Kuta (Antara Bali) - Presiden Jaringan Produsen Vaksin Negara-Negara Berkembang (DCVMN) Mahendra Suhardono menyatakan, vaksin bukan sekadar komoditas perdagangan, melainkan lebih sebagai produk yang sangat dibutuhkan untuk pencegahan penyakit menular.

"Saya harapkan negara anggota bersinergi untuk mengembangkan vaksin bagi kepentingan kemanusiaan karena vaksin harus dirasakan manfaatnya oleh segenap umat manusia, khususnya di negara-negara berkembang," katanya kepada wartawan seusai penutupan pertemuan tahunan DCVMN ke-13 di Kuta, Bali, Jumat.

Menurut dia, ke depan 14 negara berkembang yang menjadi anggota dalam DCVMN dapat bersinergi dan meningkatkan kerja sama dalam mengembangkan vaksin baru dalam jumlah yang banyak dengan harga yang terjangkau.

PT Bio Farma sendiri, lanjut Mahendra, akan memproduksi vaksin terbaru, yakni "pentavalent" yang berisi lima antigen sekaligus, di antaranya Difteri Tetanus Pertusis (DTP), Hepatitis B dan Haemaphilus Influeanza tipe B (Hib), yang berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit meningitis dan pneumonia (radang selaput otak) pada balita.

"Kita sedang membuat pabrik untuk vaksin itu. Tahun depan akan diprakualifikasi WHO dan akan dipakai untuk kebutuhan Indonesia," katanya.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi itu pun telah banyak menjalin kerja sama dengan beberapa produsen vaksin dari beberapa negara berkembang lain di antaranya dari India dan Afrika Selatan.

Pihaknya juga menyatakan akan memperkuat kerja sama untuk memperbanyak vaksin yang sudah dimiliki dan menciptakan vaksin baru melalui transfer teknologi.

Direktur Produksi Bio Farma itu mengatakan bahwa akses teknologi menjadi salah satu tantangan ke depan bagi negara berkembang untuk bisa memproduksi vaksin baru di negaranya sendiri.

"Harus dicari jalan keluar terkait akses teknologi agar negara anggota DCVMN bisa memproduksi banyak vaksin baru lagi sehingga tidak membeli saja," ujar Mahendra.

Meskipun demikian, menurut dia, Indonesia patut berbangga karena Bio Farma yang merupakan satu-satunya industri vaksin di dalam negeri telah mampu memproduksi vaksin yang banyak dibutuhkan di berbagai negara.

Produsen vaksin yang kini berusia 122 tahun itu saat ini telah mengekspor vaksin ke 117 negara dengan harga yang terjangkau namun dengan kualitas terjamin karena telah mendapatkan prakualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).(DWA/M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012