Tim dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Denpasar, Bali, tidak menemukan bahan berbahaya dalam 14 sampel makanan takjil di Bazar Kuliner Ramadhan 1443 H Masjid Raya Baiturrahmah Wanasari, Denpasar, Bali.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Ini hari pertama dilakukan uji keliling 14 sampel dan tidak ada yang mengandung bahan berbahaya. Bahan berbahaya yang dimaksud yaitu sebagai pengawet formalin, boraks dan pewarna rhodamin B serta metanil yellow," kata Kepala BBPOM di Denpasar I Made Bagus Gerametta saat ditemui di Denpasar, Bali, Selasa.
Ia mengatakan pengawasan pangan selama bulan Ramadhan dalam sajian takjil ini akan dilakukan selama satu minggu di seluruh wilayah Bali.
Baca juga: Masjid Nabawi dipadati jamaah untuk buka puasa
Baca juga: Masjid Nabawi dipadati jamaah untuk buka puasa
Menurutnya, memasuki bulan Ramadhan ini, produksi pangan meningkat karena permintaan juga tinggi, baik dalam bentuk bazar Ramadhan dan di setiap pasar.
Adapun yang menjadi pengawasan dari produk pangan tersebut di antaranya pemenuhan syarat kemasan, label izin edar dan kedaluwarsa, disamping itu pengawasan produksi makanan buka puasa yaitu takjil.
"Yang jadi indikator produk dalam pengawasan yaitu produk yang kenyal pada bakso karena ada pengawetnya, yang tahan lama atau yang menggunakan boraks, rhodamin b, serta metanil yellow. Biasanya ada di bakso, kerupuk, kue lapis, sate, terasi," katanya.
Dari 14 sampel hari pertama ini, diambil beberapa makanan yang sering dikonsumsi masyarakat dan dilakukan dengan sistem acak.
Baca juga: Telaah - Ramadhan dan Endemi
Dari 14 sampel hari pertama ini, diambil beberapa makanan yang sering dikonsumsi masyarakat dan dilakukan dengan sistem acak.
Baca juga: Telaah - Ramadhan dan Endemi
"Tentunya secara teknis, pengujian bahan makanan kami menggunakan proses tes cepat (rapid tes). Kalau positif akan dibawa ke laboratorium, untuk meyakinkan lagi hasilnya, jadi ada rapid tes bahan kimia dan mikrobiologi," katanya.
Ia menekankan akan menindak tegas pengusaha yang tetap menggunakan bahan makanan berbahaya. Namun, pertama-tama masih berupa imbauan dan pembinaan.
"Pengusaha ada beberapa macam tipenya, ada pertama tahu, pura-pura tidak tahu dan tidak mau tahu. Tentu yang tidak tahu kami beri tahu dulu apakah buat sendiri sumbernya atau beli dari sumber lain. Kalau tipe pengusaha tidak mau tau kami tindak tegas untuk memperoleh produk yang aman," kata Bagus Gerametta.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022