Kakao yang merupakan salah satu komoditas unggulan yang dimiliki Kabupaten Jembrana, Bali, berhasil memperluas pangsa pasar ekspornya ke wilayah Asia Timur, yaitu ke wilayah Jepang.
"Ini sesuatu yang sangat menggembirakan karena di tengah situasi pandemi COVID-19, para petani kakao organik di Jembrana mampu menembus pasar ekspor Jepang," ujar Kepala Karantina Pertanian Denpasar, I Putu Terunanegara di Kota Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, komoditas kakao yang diekspor ke Jepang tersebut merupakan kakao yang dihasilkan para petani kakao di bawah binaan Koperasi Kerta Semaya Jembrana.
Baca juga: Bea Cukai fasilitasi ekspor satu ton kakao Bali ke Belgia
"Selama masa pandemi COVID-19 ini, mereka masih mampu melakukan ekspor kakao ke Belgia, dan saat ini luar biasanya bisa menembus pasar Jepang sehingga diharapkan benar-benar hal ini akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali dari sektor pertanian," katanya.
Putu Terunanegara menjelaskan, untuk memastikan kualitas kakao yang akan diekspor ke Jepang, pejabat Karantina Pertanian Denpasar beberapa waktu yang lalu telah melakukan pemeriksaan terhadap dua ton kakao asal Jembrana dengan nilai ekspor Rp140 juta.
Ekspor komoditas kakao dalam jumlah besar itu dilakukan setelah sebelumnya beberapa kali contoh kakao organik hasil petani di Jembrana dikirim ke Jepang.
Menurut Putu Terunanegara, komoditas kakao asal Jembrana mempunyai keunggulan tersendiri karena para petani melakukan pengolahan pascapanen sedikit berbeda melalui teknik fermentasi.
Baca juga: Menkop/UKM dorong petani kakao Bali tingkatkan kualitas produksi (video)
Selain Jepang, pasar kakao Jembrana sebelumnya juga sudah menembus pasar Jerman, Amerika Serikat, Austria, Maroko, Arab Saudi, Singapura, Korea Selatan, dan Belgia.
"Di masa pandemi saat ini, dari data Iqfast, ekspor komoditas kakao dari Jembrana sudah mencapai 5,3 ton. Dengan adanya berbagai ekspor komoditas pertanian dari Bali, kami berharap ini dapat mendongkrak roda ekonomi dan menarik minat kalangan muda untuk terjun ke bidang pertanian," ujar Putu Terunanegara.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Ini sesuatu yang sangat menggembirakan karena di tengah situasi pandemi COVID-19, para petani kakao organik di Jembrana mampu menembus pasar ekspor Jepang," ujar Kepala Karantina Pertanian Denpasar, I Putu Terunanegara di Kota Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, komoditas kakao yang diekspor ke Jepang tersebut merupakan kakao yang dihasilkan para petani kakao di bawah binaan Koperasi Kerta Semaya Jembrana.
Baca juga: Bea Cukai fasilitasi ekspor satu ton kakao Bali ke Belgia
"Selama masa pandemi COVID-19 ini, mereka masih mampu melakukan ekspor kakao ke Belgia, dan saat ini luar biasanya bisa menembus pasar Jepang sehingga diharapkan benar-benar hal ini akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali dari sektor pertanian," katanya.
Putu Terunanegara menjelaskan, untuk memastikan kualitas kakao yang akan diekspor ke Jepang, pejabat Karantina Pertanian Denpasar beberapa waktu yang lalu telah melakukan pemeriksaan terhadap dua ton kakao asal Jembrana dengan nilai ekspor Rp140 juta.
Ekspor komoditas kakao dalam jumlah besar itu dilakukan setelah sebelumnya beberapa kali contoh kakao organik hasil petani di Jembrana dikirim ke Jepang.
Menurut Putu Terunanegara, komoditas kakao asal Jembrana mempunyai keunggulan tersendiri karena para petani melakukan pengolahan pascapanen sedikit berbeda melalui teknik fermentasi.
Baca juga: Menkop/UKM dorong petani kakao Bali tingkatkan kualitas produksi (video)
Selain Jepang, pasar kakao Jembrana sebelumnya juga sudah menembus pasar Jerman, Amerika Serikat, Austria, Maroko, Arab Saudi, Singapura, Korea Selatan, dan Belgia.
"Di masa pandemi saat ini, dari data Iqfast, ekspor komoditas kakao dari Jembrana sudah mencapai 5,3 ton. Dengan adanya berbagai ekspor komoditas pertanian dari Bali, kami berharap ini dapat mendongkrak roda ekonomi dan menarik minat kalangan muda untuk terjun ke bidang pertanian," ujar Putu Terunanegara.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021