Jakarta (Antara Bali) - Presiden FIFA Sepp Blatter mengatakan, 'walk-out' dari lapangan pertandingan sebagai reaksi atas tindakan rasisme sebagaimana yang dilakukan para pemain AC Milan pekan lalu bukanlah solusi tepat untuk menghadapi masalah tersebut.
Pemain tengah asal Ghana, Kevin-Prince Boateng, memimpin rekan satu timnya melakukan 'walk-out' dari pertandingan persahabatan di Italia pada Kamis (3/1) dan menuai pujian dari para pemain serta politikus di seluruh dunia.
Presiden Milan, Silvio Berlusconi, bahkan kemudian mengatakan timnya akan memilih meninggalkan lapangan pertandingan di kemudian hari apabila mendapatkan perlakuan rasis, yang justru dikoreksi oleh Sepp Blatter melalui harian The National di Abu Dhabi dengan mengindikasikan sikap tersebut bukanlah sebuah solusi.
"Meninggalkan lapangan pertandingan? Tidak. Saya rasa bukan itu solusinya. Saya pikir anda tidak bisa melarikan diri, karena seringkali anda melarikan diri ketika anda kalah dalam sebuah pertandingan," kata Blatter.
"Isu ini sangat sensitif, namun sekali lagi saya katakan tidak ada toleransi terhadap rasisme di dalam stadion. Satu-satunya solusi adalah dengan sanksi yang tegas, semisal pengurangan poin atau semacamnya," ia menambahkan. (*/M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Pemain tengah asal Ghana, Kevin-Prince Boateng, memimpin rekan satu timnya melakukan 'walk-out' dari pertandingan persahabatan di Italia pada Kamis (3/1) dan menuai pujian dari para pemain serta politikus di seluruh dunia.
Presiden Milan, Silvio Berlusconi, bahkan kemudian mengatakan timnya akan memilih meninggalkan lapangan pertandingan di kemudian hari apabila mendapatkan perlakuan rasis, yang justru dikoreksi oleh Sepp Blatter melalui harian The National di Abu Dhabi dengan mengindikasikan sikap tersebut bukanlah sebuah solusi.
"Meninggalkan lapangan pertandingan? Tidak. Saya rasa bukan itu solusinya. Saya pikir anda tidak bisa melarikan diri, karena seringkali anda melarikan diri ketika anda kalah dalam sebuah pertandingan," kata Blatter.
"Isu ini sangat sensitif, namun sekali lagi saya katakan tidak ada toleransi terhadap rasisme di dalam stadion. Satu-satunya solusi adalah dengan sanksi yang tegas, semisal pengurangan poin atau semacamnya," ia menambahkan. (*/M038/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013