Pemerintah Indonesia dalam pertemuan Global Forum on Digital Agriculture Transformation, yang merupakan side event G20, di Bali, Selasa, mengajak negara anggota G20 bekerja sama mengembangkan pertanian digital.
Menteri Pertanian Republik Indonesia Syahrul Yasin Limpo yang mewakili Pemerintah Indonesia saat membuka acara menyampaikan teknologi dan digitalisasi merupakan masa depan sektor pertanian, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia.
“Pada era Industri 4.0 saat ini, kegiatan pertanian tidak lagi mengandalkan kerja manual, tetapi menggabungkan mekanisasi dengan teknologi digital yang dapat mengkondisikan usaha budi daya pertanian menjadi lebih presisi,” kata Syahrul Yasin Limpo di hadapan delegasi G20 Agriculture Ministers Meeting (AMM) dan perwakilan dari organisasi asing seperti FAO, IFAD, CGIAR, GIZ, dan MAFF-Jepang.
Oleh karena itu, Menteri Pertanian berharap Global Forum tentang Transformasi Pertanian Digital, yang mengawali rangkaian G20 AMM, dapat menjadi ajang untuk berbagi pengalaman dan pandangan, serta kesempatan untuk menjajaki peluang bekerja sama sebagaimana tema besar kepemimpinan/presidensi Indonesia di G20, “Recover Together, Recover Stronger”.
Baca juga: Mentan dukung kerja P4S agar pertanian berkembang
“Kita tidak lagi bicara atas nama bangsa sendiri, tetapi harus bicara atas nama bangsa dunia, atas nama G20. Mari kita bicarakan hal/hal yang bisa mempersatukan. Semua perbedaan semestinya bisa disatukan dalam waktu singkat,” kata dia.
Global Forum tentang Transformasi Pertanian Digital membahas sejumlah strategi yang ditempuh negara anggota G20 untuk mempercepat kewirausahaan kelompok perempuan dan anak muda.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi, yang merupakan penanggung jawab Global Forum, menyampaikan keterlibatan anak muda menjadi perhatian dalam sesi diskusi, karena itu dapat meningkatkan produktivitas sektor pertanian.
“Kami saat ini berupaya bisa memahami karakteristik kelompok anak muda, termasuk perempuan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif serta mencarikan metode terbaik untuk mengasah bakat mereka dalam bertani,” kata Dedi.
Ia pun menyampaikan pihaknya memaksimalkan pertemuan seperti Global Forum untuk menggali strategi dan pandangan dari negara lain dalam menggunakan teknologi digital untuk memperkuat peran perempuan dan anak muda di sektor pertanian.
Baca juga: Global Forum tentang Pertanian Digital awali rangkaian AMM G20 di Jimbaran
Dalam pertemuan itu, selain Menteri Pertanian RI yang menyampaikan pidato kuncinya (keynote speech), ada pula Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) Qu Dongyu.
Sementara itu, beberapa perwakilan negara G20 yang menyampaikan pandangannya di Global Forum, yaitu Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Vahit Kirisci, Menteri Pertanian dan Agripangan Kanada Marie-Claude Bibeau, Wakil Menteri Pertanian Amerika Serikat Jewel H. Bronaugh, Direktur Jenderal Kebijakan Internasional Kementerian Pertanian Italia Luigi Polizzi, dan Wakil Menteri Pertanian Afrika Selatan Rosemary Nokuzola.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Menteri Pertanian Republik Indonesia Syahrul Yasin Limpo yang mewakili Pemerintah Indonesia saat membuka acara menyampaikan teknologi dan digitalisasi merupakan masa depan sektor pertanian, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia.
“Pada era Industri 4.0 saat ini, kegiatan pertanian tidak lagi mengandalkan kerja manual, tetapi menggabungkan mekanisasi dengan teknologi digital yang dapat mengkondisikan usaha budi daya pertanian menjadi lebih presisi,” kata Syahrul Yasin Limpo di hadapan delegasi G20 Agriculture Ministers Meeting (AMM) dan perwakilan dari organisasi asing seperti FAO, IFAD, CGIAR, GIZ, dan MAFF-Jepang.
Oleh karena itu, Menteri Pertanian berharap Global Forum tentang Transformasi Pertanian Digital, yang mengawali rangkaian G20 AMM, dapat menjadi ajang untuk berbagi pengalaman dan pandangan, serta kesempatan untuk menjajaki peluang bekerja sama sebagaimana tema besar kepemimpinan/presidensi Indonesia di G20, “Recover Together, Recover Stronger”.
Baca juga: Mentan dukung kerja P4S agar pertanian berkembang
“Kita tidak lagi bicara atas nama bangsa sendiri, tetapi harus bicara atas nama bangsa dunia, atas nama G20. Mari kita bicarakan hal/hal yang bisa mempersatukan. Semua perbedaan semestinya bisa disatukan dalam waktu singkat,” kata dia.
Global Forum tentang Transformasi Pertanian Digital membahas sejumlah strategi yang ditempuh negara anggota G20 untuk mempercepat kewirausahaan kelompok perempuan dan anak muda.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi, yang merupakan penanggung jawab Global Forum, menyampaikan keterlibatan anak muda menjadi perhatian dalam sesi diskusi, karena itu dapat meningkatkan produktivitas sektor pertanian.
“Kami saat ini berupaya bisa memahami karakteristik kelompok anak muda, termasuk perempuan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif serta mencarikan metode terbaik untuk mengasah bakat mereka dalam bertani,” kata Dedi.
Ia pun menyampaikan pihaknya memaksimalkan pertemuan seperti Global Forum untuk menggali strategi dan pandangan dari negara lain dalam menggunakan teknologi digital untuk memperkuat peran perempuan dan anak muda di sektor pertanian.
Baca juga: Global Forum tentang Pertanian Digital awali rangkaian AMM G20 di Jimbaran
Dalam pertemuan itu, selain Menteri Pertanian RI yang menyampaikan pidato kuncinya (keynote speech), ada pula Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) Qu Dongyu.
Sementara itu, beberapa perwakilan negara G20 yang menyampaikan pandangannya di Global Forum, yaitu Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Vahit Kirisci, Menteri Pertanian dan Agripangan Kanada Marie-Claude Bibeau, Wakil Menteri Pertanian Amerika Serikat Jewel H. Bronaugh, Direktur Jenderal Kebijakan Internasional Kementerian Pertanian Italia Luigi Polizzi, dan Wakil Menteri Pertanian Afrika Selatan Rosemary Nokuzola.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022