Anggota MPR RI sekaligus Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika meminta peternak babi di Provinsi Bali perlu dicarikan solusi menghadapi rendahnya harga jual babi dan tingginya pakan.

"Kita harus berusaha mencarikan solusi dan terobosan sehingga peternak babi bisa sejahtera. Selain itu, bagaimana bisa memutus mafia yang menyebabkan harga babi rendah," kata Pastika saat mengunjungi Kelompok Ternak Babi Sekardadi di Kabupaten Badung, Sabtu.

Kunjungan ke peternak babi di Desa Pangsan, Petang, Kabupaten Badung itu mengangkat Tema "Keberadaan Peternak Babi: Upaya Meningkatkan Perekonomian Rakyat".

Pada dialog yang berlangsung dengan suasana penuh keakraban ini Kelompok Ternak Babi Sekardadi yang beranggotakan 36 peternak menghadapi kendala harga babi yang rendah dan tingginya biaya pakan.

Pastika mengatakan tidak adil jika di tengah tingginya kebutuhan babi untuk pasar lokal, bangkitnya pariwisata, dan potensi ekspor, namun peternak dalam kondisi menderita.

Menurut dia, salah satu solusinya membentuk koperasi. Koperasi inilah yang akan bekerja sama dengan pemasok pakan, pembeli babi atau distribusi babi.
"Tentu dengan harga yang lebih baik bagi peternak," ujarnya.

Selain itu, Pastika menyarankan ke depan peternak agar tidak menjual produknya secara "gelondongan" dan mengadopsi teknologi modern sehingga semua bagian memiliki nilai ekonomis.

Dia mencontohkan Thailand yang sangat inovatif mengembangkan pertanian dan hasilnya banyak diserap pariwisata. "Pariwisata di sana tergantung pada pertanian sehingga pertanian tetap jalan. Untuk di Bali, daerah-daerah yang tidak berkembang pariwisatanya bisa mengembangkan sektor pertanian dalam arti luas," ucapnya.

Demikian pula, kata dia, hasil pertanian diolah sedemikian rupa sehingga bisa laku untuk industri pariwisata sehingga pariwisata tergantung pada pertanian.

Dalam kunjungannya itu, Mangku Pastika memuji kelompok ternak babi di Pangsan yang menerapkan cara-cara beternak cukup modern dengan kandang yang sangat bersih dan babi sehat.

Rata-rata anggota kelompok paling sedikit memelihara 10 ekor babi, bahkan ada yang sampai 60 ekor babi, bahkan anggota kelompok ada yang mengembangkan ternak berjumlah 20 ribu ekor.

Perwakilan Kelompok Ternak Babi Sekardadi, Kadek Setiawan mengatakan peternak sulit berkembang karena minimnya keuntungan yang diperoleh.

Dia menuturkan babi yang dipelihara lebih dari empat bulan untungnya paling Rp500 ribu, sedangkan pengeluaran terbesar pada pakan.

Selain itu, ujarnya, harga jual babi hidup sekitar Rp35 ribu per kilogram. Padahal idealnya Rp40 ribu/kg agar bisa menutup biaya produksi dan memberi keuntungan yang lebih baik kepada peternak.

"Peternak di sini sebelumnya telah melakukan terobosan dengan penjualan antarpulau ke Jawa. Namun terbentur izin. Di Badung belum ada izinnya sehingga kami 'numpang' melalui penyalur di Tabanan yang sudah ada izinnya," ujarnya.

Sementara itu, Nyoman Wirtana, peternak yang memelihara 60 ekor babi dan sejumlah indukan mengatakan potensi babi sangat besar dan waktu pemeliharaannya tidak terlalu lama.

Dengan jenis "landrace" yang dipelihara peternak, kata dia, babi unggul asal Denmark tersebut dapat cepat tumbuh dengan tubuh panjang dan besar.

"Namun, peternak menghadapi kendala harga pakan dan harga jual kepada pengepul. Para pengepul sudah memiliki jejaring sehingga mereka kompak hanya mau membeli dengan harga per kilogram maksimal Rp35 ribu, bahkan kadang dipermainkan dari sisi timbangan," katanya.

Untuk pakan babi, papar dia, para peternak di daerah ini masih menghadapi ketersediaan mesin pencampur pakan sehingga masih memanfaatkan jasa pengolahan pakan di Kabupaten Tabanan.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah Dapil Bali Made Mangku Pastika berfoto bersama anggota Kelompok Ternak Babi Sekardadi di Petang, Kabupaten Badung, Sabtu (27/5/2023). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.


 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Widodo Suyamto Jusuf


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023