Denpasar (Antara Bali) - Pasaran kopi Bali hasil perkebunan rakyat di daerah ini pada tingkat petani awal Oktober 2012 sebesar Rp35.500/kg atau lebih tinggi dari harga dasar di pasaran dunia yang hanya Rp21.983/kg.
Harga hasil perkebunan petani tersebut memang berkurang dari bulan sebelumnya yang mencapai 40.000/kg, namun masih di atas harga dasar dunia, kata Ir Made Adi Wahyuni M Agb, petugas Dinas Perkebunan setempat, Senin.
Ia mengatakan, harga hasil perkebunan itu masih relatif baik, termasuk kakao yang kondisi pasarnya cukup stabil sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di daerah ini.
Harga kopi arabika biji kering "ose olah basah" di tingkat petani di Kabupaten Bangli berfluktuasi yakni Januari seharga Rp32.000/kg naik menjadi Rp40.000/kg awal Juli 2012, dan awal Oktober turun hanya 35.500/kg.
Kopi robusta di tingkat petani di Kabupaten Tabanan dan Buleleng seharga Rp22.000/kg awal Januari 2012 hanya Rp22.000/kg, naik menjadi Rp25.000/kg Juli dan sekarang Rp24.000/kg. Kedua jenis kopi itu banyak dihasilkan di wilayah utara Bali.
Kakao yang mulai banyak dikembangkan petani di Kabupaten Tabanan, Gianyar dan Jembrana, kini sedang panen. Produksinya banyak ditampung oleh pedagang luar daerah terutama dari Jawa Timur untuk dijadikan mata dagangan ekspor.
Wahyuni mengatakan, harga kakao biji kering fermentasi di tingkat petani Rp23.013/kg, naik jika dibandingkan Januari lalu hanya Rp19.000/kg, begitu pula jenis kering asalan dari Rp17.000 menjadi Rp21.200/kg.
Sementara biji mete yang dihasilkan pekebun di daerah Karangasem, daerah timur Pulau Dewata, harganya cukup stabil yakni Rp10.000/kg. Biji mete gelondongan organik Rp13.000/kg di tingkat petani.
Keuntungan dari cengkih hasil perkebunan rakyat di daerah ini yang bisa diterima pekebun justru berkurang, karena harganya hanya Rp100.000/kg bunga kering di tingkat petani, pada hal awal 2012 mencapai Rp120.000/kg.
Gagang kering dari cengkeh di tingkat petani dihargai Rp4.000/kg bertambah mahal jika dibandingkan awal 2012 hanya Rp2.500/kg, sementara vanili basah hanya Rp15.000/kg dan vanili kering yang selama ini dijadikan komoditas ekspor Rp100.000/kg.
Wahyuni mengatakan, Bali juga menghasilkan tembakau yang dikembangkan petani di kabupaten Gianyar, Buleleng dan Klungkung dan produksinya dihargai Rp30.000/kg (tembakau rajangan) di tingkat petani.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Harga hasil perkebunan petani tersebut memang berkurang dari bulan sebelumnya yang mencapai 40.000/kg, namun masih di atas harga dasar dunia, kata Ir Made Adi Wahyuni M Agb, petugas Dinas Perkebunan setempat, Senin.
Ia mengatakan, harga hasil perkebunan itu masih relatif baik, termasuk kakao yang kondisi pasarnya cukup stabil sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan di daerah ini.
Harga kopi arabika biji kering "ose olah basah" di tingkat petani di Kabupaten Bangli berfluktuasi yakni Januari seharga Rp32.000/kg naik menjadi Rp40.000/kg awal Juli 2012, dan awal Oktober turun hanya 35.500/kg.
Kopi robusta di tingkat petani di Kabupaten Tabanan dan Buleleng seharga Rp22.000/kg awal Januari 2012 hanya Rp22.000/kg, naik menjadi Rp25.000/kg Juli dan sekarang Rp24.000/kg. Kedua jenis kopi itu banyak dihasilkan di wilayah utara Bali.
Kakao yang mulai banyak dikembangkan petani di Kabupaten Tabanan, Gianyar dan Jembrana, kini sedang panen. Produksinya banyak ditampung oleh pedagang luar daerah terutama dari Jawa Timur untuk dijadikan mata dagangan ekspor.
Wahyuni mengatakan, harga kakao biji kering fermentasi di tingkat petani Rp23.013/kg, naik jika dibandingkan Januari lalu hanya Rp19.000/kg, begitu pula jenis kering asalan dari Rp17.000 menjadi Rp21.200/kg.
Sementara biji mete yang dihasilkan pekebun di daerah Karangasem, daerah timur Pulau Dewata, harganya cukup stabil yakni Rp10.000/kg. Biji mete gelondongan organik Rp13.000/kg di tingkat petani.
Keuntungan dari cengkih hasil perkebunan rakyat di daerah ini yang bisa diterima pekebun justru berkurang, karena harganya hanya Rp100.000/kg bunga kering di tingkat petani, pada hal awal 2012 mencapai Rp120.000/kg.
Gagang kering dari cengkeh di tingkat petani dihargai Rp4.000/kg bertambah mahal jika dibandingkan awal 2012 hanya Rp2.500/kg, sementara vanili basah hanya Rp15.000/kg dan vanili kering yang selama ini dijadikan komoditas ekspor Rp100.000/kg.
Wahyuni mengatakan, Bali juga menghasilkan tembakau yang dikembangkan petani di kabupaten Gianyar, Buleleng dan Klungkung dan produksinya dihargai Rp30.000/kg (tembakau rajangan) di tingkat petani.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012