dari pasir itu agar lebih kuat. Sementara itu, akibat gelombang tinggi, jukung para nelayan yang semula disandarkan di pantai, kini terpaksa dimasukkan ke halaman rumah. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
"Tingginya gelombang laut yang mencapai dua meter sangat mengkhawatirkan, jika air laut itu sampai masuk ke permukiman masyarakat," kata Kepala Desa Anturan Gede Suradnyana, Jumat.
Ratusan masyarakat secara gotong royong membuat tanggul pengaman dari pasir yang dimasukkan ke dalam karung, kemudian ditumpuk, dengan harapan mampu menangkal masuknya air laut ke permukiman.
Tanggul pengaman darurat itu ditaruh di depan rumah masing-masing dan di tempat yang sering menjadi langganan genangan air laut.
Kadek Siwi, salah seorang warga setempat dengan menggunakan puluhan karung yang berisi pasir, berharap air laut tidak bisa masuk hingga ke rumah, karena sebelum membuat tanggul pengaman, tiga hari lalu air laut sempat masuk hingga ke halaman rumahnya.
Hal senada juga diungkapkan Nyoman Sandi dan Ketut Tirta selama tiga hari terakhir gelombang laut cukup tinggi hingga mencapai dua meter dan cuaca seperti ini biasanya terus berlanjut hingga bulan Maret.
Selain menggunakan bungkusan pasir untuk mengantisipasi masuknya air laut, beberapa warga juga menggunakan kayu untuk melapisi tanggul dari pasir itu agar lebih kuat. Sementara itu, akibat gelombang tinggi, jukung para nelayan yang semula disandarkan di pantai, kini terpaksa dimasukkan ke halaman rumah. (*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013