Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali Anak Agung Ngurah Agung Agra Putra menyebut tak akan ada kepanikan terkait isu kenaikan harga mie instan.

"Kembali lagi, bahwa mie itu bukan bahan pokok dan melainkan adalah barang subtitusi dari makanan pokok kita, sepertinya tidak akan sampai ada kepanikan berbelanja di masyarakat," kata Agra di Denpasar, Kamis.

Isu soal kenaikan harga mie instan hingga tiga kali lipat ini muncul dari pernyataan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo (8/8) yang meminta masyarakat berhati-hati akan adanya kenaikan harga mie instan yang berbahan gandum itu.

Kenaikan itu disebut-sebut sebagai dampak dari adanya perang Rusia-Ukraina. Namun demikian, Ketua Aprindo Bali menyampaikan bahwa kenaikan harga mie instan merupakan hal yang lumrah, meski kenaikan itu sendiri belum jelas.

"Kalau kenaikan harga memang lumrah terjadi, tidak hanya kali ini saja. Tetapi untuk yang ini mungkin perlu menjadi perhatian akibat perang Rusia-Ukraina yang dapat menyebabkan tersendatnya pasokan gandum," ujar Agra kepada media.

Baca juga: Mendag jamin tak ada kenaikan harga mie hingga 3 kali lipat

Menurutnya, apabila harga mie instan melambung tinggi, masyarakat akan beralih mencari substitusi produk gandum sehingga dampaknya tak akan begitu terasa.

Kendati harga mie instan belum melambung tinggi, pedagang pasar dan retail di Bali mengaku telah merasakan kenaikan harga sedikit demi sedikit.

"Sudah naik segala macam mie, mie kuning duluan naik Rp500 per bungkus, jadi Rp10 ribu per dus. Untuk mie yang lebar sekarang bisa Rp20 ribu per dus," kata salah satu pedagang sembako di Pasar Katrangan Denpasar, Ni Made Kartini (41).

Sementara itu mie instan jenis goreng kini dijualnya dengan harga Rp3.500 dari yang sebelumnya Rp3.000, sedangkan mie rebus masih di angka Rp3.000 sehingga dalam satu dusnya, ia membeli kepada distributor seharga Rp110 ribu dari yang sebelumnya Rp100 ribu.

"Sekarang berkurang ngambilnya, biasanya nyari dua dus, sekarang satu dus saja lama habisnya. Untuk kenaikan dari distributor kalau akan naik pasti sebelumnya diberitahu mau naik," kata Kartini di Denpasar.

Baca juga: Makan mi instan berlebihan picu risiko kanker

Pegawai salah satu retail di Denpasar Timur justru mengatakan tak ada dampak buruk terkait kenaikan harga tipis ini. Di toko yang dikelolanya, belum ada pembeli yang mengeluh atas kenaikan harga yang terjadi, sehingga pengurangan stok juga tidak dilakukan.

"Hampir sebulan sekali naik, harga jual sekarang masih Rp3.000 untuk mie instan goreng dan rebus kuah. Ini harga tertinggi yang pernah kami jual," kata pegawai ritel bernama Made Suarta (44), Kamis.

Ia mengaku belum pernah mendengar isu adanya kenaikan harga hingga tiga kali lipat, meski demikian Suarta mengaku ritel tempatnya bekerja umumnya akan menunggu respon pembeli apabila kenaikan tajam ini benar terjadi.

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022