Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bali Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana mengharapkan pembangunan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) dan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle) menjadi pola baru penanganan sampah yang sempat mengalami masalah kemacetan pengangkutan sampah akibat kerusakan alat dan penumpukan di TPA Suwung.
"Situasi kerusakan alat itu mau tidak mau pasti akan terjadi. Saya sudah berulang kali berkoordinasi dengan DLHK Bali dan Denpasar," kata Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana di Denpasar, Senin.
Adhi menyadari bahwa kondisi kemacetan di TPA Suwung salah satu penyebabnya adalah kerusakan alat berat, sehingga satu kendaraan pengangkut sampah harus mengantre 3-4 jam.
"Kendaraan yang seharusnya bisa empat kali bolak-balik sekarang tidak bisa, tapi lebih banyak waktu kerja yang dipakai. Ini kembali lagi tugas dari eksekutif, saya sudah beberapa kali komplain terkait hal itu," ujarnya kepada media.
Baca juga: PT APL edukasi masyarakat desa di Tabanan untuk olah sampah rumah tangga
Anggota PDI Perjuangan itu sempat memberi solusi dengan menyewa alat berat, namun setelah dipertimbangkan kerusakan pada alat cenderung selesai dalam waktu satu minggu.
"Mau tidak mau, itu tanah lapang yang digali ditanam, jadi memang kepentingannya adalah alat berat. Alat berat ada yang bekerja, ada yang rusak, tapi dengan kapasitas yang terlalu besar ini memang menjadi masalah, kalau mau jam kerjanya diperpanjang semestinya bisa," kata Ngurah Adhi.
Situasi padat dengan masuknya sampah ke TPA Suwung, menurutnya, tak hanya disebabkan oleh kerusakan alat, pun juga peningkatan sampah sehingga penumpukan terjadi dimana-mana.
Peningkatan volume sampah di Bali umumnya terjadi pasca-hari raya seperti Galungan dan Kuningan, dengan dominasi sampah sisa upacara adat.
Terkait hal tersebut, Adhi juga berharap masyarakat turut serta dalam menangani permasalahan yang terjadi dengan berupaya mengurangi sampah.
Baca juga: IKEA-relawan Bali adakan "river clean up" untuk kurangi sampah plastik
Saat ini, pemerintah sedang gencar dalam menyelesaikan pelayanan TPA Suwung, dengan menggarap pembangunan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) dan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle).
"Tahapan saat ini mengenai pengelolaan sampah sedang menuju kepada pola baru yaitu penyelesaian sampah dari sumber. TPA sendiri di desain sesegera mungkin selesai pelayanannya," kata Adhi melanjutkan.
Ia juga menuturkan bahwa nanti dengan adanya TPST maka sampah akan diolah dan dijadikan produk berupa bahan bakar bernama RDF (Refuse Derived Fuel), sedangkan TPS3R akan menyelesaikan sampah paling banyak 60 persen di masing-masing desa, dan sisanya dibawa menuju TPST.
"Nah selanjutnya kita harus memastikan si pemenang tender proyek ini betul-betul memiliki off taker (pengambil alih) yang akan mengambil hasil dari produk RDF, agar menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada," kata Ngurah Adhi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Situasi kerusakan alat itu mau tidak mau pasti akan terjadi. Saya sudah berulang kali berkoordinasi dengan DLHK Bali dan Denpasar," kata Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana di Denpasar, Senin.
Adhi menyadari bahwa kondisi kemacetan di TPA Suwung salah satu penyebabnya adalah kerusakan alat berat, sehingga satu kendaraan pengangkut sampah harus mengantre 3-4 jam.
"Kendaraan yang seharusnya bisa empat kali bolak-balik sekarang tidak bisa, tapi lebih banyak waktu kerja yang dipakai. Ini kembali lagi tugas dari eksekutif, saya sudah beberapa kali komplain terkait hal itu," ujarnya kepada media.
Baca juga: PT APL edukasi masyarakat desa di Tabanan untuk olah sampah rumah tangga
Anggota PDI Perjuangan itu sempat memberi solusi dengan menyewa alat berat, namun setelah dipertimbangkan kerusakan pada alat cenderung selesai dalam waktu satu minggu.
"Mau tidak mau, itu tanah lapang yang digali ditanam, jadi memang kepentingannya adalah alat berat. Alat berat ada yang bekerja, ada yang rusak, tapi dengan kapasitas yang terlalu besar ini memang menjadi masalah, kalau mau jam kerjanya diperpanjang semestinya bisa," kata Ngurah Adhi.
Situasi padat dengan masuknya sampah ke TPA Suwung, menurutnya, tak hanya disebabkan oleh kerusakan alat, pun juga peningkatan sampah sehingga penumpukan terjadi dimana-mana.
Peningkatan volume sampah di Bali umumnya terjadi pasca-hari raya seperti Galungan dan Kuningan, dengan dominasi sampah sisa upacara adat.
Terkait hal tersebut, Adhi juga berharap masyarakat turut serta dalam menangani permasalahan yang terjadi dengan berupaya mengurangi sampah.
Baca juga: IKEA-relawan Bali adakan "river clean up" untuk kurangi sampah plastik
Saat ini, pemerintah sedang gencar dalam menyelesaikan pelayanan TPA Suwung, dengan menggarap pembangunan TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) dan TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle).
"Tahapan saat ini mengenai pengelolaan sampah sedang menuju kepada pola baru yaitu penyelesaian sampah dari sumber. TPA sendiri di desain sesegera mungkin selesai pelayanannya," kata Adhi melanjutkan.
Ia juga menuturkan bahwa nanti dengan adanya TPST maka sampah akan diolah dan dijadikan produk berupa bahan bakar bernama RDF (Refuse Derived Fuel), sedangkan TPS3R akan menyelesaikan sampah paling banyak 60 persen di masing-masing desa, dan sisanya dibawa menuju TPST.
"Nah selanjutnya kita harus memastikan si pemenang tender proyek ini betul-betul memiliki off taker (pengambil alih) yang akan mengambil hasil dari produk RDF, agar menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada," kata Ngurah Adhi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022