Denpasar (Antara Bali) - Buku yang mengurai benang kusut "selingkuh" industri dan kampanye tembakau oleh kapitalisme global diluncurkan di Denpasar, Rabu petang.

"Dalam buku ini memberikan gambaran terang bagi kita tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi dan pada akhirnya bagaimana posisi Indonesia, sebagai sebuah entitas negara penghasil tembakau, yang masyarakatnya mengkonsumsi produk tembakau, yang memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional, di dalam pertarungan global," kata Okta Pinanjaya yang menjadi penulis buku pada acara peluncuran bukunya.

Buku berjudul "Muslihat Kapitalis Global: Selingkuh Industri Farmasi dengan Perusahaan Rokok AS" itu menceritakan bahwa sebenarnya perang tembakau secara global sudah berlangsung lama, bahkan sejak Perang Dunia.

"Kini kelompok yang menamakan diri anti-rokok semakin kuat menancapkan kukunya, lewat berbagai regulasi yang dibuat di sejumlah negara. Regulasi-regulasi itu turut didorong oleh Badan Kesehatan Dunia WHO, terutama lewat Framework Convention on Tobacco Control atau FCTC," ucapnya yang menulis buku bersama Waskito Giri Sasongko itu.

Sayangnya, ucap dia, tidak serta-merta apa yang ada di dalam FCTC itu bertujuan mulia demi kesehatan. Menurut Okta, ada tujuan-tujuan terselubung di balik upaya pengendalian tembakau di seluruh dunia, yang muaranya adalah sebuah pertarungan kapitalis global untuk memperebutkan pasar tembakau.

"Kemudian, ditengah gencarnya kampanye global anti-tembakau oleh rezim kesehatan yang juga di ikuti oleh rezim tembakau, industri farmasi mulai masuk ke dalam era baru perlombaan riset dan pengembangan teknologi. Besarnya angka konsumen tembakau (rokok) dunia di tengah-tengah euforia anti-tembakau, menciptakan `emerging market` bagi strategi diversifikasi produknya dengan menghadirkan Nicotine Replacement Therapy (NRT) untuk memenuhi permintaan berhenti merokok.

Tidak berhenti sampai di situ, korporasi-korporasi tembakau juga ikut dalam perlombaan ini, lewat pendirian divisi-divisi riset khusus tembakau dan juga konsolidasi Merger & Acquisition terhadap perusahaan-perusahaan farmasi yang bukan saja memanfaatkan tembakau sebagai produk farmasi, namun dengan pendekatan teknologi yang sama, mempertahankan tradisi rokok yang bebas isu kesehatan.

Okta melihat fakta itu sebagai ancaman sekaligus potensi, bahwa tembakau tidak semata-mata ditempatkan sebagai musuh kesehatan manusia, tetapi juga ditempatkan sebagai dewa penyelamat.

Pada peluncuran ini sekaligus dilakukan bedah buku dengan pembicara Okta Pinanjaya (penulis buku), Wilson (sejarawan), dan Dr Tjokorda Udiana Nindhia Pemayun (budayawan).

Buku setebal 197 halaman ini diterbitkan oleh Indonesia Berdikari tahun 2012 dan cetakan pertama sebanyak 1.000 eksemplar.(LHS)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012