Asosiasi Kebun Binatang Asia Tenggara (South East Asian Zoos and Aquariums Association/ SEAZA) membahas masa depan lembaga konservasi satwa yang lebih baik melalui penyelenggaraan konferensi di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali.

"Dalam konferensi ini kami saling berdiskusi dan berbagi, serta membangun jejaring demi masa depan lembaga konservasi satwa yang lebih baik," kata Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia, Rahmat Shah, di Badung, Senin.

Konferensi ke-30 SEAZA itu mengusung tema “Stronger Together, For Sustainable Conservation & Eco-Tourism” yang mencerminkan semangat bersama dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19 selama dua tahun terakhir.

Ia mengatakan dunia bisa belajar kebersamaan dan semangat bangkit sebagai kunci kekuatan menuju masa depan yang cerah. Karena pandemi global tidak hanya berdampak pada manusia, tetapi juga mempengaruhi semua sektor termasuk dunia usaha kepariwisataan yang berdampak juga pada kondisi lembaga konservasi.

"Namun kewajiban dan tanggung jawab merawat dan melestarikan satwa ada di pundak kami semua," katanya.

Baca juga: TCEC akan mengenalkan konservasi penyu di Bali ke delegasi G20

Ia menjelaskan Bali dipilih sebagai tempat konferensi organisasi kebun binatang regional se-Asia Tenggara yang beranggotakan lembaga konservasi serta kebun binatang di Asia Tenggara itu karena memiliki pemandangan alam, tradisi, seni dan budaya yang indah.

Selama kegiatan konferensi di "Pulau Dewata" itu akan ada 10 anggota PKBSI di Bali yang bisa dijadikan pilihan bagi para peserta konferensi SEAZA untuk dikunjungi sekaligus sebagai tempat studi.

"Setiap tahun, SEAZA menyelenggarakan konferensi tahunan yang dihadiri anggota dan delegasi berbagai kebun binatang dari negara di Asia, Amerika, Timur Tengah, Australia dan Eropa. Tahun ini, kami dipercaya menjadi pelaksana konferensi dan kami memilih Bali yang sudah berpengalaman menjadi tuan rumah kegiatan besar berskala internasional," kata Rahmat Shah.

Chair of Animal Welfare & Ethics sekaligus Organizing Committee of 30th SEAZA Conference, Willem Manansang menambahkan konferensi itu diikuti oleh 174 partisipan yang datang dari 20 negara.

Baca juga: 24 penyu hasil konservasi dipersembahkan warga Bali untuk G20

Negara-negara tersebut diantaranya adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Myanmar, Vietnam, Singapura, Taiwan, Thailand, Hongkong, Jepang, Australia, Afrika Selatan dan Inggris.

"Para peserta saling berbagi pengalaman, pengetahuan, dan keberhasilan yang dilalui termasuk bagaimana strategi dalam menghadapi krisis pandemi COVID-19," demikian Willem Manandang.

video oleh Pande Yudha




 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perkembangan lembaga konservasi dibahas pada konferensi SEAZA di Bali

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022