Denpasar (Antara Bali) - Banyak mahasiswa mancanegara belajar seni tari dan musik Bali di daerah ini merupakan salah satu penyebab meningkatkan realisasi ekspor hasil kerajinan alat musik jenis tradisional buatan perajin Bali.
"Semakin banyak alat musik tradisional Bali dipasarkan ke luar negeri dengan tujuan utama Italia, Jepang dan Amerika Serikat," kata perajin sekaligus pengusaha kerajinan bambu asal Gianyar Made Suweta di Denpasar, Sabtu.
Banyak mahasiswa mancanegara yang mempelajari seni dan budaya Bali melalui kerja sama kebudayaan Indonesia dengan pihak asing, maka semakin berkembang juga seni tari dan tabuh pulauu Dewata di mancanegara.
Di Jepang saja ada sedikitnya 40 set gamelan Bali ada tersebar di negeri itu belum lagi di Amerika serikat, Australia dan Eropa lainnya sehingga tidak mengherankan jika alat musik tradisional tetap memiliki penggemar di pasaran ekspor.
Alat musik tradisional Bali dengan bahan baku bambu seperti seruling masih banyak peminatnya di luar negeri, terutama bagi mereka yang sekedar ingin mengetahui dan memiliki sarana musik ini, kata Suweta.
Pembeli alat musik tradisional Bali belum tentu tahu seni gamelan, itu semua mungkin hanya sebagai pajangan di rumahnya sebagai kebanggaan bahwa yang bersangkutan pernah ke pulau Dewata, tetapi ada pula sekedar iseng memukulnya.
Ia mengatakan, kondisi ekonomi global yang melanda sejumlah negara maju ternyata tidak berpengaruh terhadap perdagangan alat musik tradisional Bali, termasuk alat gamelan dari luar daerah seperti kendang jimbe juga laku ke pasar ekspor dari Bali.
Seni budaya tradisional yang berkembang dan terbina baik di Bali, juga merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan asing yang berlibur ke sini untuk memilikinya, karena mereka (turis asing-red) setelah keliling menyaksikan kesenian, kepingin membeli alat musik tradisional tersebut.
Pesta Seni Bali yang berlangsung setiap tahun di Bali, kata Suweta juga berperan besar dalam memasarkan alat musik tersebut, sebab selama perhelatan budaya tersebut di Denpasar turis menyaksikan sarana itu dan kepingin membelinya.
Perajin alat musik tradisional itu yang sebagian besar berada di Gianyar seperti di Belega Blahbatuh, di Kecamatan Payangan Gianyar ternyata masih banyak memasuki pasar ekspor, walau terjadi krisis ekonomi di sejumlah negara.
Kepala Subdinas Perdagangan Luar Negeri Disperindag Bali, Ni Wayan Kusumawathi membenarkan khusus perdagangan luar negeri terhadap alat musik tradisional Bali meningkat pada hal sejumlah ekspor hasil kerajinan merosot.
Khusus realisasi ekspor alat musik tradisional Bali baik volume perdagangan maupun perolehan devisanya perioda Januari-Oktober 2009 meningkat yang cukup signifikan jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Perolehan devisa alat musik tradisional Bali selama sepuluh bulan pertama 2009 mencapai 1.025.648 dolar AS hasil penjualan 64.731 Pcs, naik 38 persen dalam nilainya dari perioda sama 2008 hanya 743.176 dolar atas penjualan 46.270 Pcs. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2009
"Semakin banyak alat musik tradisional Bali dipasarkan ke luar negeri dengan tujuan utama Italia, Jepang dan Amerika Serikat," kata perajin sekaligus pengusaha kerajinan bambu asal Gianyar Made Suweta di Denpasar, Sabtu.
Banyak mahasiswa mancanegara yang mempelajari seni dan budaya Bali melalui kerja sama kebudayaan Indonesia dengan pihak asing, maka semakin berkembang juga seni tari dan tabuh pulauu Dewata di mancanegara.
Di Jepang saja ada sedikitnya 40 set gamelan Bali ada tersebar di negeri itu belum lagi di Amerika serikat, Australia dan Eropa lainnya sehingga tidak mengherankan jika alat musik tradisional tetap memiliki penggemar di pasaran ekspor.
Alat musik tradisional Bali dengan bahan baku bambu seperti seruling masih banyak peminatnya di luar negeri, terutama bagi mereka yang sekedar ingin mengetahui dan memiliki sarana musik ini, kata Suweta.
Pembeli alat musik tradisional Bali belum tentu tahu seni gamelan, itu semua mungkin hanya sebagai pajangan di rumahnya sebagai kebanggaan bahwa yang bersangkutan pernah ke pulau Dewata, tetapi ada pula sekedar iseng memukulnya.
Ia mengatakan, kondisi ekonomi global yang melanda sejumlah negara maju ternyata tidak berpengaruh terhadap perdagangan alat musik tradisional Bali, termasuk alat gamelan dari luar daerah seperti kendang jimbe juga laku ke pasar ekspor dari Bali.
Seni budaya tradisional yang berkembang dan terbina baik di Bali, juga merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan asing yang berlibur ke sini untuk memilikinya, karena mereka (turis asing-red) setelah keliling menyaksikan kesenian, kepingin membeli alat musik tradisional tersebut.
Pesta Seni Bali yang berlangsung setiap tahun di Bali, kata Suweta juga berperan besar dalam memasarkan alat musik tersebut, sebab selama perhelatan budaya tersebut di Denpasar turis menyaksikan sarana itu dan kepingin membelinya.
Perajin alat musik tradisional itu yang sebagian besar berada di Gianyar seperti di Belega Blahbatuh, di Kecamatan Payangan Gianyar ternyata masih banyak memasuki pasar ekspor, walau terjadi krisis ekonomi di sejumlah negara.
Kepala Subdinas Perdagangan Luar Negeri Disperindag Bali, Ni Wayan Kusumawathi membenarkan khusus perdagangan luar negeri terhadap alat musik tradisional Bali meningkat pada hal sejumlah ekspor hasil kerajinan merosot.
Khusus realisasi ekspor alat musik tradisional Bali baik volume perdagangan maupun perolehan devisanya perioda Januari-Oktober 2009 meningkat yang cukup signifikan jika dibandingkan tahun sebelumnya.
Perolehan devisa alat musik tradisional Bali selama sepuluh bulan pertama 2009 mencapai 1.025.648 dolar AS hasil penjualan 64.731 Pcs, naik 38 persen dalam nilainya dari perioda sama 2008 hanya 743.176 dolar atas penjualan 46.270 Pcs. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2009