Denpasar (Antara Bali) - Umat Islam di Pulau Serangan, Denpasar, melestarikan tradisi santap bersama bubur khas Asyura di masjid Assyuhada, Sabtu.

"Setiap tanggal 10 Muharram atau Asyura warga membawa bubur khas tersebut ke masjid ini, kemudian disantap bersama-sama," kata Mohadi selaku Kepala Lingkungan Kampung Bugis, Kelurahan Serangan.

Kampung Bugis merupakan permukiman muslim di Pulau Serangan. Di kampung itu terdapat masjid Assyuhada yang dibangun pada Abad XVII atau salah satu masjid tertua di Pulau Bali.

Menurut Mohadi, tradisi tersebut telah dilakukan sejak ratusan tahun lalu ketika pertama kali orang Bugis bersandar dan menetap di pulau yang kini telah menyatu dengan daratan Denpasar itu.

Sebelumnya, warga Kampung Bugis juga menggelar ritual "Megelicik" atau mengarak kitab suci Al Quran di kampung itu. Al Quran yang ditulis pada Abad XVII itu diarak dengan melewati empat sudut kampung karena memang kampung itu berbentuk persegi panjang.

"Inti dari ritual-ritual itu untuk memohon berkah dan keselamatan, itu semacam tolak bala," katanya.

Mohadi menjelaskan bahwa ritual tersebut memiliki kemiripan dengan ritual yang juga dilakukan umat Hindu yakni "Mepeed" atau ritual adat keliling desa.

Meski berada di desa dengan mayoritas beragama Hindu, kerukunan antarumat beragama di Pulau Serangan sudah terjalin sejak ratusan tahun dan hingga saat ini keduanya terjalin harmonis.

"Tak jarang warga di sini malah menginginkan agar "Magelicik" itu tak hanya diarak di sekitar kampung saja, tetapi ke seluruh kawasan desa. Kamipun saling dukung apabila ada upacara keagamaan," ujar Mohadi.

Senada dengan Mohadi, Ustaz Abu Manshur menyatakan bahwa ritual mengarak Al Quran kuno itu merupakan tradisi leluhur yang hingga saat ini masih dilestarikan.

Dalam ritual itu biasanya diselingi dengan selawat dan doa-doa. Setalh ritual mengarak kitab suci, pada hari ke-10 bulan Muharram itu, umat Islim berdoa di masjid dan menyantap bubur Asyuro bersama-sama.

"Itu erat kaitannya dengan peristiwa-peristiwa penting yang dialami para Nabi, seperti banjir bandang pada zaman Nabi Nuh," ujar Abu Manshur. (DWA.M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012