Denpasar (Antara Bali) - Negara Jepang membutuhkan tenaga perawat dan "care worker" atau perawat lanjut usia yang profesional namun kesempatan tersebut kebanyakan gugur karena terkendala bahasa, kata Kepala Sub-Bidang Penyiapan Penempatan BNP2TKI Alimansur Harahap.
"Peluang bekerja sebagai perawat, termasuk yang berasal dari Bali, semakin terbuka dengan adanya program 'Goverment to Goverment' (G to G) antara Indonesia dengan Jepang," katanya di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, dari tahun 2008 hingga 2012 terhitung 396 perawat dan 503 "care worker" asal Indonesia, termasuk dari Bali, yang diberangkatkan ke Jepang.
Tenaga perawat dan "care worker" yang diterima bekerja di Jepang mendapatkan gaji berkisar Rp10 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Alimansur menjelaskan persyaratan agar bisa bekerja sebagai perawat dan perawat untuk lanjut usia di Jepang minimal harus berkualifikasi pendidikan diploma (D3) keperawatan, berpengalaman dua tahun serta menguasai bahasa Jepang.
"Namun peluang bekerja di Jepang tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tenaga kerja kita. Hal itu diakibatkan karena faktor bahasa, sehingga para pencari kerja gagal saat menjalani tes," ucapnya.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Peluang bekerja sebagai perawat, termasuk yang berasal dari Bali, semakin terbuka dengan adanya program 'Goverment to Goverment' (G to G) antara Indonesia dengan Jepang," katanya di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, dari tahun 2008 hingga 2012 terhitung 396 perawat dan 503 "care worker" asal Indonesia, termasuk dari Bali, yang diberangkatkan ke Jepang.
Tenaga perawat dan "care worker" yang diterima bekerja di Jepang mendapatkan gaji berkisar Rp10 juta hingga Rp20 juta per bulan.
Alimansur menjelaskan persyaratan agar bisa bekerja sebagai perawat dan perawat untuk lanjut usia di Jepang minimal harus berkualifikasi pendidikan diploma (D3) keperawatan, berpengalaman dua tahun serta menguasai bahasa Jepang.
"Namun peluang bekerja di Jepang tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh tenaga kerja kita. Hal itu diakibatkan karena faktor bahasa, sehingga para pencari kerja gagal saat menjalani tes," ucapnya.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012