Pemerintah Kota Palu mendorong forum platform global untuk pengurangan risiko bencana (Global Paltform for Disaster Risk Reduction/ GPDRR) di Bali dapat mengakomodasi pendekatan kearifan lokal atau budaya untuk pengurangan risiko bencana.
Sekretaris Daerah Kota Palu Irmayanti Pettalolo, di Palu, Kamis, mengemukakan budaya di masing-masing daerah yang membangun kepedulian dan kolaborasi antar aktor harus saling terjaga, serta menjadi hal penting dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dan penanggulangan dampak bencana.
"Dalam idiom lokal khususnya pada Suku Kaili di Lembah Palu ada 'nosiala pale' yang menjadi satu kearifan lokal yang sangat baik," ujar Irmayanti Pettalolo.
'Nosiala Pale' mengandung makna antara lain saling membantu tanpa memandang hierarkis sosial dan ekonomi, serta saling memberikan investasi khususnya dalam peningkatan ketahanan komunitas di tingkat lokal.
Irmayanti telah menyampaikan hal itu di dalam diskusi panel yang mengusung tema tentang peningkatan implementasi lokal pada kerangka kerja Sendai untuk penanggulangan resiko bencana, di Bali, Selasa (24/5). Diskusi itu merupakan rangkaian GPDRR ke tujuh dilaksanakan oleh UNHCRR dihadiri 6.000 partisipan dari 193 negara.
Baca juga: BNPB: GPDRR ajang berbagi pengalaman tanggulangi bencana
Dalam diskusi itu, Irmayanti dipanel bersama perwakilan dari Zimbabwe, Claudia Herrera, Direktur CEPREDENAC, Vincent Gainey dari UK Goverment, perwakilan perempuan petani dari Maharastra India, serta aktivis perempuan dari Philipina.
Dalam diskusi itu, Irmayanti berbagi pengalaman dan pembelajaran, dalam memahami peran kemitraan untuk adaptasi lokal secara efektif dan berkeadilan, khususnya pada isu pengurangan resiko bencana dan perubahan iklim.
Ia berharap GPDRR dapat menyusun kerangka kerja pengurangan risiko bencana yang menjadi acuan untuk mendorong masyarakat lokal agar berinovasi mengatur dan merencanakan strategi untuk pengurangan risiko bencana sehingga tercipta pembangunan yang tangguh.
Pada pertemuan itu, ia juga mendorong kerangka kerja dapat mendorong para pemangku kepentingan lokal dan lembaga donor sehingga dapat mengkatalisasi adaptasi yang efektif, adil dan transparan, khususnya bagi kaum perempuan dan anak dalam pengurangan risiko bencana dan penanggulangan dampak bencana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Sekretaris Daerah Kota Palu Irmayanti Pettalolo, di Palu, Kamis, mengemukakan budaya di masing-masing daerah yang membangun kepedulian dan kolaborasi antar aktor harus saling terjaga, serta menjadi hal penting dalam mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dan penanggulangan dampak bencana.
"Dalam idiom lokal khususnya pada Suku Kaili di Lembah Palu ada 'nosiala pale' yang menjadi satu kearifan lokal yang sangat baik," ujar Irmayanti Pettalolo.
'Nosiala Pale' mengandung makna antara lain saling membantu tanpa memandang hierarkis sosial dan ekonomi, serta saling memberikan investasi khususnya dalam peningkatan ketahanan komunitas di tingkat lokal.
Irmayanti telah menyampaikan hal itu di dalam diskusi panel yang mengusung tema tentang peningkatan implementasi lokal pada kerangka kerja Sendai untuk penanggulangan resiko bencana, di Bali, Selasa (24/5). Diskusi itu merupakan rangkaian GPDRR ke tujuh dilaksanakan oleh UNHCRR dihadiri 6.000 partisipan dari 193 negara.
Baca juga: BNPB: GPDRR ajang berbagi pengalaman tanggulangi bencana
Dalam diskusi itu, Irmayanti dipanel bersama perwakilan dari Zimbabwe, Claudia Herrera, Direktur CEPREDENAC, Vincent Gainey dari UK Goverment, perwakilan perempuan petani dari Maharastra India, serta aktivis perempuan dari Philipina.
Dalam diskusi itu, Irmayanti berbagi pengalaman dan pembelajaran, dalam memahami peran kemitraan untuk adaptasi lokal secara efektif dan berkeadilan, khususnya pada isu pengurangan resiko bencana dan perubahan iklim.
Ia berharap GPDRR dapat menyusun kerangka kerja pengurangan risiko bencana yang menjadi acuan untuk mendorong masyarakat lokal agar berinovasi mengatur dan merencanakan strategi untuk pengurangan risiko bencana sehingga tercipta pembangunan yang tangguh.
Pada pertemuan itu, ia juga mendorong kerangka kerja dapat mendorong para pemangku kepentingan lokal dan lembaga donor sehingga dapat mengkatalisasi adaptasi yang efektif, adil dan transparan, khususnya bagi kaum perempuan dan anak dalam pengurangan risiko bencana dan penanggulangan dampak bencana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022