Nilai tukar (kurs) rupiah, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menjelang akhir pekan menguat ditopang kenaikan harga komoditas.

Rupiah ditutup menguat 7 poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.387 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.394 per dolar AS.

"Hanya segelintir mata uang yang menguat terhadap USD di tengah kekhawatiran di Ukraina, salah satunya rupiah dan AUD. Safe haven cenderung menguat seperti USD, Yen dan CHF," kata analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Menurut Lukman, rupiah sangat diuntungkan dengan kenaikan pada harga komoditas seperti batu bara.

"Ini juga tercerminkan dengan kenaikan bursa JKSE di tengah penurunan tajam pada bursa utama lainnya di Asia maupun global," ujar Lukman.

Terkait geopolitik, Rusia dan Ukraina telah menyepakati perlunya mendirikan koridor kemanusiaan dan kemungkinan gencatan senjata di sekitar mereka untuk warga sipil yang melarikan diri.

Pasukan invasi Rusia telah mengepung dan membombardir kota-kota di Ukraina saat konflik memasuki minggu kedua.

Sementara itu, Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell menegaskan kembali bahwa dia mendukung kenaikan 25 basis poin bulan ini. Powell mengulangi komentarnya pada hari kedua kesaksiannya di depan Kongres.

Rupiah pada pagi hari dibuka menguat ke posisi Rp14.380 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.369 per dolar AS hingga Rp14.393 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat melemah ke posisi Rp14.383 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.373 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022