Para petani dari Desa Sidan, Kabupaten Gianyar, Bali makin semangat memadukan pertanian organik dengan sektor pariwisata sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan sekaligus penyelamatan lingkungan.

"Kami awalnya mencoba percontohan program padi organik seluas dua hektare dan hasilnya ternyata cukup bagus, dengan dibantu pendampingan dari Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar," kata Kepala Desa Sidan,  I Made Sukra Suyasa,  di Gianyar, pada 3 Mei lalu.

Menurut dia, subak yang menjadi percontohan pertanian organik, sebelumnya telah diberikan bantuan bibit dan pupuk organik.

Dengan keberhasilan percontohan pertanian organik yang telah berjalan sekitar dua tahun ini, kemudian petani dari subak lainnya di Desa Sidan pun ikut tertarik bertanam padi dengan pupuk organik. "Saat ini petani yang bertanam padi organik sudah di tujuh subak, dengan luasan lahan mencapai 40 hektare," ucapnya.

Baca juga: HKTI Bali imbau petani kurangi pupuk kimia

Sukra Suyasa mengemukakan, saat awal panen pada subak yang menjadi percontohan, memang terjadi penurunan hasil panen hingga 40 persen dibandingkan menggunakan pupuk kimia.

Tetapi, dari tiga kali tanam, dalam satu hektare sawah yang menggunakan pupuk organik itu mampu dihasilkan hingga 7,9 ton gabah. Sedangkan jika menggunakan pupuk kimia, dalam satu hektare sawah itu dihasilkan 5,5 ton gabah.

"Target kami, semua lahan pertanian di Sidan yang seluas 101 hektare dapat beralih ke pertanian organik," ujar Sukra Suyasa.

Berkat keberhasilan pengembangan pertanian organik di desa setempat, kini banyak pihak yang melakukan studi tiru ke Desa Sidan terkait bagaimana cara mengedukasi para petani.

"Terlebih, pertanian organik yang dikembangkan tak hanya padi, juga komoditas hortikultura seperti sayur-sayuran dan cabai yang dikaitkan pula dengan program Puspa Pangan dari Tim Penggerak PKK," katanya.

Baca juga: Mangku Pastika dorong petani Bali pintar beri narasi pada produk pertanian

Sebelumnya dalam acara penyerapan aspirasi yang dilaksanakan oleh anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Made Mangku Pastika, ia menyampaikan saat ini petani bersama BUMDes juga mengembangkan padi organik serta wisata desa yang dinamakan Kissidan Ecohill Retreat & Resto.

"Khusus untuk Kissidan Ecohill yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Gianyar dan Klungkung dan Bangli ini baru memanfaatkan areal tiga hektare. Kami ada 30 hektare lahan tidur, ini yang akan dikelola," kata Sukra Suyasa didampingi sejumlah tokoh desa.

Terkait wisata Kissidan Ecohill yang dikembangkan, diakui mendapat respons sangat bagus. Terbukti kunjungan ke objek wisata dilengkapi restoran, lahan persawahan, edukasi pemilahan sampah dan budidaya ikan itu makin banyak dikunjungi. "Rata-rata setiap harinya seratusan yang datang," ujarnya.

Beberapa pengunjung mengaku senang ke Kissidan yang memiliki pemandangan sejuk dan berbukit. Mereka bisa menikmati makanan di tempat yang sangat santai, dengan harga yang sangat terjangkau.

Baca juga: Bali ingin kerja sama pertanian dengan Jepang

Sementara itu, anggota DPD, Made Mangku Pastika, mengapresiasi apa yang dilakukan petani Desa Sidan dengan BUMDes-nya.

"Terobosan yang dilakukan kepala desa bersama jajarannya dalam pemberdayaan sumber daya alam ini sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan warga sekaligus penyelamatan lingkungan, bumi pertiwi," kata mantan Gubernur Bali dua periode ini.

Menurut Pastika, memang tidak mudah juga untuk meyakinkan pada petani agar mau beralih ke pertanian organik. Meskipun itu sesungguhnya sangat penting untuk menjadikan Bali lestari.

Ia pun memuji pengelolaan kawasan Kissidan Ecohill yang sangat tepat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efisien dan didesain sesuai selera anak muda. "Di sini dapat memadukan pertanian dan pariwisata, yang selama ini seringkali dipertentangkan," katanya.
Sejumlah wisatawan domestik saat berkunjung ke Kissidan Ecohill Retreat & Resto. ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022