Di awal bulan Agustus 2022 semarak menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia mulai terasa di Kota Denpasar, agenda rutin para pedagang bendera merah putih di Bali salah satunya.
Tak kurang dari lima lapak pedagang bendera merah putih dengan bentuk dan jenis beragam terpampang di tepi jalan WR. Supratman, beberapa diantaranya bahkan telah menggelar barang dagangannya sejak penghujung Juli 2022.
Salah satu pedagang bernama Yayan Rusdiana (42) asal Bandung bahkan datang ke Pulau Dewata sengaja untuk berjualan bendera merah putih rutin setiap menjelang 17 Agustus.
"Tahun ke tahun jualan di sini, tapi tahun kemarin tidak ke sini karena ada COVID-19, mulai sekarang aktif lagi. Saya asli Bandung, ke sini jualan bendera saja, setelah jualan bendera balik lagi," kata pedagang tersebut.
Sejak 2007 silam, Yayan bersama 10 pedagang lainnya rutin datang ke Bali untuk mencari rezeki lewat penjualan bendera merah putih yang dihargai Rp5 ribu-Rp400 ribu, dengan variasi bendera kecil yang kerap terpasang di sepeda motor atau mobil, bendera untuk dikibarkan di rumah-rumah, bendera untuk latar foto, hingga umbul-umbul.
Yayan mengatakan saat ini jualannya terpantau belum seramai sebelum pandemi, dua tahun lalu ia dapat mengantongi untung bersih hingga Rp7 juta, namun kini diprediksi lapaknya baru ramai sekitar 8-16 Agustus 2022.
Masyarakat yang menghampiri lapaknya juga tak dapat diprediksi, sejauh ini dagangannya paling sering didatangi pembeli sekitar pukul 13.00 WITA atau saat waktu makan siang, sehingga guna menggaet pembeli lebih banyak lagi Yayan berjualan sejak pukul 7.00 WITA hingga petang.
Berjualan bendera merah putih di Bali disebutnya sebagai usaha yang masih menjanjikan. Sejauh ini pembeli langganan Yayan berasal dari kalangan pemerintah, kantoran, sekolah, hingga rumah tangga.
"Pembelinya sih kebanyakan pemerintah, lalu sekolah dan kantoran. Kalau pemerintah kantoran belinya hingga kodi, tapi kalau rumahan satuan," kata Yayan kepada media di Denpasar.
Sejalan dengan pembelian dalam jumlah besar, pemerintah melalui arahan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) bersama dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Badan Kesbangpol Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh lndonesia tengah menyelenggarakan Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih.
Gerakan ini diinisiasi dalam rangka menyemarakkan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-77. Tak hanya pemerintah, penggalangan secara pribadi, kelompok, organisasi dan swasta turut berpartisipasi, sehingga melalui ini para pedagang turut terimbas.
Yayan dengan modal Rp4 juta yang digunakannya berjualan di Bali berharap dagangannya laku terjual seperti sebelum pandemi. Harapan yang sama turut diinginkan pedagang bendera merah putih asli Bali, I Made Dekron (29).
Dekron yang sehari-hari berjualan koran di kios mininya juga menjajal usaha sampingan berjualan bendera di momen jelang HUT ke-77 Republik Indonesia. Usaha sambilan ini telah ia tekuni sejak 2015, dengan tetap membuka kios sambil memajang bendera merah putih dari bahan plastik hingga kain, bendera kipas, kober dan umbul-umbul.
"Biasanya sehari-hari jual koran, pada musim sekarang ini menjelang Agustus-an jual bendera sebagai tambahan supaya ikut menyemarakkan hari kemerdekaan," kata pedagang asal Kabupaten Gianyar tersebut.
Dekron mematok harga bendera yang ia jual seharga Rp2 ribu hingga Rp300 ribu, dengan jajaran dagangan paling laku adalah bendera ukuran 90x90 centimeter.
"Mungkin sekarang kegiatan masyarakat sudah mulai melonggar, nah ekonomi sudah mulai merangkak kemungkinan ada perkembangannya daripada tahun lalu," ujar Dekron.
Tahun sebelumnya ia hanya mampu menjual 5 kodi bendera, namun dirinya optimis pada tahun ini dengan adanya kelonggaran kebijakan pemerintah maka pembelinya akan kembali.
"Sekarang warga sudah mulai kerja, kegiatan sudah mulai, anak-anak mulai sekolah, penyambutan 17 Agustus sekarang lebih semarak sepertinya. Optimis meningkat lah, karena masyarakat ada jiwa nasionalisme," ujarnya yakin.
Sementara itu masyarakat yang dijumpai di sekitar lapak menyebut pentingnya makna bendera saat bulan kemerdekaan.
"Bendera itu penting, terlebih dalam momen merayakan kemerdekaan RI. Ketika melihat bendera berkibar, semangat dan rasa bangga menjadi warga negara bergejolak," kata Ni Kadek Dewanty Susiliastana (26).
Dewanty mengatakan dirumahnya pemasangan bendera saat bulan kemerdekaan tak pernah absen. Setiap tujuh hari jelang puncak kemerdekaan RI bendera merah putih dipastikan telah berkibar.
"Selain pasang bendera, saya biasanya juga ikut upacara bendera di kantor, itu juga sebagai wujud penghormatan saya ke perjuangan pejuang-pejuang dulu," ujarnya.
Warga Denpasar lainnya, Putu Sugi (24) mengatakan hal senada. Ia menyadari pentingnya bendera merah putih sebagai simbol merayakan hari kemerdekaan yang jatuh setiap 17 Agustus, namun di tahun ini Sugi memutuskan tidak membeli bendera namun menyemarakkan kemerdekaan dengan cara lainnya.
"Saya tidak membeli bendera karena di rumah orang tua sudah punya bendera sendiri yang masih bagus untuk dipakai. Memaknai 17 Agustus itu saya biasanya mengikuti lomba di desa bersama pemuda pemudi," ujar Sugi kepada media di Denpasar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Tak kurang dari lima lapak pedagang bendera merah putih dengan bentuk dan jenis beragam terpampang di tepi jalan WR. Supratman, beberapa diantaranya bahkan telah menggelar barang dagangannya sejak penghujung Juli 2022.
Salah satu pedagang bernama Yayan Rusdiana (42) asal Bandung bahkan datang ke Pulau Dewata sengaja untuk berjualan bendera merah putih rutin setiap menjelang 17 Agustus.
"Tahun ke tahun jualan di sini, tapi tahun kemarin tidak ke sini karena ada COVID-19, mulai sekarang aktif lagi. Saya asli Bandung, ke sini jualan bendera saja, setelah jualan bendera balik lagi," kata pedagang tersebut.
Sejak 2007 silam, Yayan bersama 10 pedagang lainnya rutin datang ke Bali untuk mencari rezeki lewat penjualan bendera merah putih yang dihargai Rp5 ribu-Rp400 ribu, dengan variasi bendera kecil yang kerap terpasang di sepeda motor atau mobil, bendera untuk dikibarkan di rumah-rumah, bendera untuk latar foto, hingga umbul-umbul.
Yayan mengatakan saat ini jualannya terpantau belum seramai sebelum pandemi, dua tahun lalu ia dapat mengantongi untung bersih hingga Rp7 juta, namun kini diprediksi lapaknya baru ramai sekitar 8-16 Agustus 2022.
Masyarakat yang menghampiri lapaknya juga tak dapat diprediksi, sejauh ini dagangannya paling sering didatangi pembeli sekitar pukul 13.00 WITA atau saat waktu makan siang, sehingga guna menggaet pembeli lebih banyak lagi Yayan berjualan sejak pukul 7.00 WITA hingga petang.
Berjualan bendera merah putih di Bali disebutnya sebagai usaha yang masih menjanjikan. Sejauh ini pembeli langganan Yayan berasal dari kalangan pemerintah, kantoran, sekolah, hingga rumah tangga.
"Pembelinya sih kebanyakan pemerintah, lalu sekolah dan kantoran. Kalau pemerintah kantoran belinya hingga kodi, tapi kalau rumahan satuan," kata Yayan kepada media di Denpasar.
Sejalan dengan pembelian dalam jumlah besar, pemerintah melalui arahan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) bersama dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Badan Kesbangpol Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh lndonesia tengah menyelenggarakan Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera Merah Putih.
Gerakan ini diinisiasi dalam rangka menyemarakkan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-77. Tak hanya pemerintah, penggalangan secara pribadi, kelompok, organisasi dan swasta turut berpartisipasi, sehingga melalui ini para pedagang turut terimbas.
Yayan dengan modal Rp4 juta yang digunakannya berjualan di Bali berharap dagangannya laku terjual seperti sebelum pandemi. Harapan yang sama turut diinginkan pedagang bendera merah putih asli Bali, I Made Dekron (29).
Dekron yang sehari-hari berjualan koran di kios mininya juga menjajal usaha sampingan berjualan bendera di momen jelang HUT ke-77 Republik Indonesia. Usaha sambilan ini telah ia tekuni sejak 2015, dengan tetap membuka kios sambil memajang bendera merah putih dari bahan plastik hingga kain, bendera kipas, kober dan umbul-umbul.
"Biasanya sehari-hari jual koran, pada musim sekarang ini menjelang Agustus-an jual bendera sebagai tambahan supaya ikut menyemarakkan hari kemerdekaan," kata pedagang asal Kabupaten Gianyar tersebut.
Dekron mematok harga bendera yang ia jual seharga Rp2 ribu hingga Rp300 ribu, dengan jajaran dagangan paling laku adalah bendera ukuran 90x90 centimeter.
"Mungkin sekarang kegiatan masyarakat sudah mulai melonggar, nah ekonomi sudah mulai merangkak kemungkinan ada perkembangannya daripada tahun lalu," ujar Dekron.
Tahun sebelumnya ia hanya mampu menjual 5 kodi bendera, namun dirinya optimis pada tahun ini dengan adanya kelonggaran kebijakan pemerintah maka pembelinya akan kembali.
"Sekarang warga sudah mulai kerja, kegiatan sudah mulai, anak-anak mulai sekolah, penyambutan 17 Agustus sekarang lebih semarak sepertinya. Optimis meningkat lah, karena masyarakat ada jiwa nasionalisme," ujarnya yakin.
Sementara itu masyarakat yang dijumpai di sekitar lapak menyebut pentingnya makna bendera saat bulan kemerdekaan.
"Bendera itu penting, terlebih dalam momen merayakan kemerdekaan RI. Ketika melihat bendera berkibar, semangat dan rasa bangga menjadi warga negara bergejolak," kata Ni Kadek Dewanty Susiliastana (26).
Dewanty mengatakan dirumahnya pemasangan bendera saat bulan kemerdekaan tak pernah absen. Setiap tujuh hari jelang puncak kemerdekaan RI bendera merah putih dipastikan telah berkibar.
"Selain pasang bendera, saya biasanya juga ikut upacara bendera di kantor, itu juga sebagai wujud penghormatan saya ke perjuangan pejuang-pejuang dulu," ujarnya.
Warga Denpasar lainnya, Putu Sugi (24) mengatakan hal senada. Ia menyadari pentingnya bendera merah putih sebagai simbol merayakan hari kemerdekaan yang jatuh setiap 17 Agustus, namun di tahun ini Sugi memutuskan tidak membeli bendera namun menyemarakkan kemerdekaan dengan cara lainnya.
"Saya tidak membeli bendera karena di rumah orang tua sudah punya bendera sendiri yang masih bagus untuk dipakai. Memaknai 17 Agustus itu saya biasanya mengikuti lomba di desa bersama pemuda pemudi," ujar Sugi kepada media di Denpasar.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022