Nusa Dua (Antara Bali) - Dalam keadaan perekonomian nasional yang sulit saat ini, Perdana Menteri Jepang, Hatoyama Yasuo, mengajak investor Jepang untuk menoleh kepada Indonesia sebagai tempat yang ideal untuk berinvestasi.

"Pertimbangkan Indonesia apalagi investasi Jepang selalu disambut baik di sini sepanjang sejarah hubungan kita. Indonesia selalu ramah kepada Jepang," katanya, kepada pers, di Nusa Dua, Bali, Kamis petang.

Hatoyama bersama tuan rumah, Presiden Susilo B Yudhoyono, menjadi Ketua Bersama BDF II yang diikuti 36 perutusan negara dan pengamat internasional.  Hatoyama juga menyampaikan pesan pembuka dalam BDF II, setelah Presiden Yudhoyono.

Empat kepala pemerintahan hadir dalam BDF II, yaitu Presiden Susilo B Yudhoyono, Perdana Menteri Jepang, Hatoyama Yasuo, Sultan Brunei Darussalam, Hassanal Bolkiah, dan Perdana Menteri Timor Timur, Xanana Gusmao. Mereka semua menyampaikan pesan pembukaan.

Kasus demokratisasi dan pembangunan di Myanmar, China, Korea Utara, dan Indonesia menjadi kajian khusus Jepang dalam BDF II ini. China dikatakan memiliki tanggung jawab dalam kekuatannya, dalam hal demokrasi dan HAM serta banyak hal lain dan Korea Utara dikatakan agar mau mengikuti kecenderungan yang terjadi di seluruh dunia soal demokrasi.

Investasi Jepang di Indonesia, katanya, cenderung meningkat dan bisa semakin tinggi. Salah satu penyebabnya karena pemerintah Indonesia terbukti serius dalam membenahi birokrasi, insentif, dan perundangan yang berlaku terkait hal ini.

Di antara kedua negara terdapat kerangka kerja sama ekonomi bertajuk "Economy Partnership Agreement' (EPA), di mana Jepang berkomitmen keras untuk selalu mendukung berbagai upaya peningkatan ekonomi kedua negara. Yudhoyono dalam keterangan persnya di forum itu menyatakan, "Diperlukan paling tidak investasi sebanyak 2.000 triliun setahun agar pertumbuhan ekonomi bisa mencapai tujuh persen."
  
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jepang, Kodama Kazuo, menyatakan, salah satu proyek yang penting bagi Jepang dan Indonesia adalah Proyek Asahan yang telah berlangsung selama 30 tahun. "Kami mengajak investor swasta untuk berinvestasi lagi karena kerja sama itu berakhir pada 2012 nanti," katanya.

Khusus untuk Indonesia dalam kerangka pertemuan BDF II ini, Jepang merancang kerja sama dalam hubungan ekonomi erat EPA dan ODA. Yang terakhir ini secara umum melingkupi 20 persen pembangkit tenaga listrik, 20 persen jalan layang di Jakarta, dan 600 sekolah di seluruh Indonesia.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2009