Manajer Riset dan Pengembangan Program Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON) Daru Setyorini mengatakan temuan sampah atau limbah medis alat tes antigen di Selat Bali dapat berdampak kepada lingkungan sekitar termasuk ketika terdegradasi menjadi mikroplastik.

Dihubungi ANTARA dari Jakarta pada Kamis, Daru mengatakan bahan kimia yang digunakan dalam tes antigen dapat mengontaminasi lingkungan sekitar tempat limbah medis itu ditemukan.

"Yang kedua dari sampah plastiknya kalau dibuang ke lingkungan bisa lama-lama terurai menjadi mikroplastik, juga bahan kimia plastiknya terlarut dalam perairan sekitar," ujar Daru.

Baca juga: DKLH Bali: sampah styrofoam meningkat selama pandemi COVID-19

Hal itu perlu menjadi perhatian karena plastik kebanyakan dibuat dari bahan kimia sintetis yang dapat bersifat racun termasuk Bisphenol-A (BPA) yang dapat mempengaruhi kesehatan.

Tidak hanya itu, degradasi itu bisa juga berpengaruh terhadap ekosistem termasuk ikan dan burung.

"Ketika tes pack ini lama-lama terdegradasi menjadi serpihan yang lebih kecil dia akan semakin menyebar ke laut," jelasnya.

Sebelumnya telah ditemukan banyak limbah medis berupa sampah kits tes antigen di sepanjang pantai di Selat Bali yang viral di media sosial beberapa hari terakhir.
Video pertama berdurasi 30 detik memperlihatkan ribuan cotton buds bekas tes antigen mengambang di Selat Bali dan video kedua menunjukkan beberapa kits tes antigen dibuang dan dibakar di pinggir pantai Selat Bali.

Baca juga: KLHK pastikan dua kawasan mangrove tanpa sampah Jelang G20 (video)

Isu limbah medis juga menjadi sorotan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) yang memperingatkan bahwa puluhan ton limbah medis terdiri dari bekas jarum suntik, alat uji dan botol vaksin selama pandemi mengancam kesehatan manusia dan lingkungan.

Laporan WHO yang dirilis pada Selasa lalu (1/2) menjelaskan bahwa diperkirakan sekitar 87.000 ton alat pelindung diri (APD) telah dipesan melalui portal PBB hingga November 2021. Sebagian besar APD itu diperkirakan akan berakhir sebagai limbah.

Laporan itu juga menyebutkan 140 juta alat uji berpotensi menghasilkan 2.600 ton sampah non-infeksius dan kebanyakan berbahan plastik serta 731.000 liter limbah kimia.
 

Pewarta: Prisca Triferna Violleta

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022