Pusat pengumpulan botol plastik untuk didaur ulang di Desa Bangoan, Tulungagung, Jawa Timur, yakni "Bangoan Collection Center" mampu mempekerjakan 25 ibu rumah tangga atau buruh tani sebagai pemilah botol plastik.

"Para pemilah botol plastik adalah warga sekitar yang dipekerjakan," kata Tris Widiatmoko selaku pemilik pusat pengumpulan botol bekas di Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung, Jawa Timur ini, Rabu.

Sekitar 25 wanita usia non-produktif yang sebelumnya hanya ibu rumah tangga atau buruh tani dengan pekerjaan tak menentu akhirnya dipekerjakan di "Bangoan Collection Center" dengan mendapat penghasilan rutin hingga BPJS Ketenagakerjaan.

"Umumnya ibu-ibu di sini dulunya orang yang dianggap tidak produktif, tapi kita bisa buktikan mereka saat ini produktif dan bisa bantu keluarganya, sedangkan dulu kerja di sawah dan musiman," kata Widiatmoko.

Baca juga: "Bangoan Collection Center" Tulungagung-Jatim olah 100 ton botol plastik sebulan

Saat menerima kunjungan pihak Aqua Danone Indonesia sebagai salah satu mitra "Bangoan Collection Center", ia menjelaskan bahwa proses yang dilakukan pekerja paruh baya ini adalah tahap awal sebelum hasil akhir dari daur ulang menjadi produk botol baru.

"Jadi, prosesnya barang (botol) datang, ada yang bersih, tapi yang belum itu dipilah, artinya campur masih ada label, tutup botol dan isinya itu masuk ke ibu-ibu di sini, kemudian setelah bersih ditimbang untuk selanjutnya dipres," ujar Widiatmoko kepada media.

Tak hanya 25 pekerja di lokasi pemilahan, Widiatmoko juga menampung pekerja yang kesulitan dalam membagi waktu, sehingga beberapa pemilah dapat menyelesaikan tahap awal ini dari rumah. Jadi, ada sekitar total 50 pekerja ini terbantu lewat fasilitas dan keuntungan.

Selain mendapat pekerjaan dari "Bangoan Collection Center", pekerja yang terjalin kerja sama dengan Aqua Danone hingga proses daur ulang di pabrik Veolia ini juga mendapatkan program IRI (Inclusive Recycling Indonesia), yakni mendapat BPJS Ketenagakerjaan, pelatihan, penghargaan, dan penghasilan.

Selama delapan tahun berdiri, hampir tak ada yang berhenti menjadi pemilah botol plastik. Dengan segala keterbatasan dari segi pendidikan, ibu-ibu yang tergabung mampu mengumpulkan rata-rata Rp500 ribu per minggu dari botol yang dihargai Rp500 per kilogram.

Baca juga: Pemkot Denpasar tangani sampah kiriman di kawasan Pantai Sanur

Salah satu warga yang terbantu dengan bisnis pengolahan botol bekas menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali ini adalah Romlah (59) yang berasal dari Desa Bangoan.

Dalam sehari, ibu rumah tangga yang bergabung sejak delapan tahun silam ini mampu memilah sampai 100 kilogram botol bekas, sehingga dapat mengantongi Rp75 ribu per hari.

"Sebelumnya saya di sawah, kalau di sini sebulan dapat Rp1,6 juta dengan kerja dari jam 7.00-16.00 WIB. Hasilnya ini membantu untuk kehidupan sehari-hari," katanya sambil memisahkan botol sesuai warnanya.

Pekerja lainnya, Supadmi (50) juga merasa terbantu karena penghasilan dari memilah botol plastik bekas ini dapat digunakan untuk biaya sekolah anaknya, namun ia tak menutup fakta bahwa kesulitan sebagai pemilah sering dirasakan.

Kesulitan bagi para pemilah di Bangoan Collection Center adalah ketika botol yang masuk dalam keadaan kotor hingga terkontaminasi. Botol-botol yang terkontaminasi seperti bekas cat atau zat kimia lainnya dapat dipastikan tak berada di Grade A, sehingga tak dapat diolah menjadi botol kembali.

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022