Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Nyoman Gede Anom mengatakan bahwa seluruh rumah sakit pemerintah di Pulau Dewata akan membuka layanan kesehatan tradisional untuk menarik minat wisatawan.
"Ini (layanan kesehatan tradisional, red) bisa jadi daya tarik wisata, karena sebagian besar dunia sudah beralih ke obat herbal. Kita ada wisata medis dan wisata kebugaran, kebugaran ini seperti spa, akupuntur, termasuk kuliner sehat itu masuk tradisional," kata Anom di Denpasar, Senin.
Layanan kesehatan tradisional seperti akupuntur, akupresur, prana, tusuk jarum dan lainnya ditujukan untuk mengembangkan pariwisata Bali yang berkualitas ke depan.
"Wisatawan tidak hanya menikmati keindahan Pulau Dewata, tapi juga berobat ke Bali. Yang kedua, untuk masyarakat kita yang mau berobat ke luar tidak perlu lagi karena sudah dilayani," ujar Kadinkes Bali.
Kepada media, Anom menuturkan bahwa layanan kesehatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman organik sebagai obat ini telah banyak dipraktikkan di negara lain, bahkan beberapa negara tak lagi memanfaatkan obat kimia.
Hal ini yang menjadi tugas bagi pihaknya untuk mengenalkan masyarakat tentang pelayanan kesehatan tradisional yang sebelumnya telah dibuka di enam rumah sakit di Bali.
"Saat ini sudah ada enam rumah sakit yang membuka layanan pengobatan tradisional. Ada RS Prof Ngurah, RS Bali Mandara, RS Wangaya, RS Bangli, Klungkung, dan Payangan Gianyar. Untuk 120 puskesmas juga sudah melayani," kata dia menyebutkan.
Dengan itu, untuk melengkapi program yang digencarkan Gubernur Bali dalam mengembangkan warisan leluhur berupa pengobatan dengan hampir 3.000 tanaman obat yang dapat diolah di Bali, ia memastikan untuk mengembangkan pelayanan ini di seluruh rumah sakit pemerintah di Bali.
"Untuk rumah sakit pemerintah yang belum ada fasilitas ini adalah Tabanan, Badung, Buleleng, Karangasem, dan Jembrana. Pertengahan Oktober kami akan mengadakan pelatihan khusus untuk nakes untuk pengobatan tradisional," ujar Anom.
Baca juga: Gubernur Koster minta Puskesmas dan RS layani kesehatan tradisional
Setelah pelatihan yang rencananya terlaksana sepekan berlangsung, pihaknya akan mengeluarkan sertifikat sebagai penanda operasional yang dijadwalkan secara serentak paling lambat 12 November 2022 bersama dengan Hari Kesehatan Nasional.
Terkait pelayanannya ketika program ini berlangsung, Anom menegaskan bahwa yang terlibat di dalamnya hanya dokter atau tenaga kesehatan, karena hanya layanan bersifat komplementer yang dapat memasuki rumah sakit.
"Beda dengan balian (pemilik kekuatan gaib) kalau ala Bali itu pangusada. Itu empiris, pengobatan turun temurun yang sudah diakui. Itu masuk tradisional juga tapi tidak boleh ada di rumah sakit. Ada namanya griya sehat, itu di luar rumah sakit, mereka bisa buka disana," ujarnya.
Untuk ketersediaan obat-obatan dalam layanan kesehatan tradisional, Gede Anom mengatakan bahwa pengembangan pengolahan tanamannya terus berlangsung di Bangli, Karangasem, dan Tabanan.
Obat-obatan tradisional tersebut kemudian akan dikemas ke dalam bentuk kapsul, obat minum, maupun serbuk, dengan pengembangan yang terus dilakukan hingga mampu menyediakan obat bagi seluruh jenis penyakit.
Baca juga: Gubernur Bali siapkan layanan kesehatan berbasis daring
Sementara itu secara teknis, Kadinkes Bali menjelaskan apabila masyarakat ingin berobat ke layanan kesehatan tradisional dapat menyampaikan ke tiap-tiap fasilitas kesehatan yang menyediakan.
"Nanti pasien bisa memilih di front office rumah sakit, tidak ada paksaan sehingga dapat memilih medis atau tradisional, dan nanti bisa juga dari medis diarahkan ke tradisional tergantung SOP rumah sakit," kata Anom.
Terkait pembayarannya, hingga kini layanan kesehatan tradisional belum termasuk di dalam BPJS Kesehatan, menurut Anom hal ini yang akan diajukan ke depan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Ini (layanan kesehatan tradisional, red) bisa jadi daya tarik wisata, karena sebagian besar dunia sudah beralih ke obat herbal. Kita ada wisata medis dan wisata kebugaran, kebugaran ini seperti spa, akupuntur, termasuk kuliner sehat itu masuk tradisional," kata Anom di Denpasar, Senin.
Layanan kesehatan tradisional seperti akupuntur, akupresur, prana, tusuk jarum dan lainnya ditujukan untuk mengembangkan pariwisata Bali yang berkualitas ke depan.
"Wisatawan tidak hanya menikmati keindahan Pulau Dewata, tapi juga berobat ke Bali. Yang kedua, untuk masyarakat kita yang mau berobat ke luar tidak perlu lagi karena sudah dilayani," ujar Kadinkes Bali.
Kepada media, Anom menuturkan bahwa layanan kesehatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman organik sebagai obat ini telah banyak dipraktikkan di negara lain, bahkan beberapa negara tak lagi memanfaatkan obat kimia.
Hal ini yang menjadi tugas bagi pihaknya untuk mengenalkan masyarakat tentang pelayanan kesehatan tradisional yang sebelumnya telah dibuka di enam rumah sakit di Bali.
"Saat ini sudah ada enam rumah sakit yang membuka layanan pengobatan tradisional. Ada RS Prof Ngurah, RS Bali Mandara, RS Wangaya, RS Bangli, Klungkung, dan Payangan Gianyar. Untuk 120 puskesmas juga sudah melayani," kata dia menyebutkan.
Dengan itu, untuk melengkapi program yang digencarkan Gubernur Bali dalam mengembangkan warisan leluhur berupa pengobatan dengan hampir 3.000 tanaman obat yang dapat diolah di Bali, ia memastikan untuk mengembangkan pelayanan ini di seluruh rumah sakit pemerintah di Bali.
"Untuk rumah sakit pemerintah yang belum ada fasilitas ini adalah Tabanan, Badung, Buleleng, Karangasem, dan Jembrana. Pertengahan Oktober kami akan mengadakan pelatihan khusus untuk nakes untuk pengobatan tradisional," ujar Anom.
Baca juga: Gubernur Koster minta Puskesmas dan RS layani kesehatan tradisional
Setelah pelatihan yang rencananya terlaksana sepekan berlangsung, pihaknya akan mengeluarkan sertifikat sebagai penanda operasional yang dijadwalkan secara serentak paling lambat 12 November 2022 bersama dengan Hari Kesehatan Nasional.
Terkait pelayanannya ketika program ini berlangsung, Anom menegaskan bahwa yang terlibat di dalamnya hanya dokter atau tenaga kesehatan, karena hanya layanan bersifat komplementer yang dapat memasuki rumah sakit.
"Beda dengan balian (pemilik kekuatan gaib) kalau ala Bali itu pangusada. Itu empiris, pengobatan turun temurun yang sudah diakui. Itu masuk tradisional juga tapi tidak boleh ada di rumah sakit. Ada namanya griya sehat, itu di luar rumah sakit, mereka bisa buka disana," ujarnya.
Untuk ketersediaan obat-obatan dalam layanan kesehatan tradisional, Gede Anom mengatakan bahwa pengembangan pengolahan tanamannya terus berlangsung di Bangli, Karangasem, dan Tabanan.
Obat-obatan tradisional tersebut kemudian akan dikemas ke dalam bentuk kapsul, obat minum, maupun serbuk, dengan pengembangan yang terus dilakukan hingga mampu menyediakan obat bagi seluruh jenis penyakit.
Baca juga: Gubernur Bali siapkan layanan kesehatan berbasis daring
Sementara itu secara teknis, Kadinkes Bali menjelaskan apabila masyarakat ingin berobat ke layanan kesehatan tradisional dapat menyampaikan ke tiap-tiap fasilitas kesehatan yang menyediakan.
"Nanti pasien bisa memilih di front office rumah sakit, tidak ada paksaan sehingga dapat memilih medis atau tradisional, dan nanti bisa juga dari medis diarahkan ke tradisional tergantung SOP rumah sakit," kata Anom.
Terkait pembayarannya, hingga kini layanan kesehatan tradisional belum termasuk di dalam BPJS Kesehatan, menurut Anom hal ini yang akan diajukan ke depan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022