Tenaga Ahli Utama Kedeputian II Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo menegaskan pandemi COVID-19 merupakan pemicu pertumbuhan kemandirian industri farmasi nasional, salah satunya PT Bio Farma (Persero).
Hal itu disampaikan Abraham untuk menegaskan pernyataan Presiden RI Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR 2021, yang menyebut tentang kemandirian industri farmasi.
"Kemandirian industri farmasi yang dimaksud Presiden adalah pencapaian dari industri farmasi Tanah Air. Salah satunya PT Bio Farma (Persero)," ujar Abraham dalam siaran pers KSP, di Jakarta, Selasa.
Presiden Jokowi dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR 2021, Senin (16/8), menangkap efek positif pandemi COVID-19. Terutama dalam hal kemandirian industri farmasi, mulai dari obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan yang selama ini masih menjadi kelemahan serius.
Menurut Presiden Jokowi, pandemi telah mempercepat pengembangan industri farmasi dalam negeri, termasuk pengembangan vaksin Merah-Putih, dan juga oksigen untuk kesehatan.
Abraham menyebut, apa yang dimaksud Presiden adalah pencapaian dari industri farmasi Tanah Air, salah satunya PT Bio Farma (Persero).
Menurutnya, holding BUMN farmasi ini berhasil meningkatkan kapasitas produksi vaksin COVID-19 sesuai dengan standar dunia. Hal itu berdasarkan penilaian Global Alliance for Vaccines and Immunization (Gavi) atau Aliansi Global untuk Vaksin.
"Dengan begitu, Bio Farma tersebut memiliki kapasitas untuk memproduksi 250 juta vaksin COVID-19," ujar Abraham.
Pada sisi lain, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, setidaknya sudah ada 358 jenis alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri, dan 79 jenis alkes yang menjadi substitusi/pengganti produk impor.
"Ini membuktikan bahwa produsen alkes dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik serta menggantikan produk impor," kata Abraham.
Tidak hanya itu, Abraham juga menyinggung persoalan lemahnya produksi alat pelindung diri (APD).
Menurut Abraham, selama pandemi, beberapa produsen justru mampu memproduksi APD di dalam negeri, termasuk bahan baku pembuatan APD pun diperoleh dari dalam negeri.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Hal itu disampaikan Abraham untuk menegaskan pernyataan Presiden RI Joko Widodo dalam Sidang Tahunan MPR 2021, yang menyebut tentang kemandirian industri farmasi.
"Kemandirian industri farmasi yang dimaksud Presiden adalah pencapaian dari industri farmasi Tanah Air. Salah satunya PT Bio Farma (Persero)," ujar Abraham dalam siaran pers KSP, di Jakarta, Selasa.
Presiden Jokowi dalam pidatonya di Sidang Tahunan MPR 2021, Senin (16/8), menangkap efek positif pandemi COVID-19. Terutama dalam hal kemandirian industri farmasi, mulai dari obat, vaksin, dan alat-alat kesehatan yang selama ini masih menjadi kelemahan serius.
Menurut Presiden Jokowi, pandemi telah mempercepat pengembangan industri farmasi dalam negeri, termasuk pengembangan vaksin Merah-Putih, dan juga oksigen untuk kesehatan.
Abraham menyebut, apa yang dimaksud Presiden adalah pencapaian dari industri farmasi Tanah Air, salah satunya PT Bio Farma (Persero).
Menurutnya, holding BUMN farmasi ini berhasil meningkatkan kapasitas produksi vaksin COVID-19 sesuai dengan standar dunia. Hal itu berdasarkan penilaian Global Alliance for Vaccines and Immunization (Gavi) atau Aliansi Global untuk Vaksin.
"Dengan begitu, Bio Farma tersebut memiliki kapasitas untuk memproduksi 250 juta vaksin COVID-19," ujar Abraham.
Pada sisi lain, berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan, setidaknya sudah ada 358 jenis alat kesehatan (alkes) yang diproduksi di dalam negeri, dan 79 jenis alkes yang menjadi substitusi/pengganti produk impor.
"Ini membuktikan bahwa produsen alkes dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik serta menggantikan produk impor," kata Abraham.
Tidak hanya itu, Abraham juga menyinggung persoalan lemahnya produksi alat pelindung diri (APD).
Menurut Abraham, selama pandemi, beberapa produsen justru mampu memproduksi APD di dalam negeri, termasuk bahan baku pembuatan APD pun diperoleh dari dalam negeri.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021