PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI optimistis menghadapi tantangan ekonomi pada tahun 2022 dengan kokohnya sektor UMKM yang semakin menunjukkan perbaikan kondisi bisnis.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pelaku UMKM merasa optimistis terhadap berbagai langkah yang ditempuh pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, menstabilkan harga barang dan jasa, menyediakan dan merawat infrastruktur, memberikan rasa aman dan tentram, serta menegakkan hukum dan rasa keadilan.
“Data tiga indeks menunjukkan optimisme. Indeks kepercayaan pelaku UMKM terhadap pemerintah masih sangat baik, artinya sangat percaya terhadap kemampuan pemerintah mengelola berbagai tantangan perekonomian nasional. Maka itulah yang menjadikan BRI untuk menghadapi 2022 itu optimis,” kata Sunarso dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.
Baca juga: BRI siap dukung penyaluran kredit untuk UMKM
Ketiga indeks yang dimaksud berasal dari riset Indeks Bisnis UMKM BRI, yang telah mencapai level optimistis dengan skor melebihi 100 pada kuartal IV-2021.
Indeks pertama adalah indeks bisnis UMKM secara mikro yang mengukur volume produksi, total nilai penjualan, rata-rata harga jual, volume pesanan, volume pemesanan barang input, volume persediaan barang jadi, rata-rata jumlah karyawan, hingga realisasi investasi mendapat hasil yang memuaskan.
Sunarso melanjutkan indeks kedua yaitu indeks sentimen bisnis UMKM yang menggali skor terhadap kondisi ekonomi makro, dimana pelaku UMKM menyatakan kondisi perekonomian nasional hingga kondisi usaha telah mengalami perbaikan.
Sementara, indeks ketiga adalah penilaian pelaku UMKM terhadap kinerja pemerintah dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.
Menurut dia, kebangkitan UMKM di dalam negeri sekaligus merefleksikan kuatnya pemulihan ekonomi Indonesia yang dipercaya menjadi Presidensi G20 dengan tema Recover Together, Recover Stronger pada tahun ini.
Baca juga: BRI dorong pemerataan ekonomi melalui Holding Ultra Mikro untuk UMKM
Sektor UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia dilihat telah mampu beradaptasi dan mulai pulih dengan baik di kondisi pandemi COVID-19, sehingga berhasil menjadi angin segar bagi pertumbuhan bisnis BRI.
"Membaiknya permintaan menjadikan BRI optimistis tetap optimal melakukan ekspansi kredit. Situasi yang sebenarnya bisa saya katakan masih optimistis bahwa kami akan bisa tumbuh secara berkelanjutan," tambah Sunarso.
BRI menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran sembilan persen sampai 11 persen pada tahun 2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Dari segi manajemen risiko, Sunarso yakin BRI bisa menjaga rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di level 2,8 persen hingga tiga persen.
Sedangkan, profitabilitas terus didongkrak dengan mematok target Net Interest Margin (NIM) 7,6 persen sampai 7,8 persen, dibarengi dengan efisiensi cost of credit di kisaran 2,8 persen hingga tiga persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pelaku UMKM merasa optimistis terhadap berbagai langkah yang ditempuh pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, menstabilkan harga barang dan jasa, menyediakan dan merawat infrastruktur, memberikan rasa aman dan tentram, serta menegakkan hukum dan rasa keadilan.
“Data tiga indeks menunjukkan optimisme. Indeks kepercayaan pelaku UMKM terhadap pemerintah masih sangat baik, artinya sangat percaya terhadap kemampuan pemerintah mengelola berbagai tantangan perekonomian nasional. Maka itulah yang menjadikan BRI untuk menghadapi 2022 itu optimis,” kata Sunarso dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa.
Baca juga: BRI siap dukung penyaluran kredit untuk UMKM
Ketiga indeks yang dimaksud berasal dari riset Indeks Bisnis UMKM BRI, yang telah mencapai level optimistis dengan skor melebihi 100 pada kuartal IV-2021.
Indeks pertama adalah indeks bisnis UMKM secara mikro yang mengukur volume produksi, total nilai penjualan, rata-rata harga jual, volume pesanan, volume pemesanan barang input, volume persediaan barang jadi, rata-rata jumlah karyawan, hingga realisasi investasi mendapat hasil yang memuaskan.
Sunarso melanjutkan indeks kedua yaitu indeks sentimen bisnis UMKM yang menggali skor terhadap kondisi ekonomi makro, dimana pelaku UMKM menyatakan kondisi perekonomian nasional hingga kondisi usaha telah mengalami perbaikan.
Sementara, indeks ketiga adalah penilaian pelaku UMKM terhadap kinerja pemerintah dalam penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.
Menurut dia, kebangkitan UMKM di dalam negeri sekaligus merefleksikan kuatnya pemulihan ekonomi Indonesia yang dipercaya menjadi Presidensi G20 dengan tema Recover Together, Recover Stronger pada tahun ini.
Baca juga: BRI dorong pemerataan ekonomi melalui Holding Ultra Mikro untuk UMKM
Sektor UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia dilihat telah mampu beradaptasi dan mulai pulih dengan baik di kondisi pandemi COVID-19, sehingga berhasil menjadi angin segar bagi pertumbuhan bisnis BRI.
"Membaiknya permintaan menjadikan BRI optimistis tetap optimal melakukan ekspansi kredit. Situasi yang sebenarnya bisa saya katakan masih optimistis bahwa kami akan bisa tumbuh secara berkelanjutan," tambah Sunarso.
BRI menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran sembilan persen sampai 11 persen pada tahun 2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Dari segi manajemen risiko, Sunarso yakin BRI bisa menjaga rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di level 2,8 persen hingga tiga persen.
Sedangkan, profitabilitas terus didongkrak dengan mematok target Net Interest Margin (NIM) 7,6 persen sampai 7,8 persen, dibarengi dengan efisiensi cost of credit di kisaran 2,8 persen hingga tiga persen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022