Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Provinsi Bali Anggiat Napitupulu memastikan layanan keimigrasian di Terminal Internasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, tidak lebih dari 2 jam.
Ia menjelaskan waktu kurang lebih 2 jam itu dihitung sejak penumpang turun dari pesawat, antre di konter imigrasi, pembayaran visa kedatangan (visa on arrival), dan pengecekan dokumen kesehatan, sampai keluar terminal.
"(Biasanya) antara jam 11 sampai dengan jam 2 siang, ada 10–12 penerbangan berbadan besar yang tibanya bersamaan sehingga antrean yang saya bilang tadi, tidak lebih dari 2 jam, terjadi saat itu,” kata Anggiat sebagaimana dikutip dari siaran video Kanwil Kemenkumham yang diterima di Denpasar, Senin.
Tidak hanya terkait jam sibuk, antrean penumpang di konter imigrasi juga dapat lebih lama karena saat ini ada kegiatan mempercantik (beautifikasi) tampilan dan fasilitas bandara, termasuk di antaranya tiga konter imigrasi di Terminal Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Walaupun demikian, Anggiat memastikan layanan imigrasi di bandara tetap berlangsung normal dan situasi antrean masih terkendali karena 13 konter imigrasi masih tersedia.
Baca juga: Wagub Bali cek langsung keluhan antrean wisman di Bandara Ngurah Rai
Sementara itu, di luar jam-jam sibuk, waktu yang dibutuhkan penumpang melewati seluruh rangkaian pemeriksaan sampai ke luar terminal umumnya tidak mencapai 1 jam.
"Tidak ada yang sampai 1 jam, karena di luar range (kisaran, red.) waktu yang saya sebutkan, penerbangan datang dalam durasi normal,” tutur Kakanwil Kemenkumham Bali.
Rata-rata ada 47 penerbangan dari 22 negara yang masuk Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, kata Anggiat. Jam sibuk (busy/peak hour) biasanya terjadi pada jam 11 siang sampai dengan 2 siang, karena saat itu bisa ada 10–12 pesawat mendarat bersamaan. Tiap pesawat, Anggiat menyebut mengangkut kurang lebih 200–300 orang.
"Dalam keadaan normal, Bandara I Gusti Ngurah Rai, Terminal Internasional-nya bisa menampung 3.000 orang sekaligus. Artinya, 1.500 di area imigrasi dan 1.500 di area kepabeanan," ujar Anggiat.
Dalam kesempatan yang sama, Kakanwil Kemenkumham Bali pun membantah tulisan seorang blogger asal Jerman, Sebastian Powell, yang mengaku antrean di Terminal Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai sampai 5 jam.
Anggiat, yang mengecek langsung rekaman CCTV di bandara, menyampaikan waktu yang dihabiskan Sebastian Powell sejak turun pesawat sampai keluar Terminal Kedatangan Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai hanya 53 menit.
"Pada saat kejadian (antrean di Imigrasi sebagaimana disebut Sebastian di tulisannya), yang bersangkutan sama sekali tidak mengalami seperti yang disampaikan," ungkap Anggiat.
Sebastian, saat diminta keterangan oleh pihak Imigrasi mengaku bahwa testimoni itu bukan pengalaman ia sendiri, melainkan dia dengar tidak sengaja dari penumpang lain.
"Yang bersangkutan hanya menceritakan apa kata orang, tetapi dia tidak bisa memastikan kapan itu terjadi, di mana itu, dia hanya retelling (menceritakan kembali, red.) apa yang dikatakan orang," ujar Kakanwil.
Namun, testimoni pihak lain yang diklaim oleh Sebastian sebagai pengalamannya sendiri tidak dapat dibuktikan kebenarannya, ucap Anggiat menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Ia menjelaskan waktu kurang lebih 2 jam itu dihitung sejak penumpang turun dari pesawat, antre di konter imigrasi, pembayaran visa kedatangan (visa on arrival), dan pengecekan dokumen kesehatan, sampai keluar terminal.
"(Biasanya) antara jam 11 sampai dengan jam 2 siang, ada 10–12 penerbangan berbadan besar yang tibanya bersamaan sehingga antrean yang saya bilang tadi, tidak lebih dari 2 jam, terjadi saat itu,” kata Anggiat sebagaimana dikutip dari siaran video Kanwil Kemenkumham yang diterima di Denpasar, Senin.
Tidak hanya terkait jam sibuk, antrean penumpang di konter imigrasi juga dapat lebih lama karena saat ini ada kegiatan mempercantik (beautifikasi) tampilan dan fasilitas bandara, termasuk di antaranya tiga konter imigrasi di Terminal Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Walaupun demikian, Anggiat memastikan layanan imigrasi di bandara tetap berlangsung normal dan situasi antrean masih terkendali karena 13 konter imigrasi masih tersedia.
Baca juga: Wagub Bali cek langsung keluhan antrean wisman di Bandara Ngurah Rai
Sementara itu, di luar jam-jam sibuk, waktu yang dibutuhkan penumpang melewati seluruh rangkaian pemeriksaan sampai ke luar terminal umumnya tidak mencapai 1 jam.
"Tidak ada yang sampai 1 jam, karena di luar range (kisaran, red.) waktu yang saya sebutkan, penerbangan datang dalam durasi normal,” tutur Kakanwil Kemenkumham Bali.
Rata-rata ada 47 penerbangan dari 22 negara yang masuk Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, kata Anggiat. Jam sibuk (busy/peak hour) biasanya terjadi pada jam 11 siang sampai dengan 2 siang, karena saat itu bisa ada 10–12 pesawat mendarat bersamaan. Tiap pesawat, Anggiat menyebut mengangkut kurang lebih 200–300 orang.
"Dalam keadaan normal, Bandara I Gusti Ngurah Rai, Terminal Internasional-nya bisa menampung 3.000 orang sekaligus. Artinya, 1.500 di area imigrasi dan 1.500 di area kepabeanan," ujar Anggiat.
Dalam kesempatan yang sama, Kakanwil Kemenkumham Bali pun membantah tulisan seorang blogger asal Jerman, Sebastian Powell, yang mengaku antrean di Terminal Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai sampai 5 jam.
Anggiat, yang mengecek langsung rekaman CCTV di bandara, menyampaikan waktu yang dihabiskan Sebastian Powell sejak turun pesawat sampai keluar Terminal Kedatangan Internasional Bandara I Gusti Ngurah Rai hanya 53 menit.
"Pada saat kejadian (antrean di Imigrasi sebagaimana disebut Sebastian di tulisannya), yang bersangkutan sama sekali tidak mengalami seperti yang disampaikan," ungkap Anggiat.
Sebastian, saat diminta keterangan oleh pihak Imigrasi mengaku bahwa testimoni itu bukan pengalaman ia sendiri, melainkan dia dengar tidak sengaja dari penumpang lain.
"Yang bersangkutan hanya menceritakan apa kata orang, tetapi dia tidak bisa memastikan kapan itu terjadi, di mana itu, dia hanya retelling (menceritakan kembali, red.) apa yang dikatakan orang," ujar Kakanwil.
Namun, testimoni pihak lain yang diklaim oleh Sebastian sebagai pengalamannya sendiri tidak dapat dibuktikan kebenarannya, ucap Anggiat menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022