Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menawarkan konsep rumah produksi bersama bagi UMKM untuk memperkuat pasar-pasar tradisional khususnya yang ada di wilayah Kabupaten Klungkung, Bali.
"Kami menawarkan konsep rumah produksi bersama, karena itu harus didorong. Bisa juga kami bangunkan kawasan rumah produksi bersama berstandar industri. Di situlah UMKM bisa masuk karena sekarang engga ada lagi hibah karena kalau hibah yang untung itu pihak pengadaan barangnya, jadi enggak boleh begitu, sehingga kami sediakan akses pembiayaan yang murah berstandar industri," kata Menteri Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Klungkung, Bali, Selasa.
Ia mengatakan konsep rumah produksi bersama ini sekaligus berfungsi untuk memperkuat pasar-pasar tradisional dan memiliki daya tarik, efektif serta berpengaruh pada peningkatan penjualan selanjutnya juga bisa dihubungkan dengan digital sehingga pasar tradisional dapat bersaing.
Baca juga: Menkop/UKM dorong petani kakao Bali tingkatkan kualitas produksi (video)
Sementara itu, untuk menerapkan konsep rumah produksi bersama ini membutuhkan biaya kira-kira mencapai Rp100 miliar, lanjutnya, dengan rumah produksi bersama ini pelaku UMKM bisa meningkatkan kualitas produknya karena diproduksi dengan alat modern.
Selain itu juga terintegrasi dengan perizinan, misalnya dalam pengurusan izin halal dan izin edar lebih mudah karena sudah standar industri.
"Misalnya untuk produk sejenis sentra perkayuan, butuh peralatan modern untuk mengelola kayunya supaya furnitur-furnitur yang diproduksi oleh UMKM standar kayunya kualitas industri. Begitu juga pada sektor lainnya, seperti kuliner dan fashion," ucapnya.
Rumah produksi bersama juga bisa mengkonsolidasikan pembiayaan isi bahan baku sesuai standar industri. Penggunaan alat-alat produksinya juga modern dan efektif bagi UMKM.
Baca juga: Menkop UKM temui UMKM berbasis Ekraf untuk pemulihan ekonomi Bali
Dikatakannya, bahwa konsep rumah produksi bersama ini berawal dari munculnya permasalahan UMKM yaitu lemah dari segi daya saing produk. Menurutnya, biasanya kelemahan daya saing produk itu terletak pada proses produksi yang dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana.
"Sering eksportir mau ekspor produk UMKM, begitu dilihat produksinya di dapur, langsung pergi lagi enggak jadi dan harus ditingkatkan dengan penerapan teknologi di dalam proses produksinya, dan enggak mungkin UMKM per orang memiliki peralatan modern," katanya.
Sementara itu, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta merespon positif perencanaan tersebut. Pihaknya berharap selain melalui kementerian, anak-anak muda kreatif juga ikut membantu meningkatkan kualitas UMKM supaya bisa naik kelas.
"Harapan kami anak-anak muda ikut membantu peningkatan kualitas UMKM supaya bisa naik kelas dan yang paling penting enggak boleh jalan sendiri-sendiri. Apalagi situasi pandemi ini, tekanan-tekanan persaingan begitu ketat, kalau kita sudah berjalan konsolidasi bersama-sama maka akan berjalan lebih mudah," jelas Suwirta.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Kami menawarkan konsep rumah produksi bersama, karena itu harus didorong. Bisa juga kami bangunkan kawasan rumah produksi bersama berstandar industri. Di situlah UMKM bisa masuk karena sekarang engga ada lagi hibah karena kalau hibah yang untung itu pihak pengadaan barangnya, jadi enggak boleh begitu, sehingga kami sediakan akses pembiayaan yang murah berstandar industri," kata Menteri Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Klungkung, Bali, Selasa.
Ia mengatakan konsep rumah produksi bersama ini sekaligus berfungsi untuk memperkuat pasar-pasar tradisional dan memiliki daya tarik, efektif serta berpengaruh pada peningkatan penjualan selanjutnya juga bisa dihubungkan dengan digital sehingga pasar tradisional dapat bersaing.
Baca juga: Menkop/UKM dorong petani kakao Bali tingkatkan kualitas produksi (video)
Sementara itu, untuk menerapkan konsep rumah produksi bersama ini membutuhkan biaya kira-kira mencapai Rp100 miliar, lanjutnya, dengan rumah produksi bersama ini pelaku UMKM bisa meningkatkan kualitas produknya karena diproduksi dengan alat modern.
Selain itu juga terintegrasi dengan perizinan, misalnya dalam pengurusan izin halal dan izin edar lebih mudah karena sudah standar industri.
"Misalnya untuk produk sejenis sentra perkayuan, butuh peralatan modern untuk mengelola kayunya supaya furnitur-furnitur yang diproduksi oleh UMKM standar kayunya kualitas industri. Begitu juga pada sektor lainnya, seperti kuliner dan fashion," ucapnya.
Rumah produksi bersama juga bisa mengkonsolidasikan pembiayaan isi bahan baku sesuai standar industri. Penggunaan alat-alat produksinya juga modern dan efektif bagi UMKM.
Baca juga: Menkop UKM temui UMKM berbasis Ekraf untuk pemulihan ekonomi Bali
Dikatakannya, bahwa konsep rumah produksi bersama ini berawal dari munculnya permasalahan UMKM yaitu lemah dari segi daya saing produk. Menurutnya, biasanya kelemahan daya saing produk itu terletak pada proses produksi yang dilakukan dengan peralatan yang sangat sederhana.
"Sering eksportir mau ekspor produk UMKM, begitu dilihat produksinya di dapur, langsung pergi lagi enggak jadi dan harus ditingkatkan dengan penerapan teknologi di dalam proses produksinya, dan enggak mungkin UMKM per orang memiliki peralatan modern," katanya.
Sementara itu, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta merespon positif perencanaan tersebut. Pihaknya berharap selain melalui kementerian, anak-anak muda kreatif juga ikut membantu meningkatkan kualitas UMKM supaya bisa naik kelas.
"Harapan kami anak-anak muda ikut membantu peningkatan kualitas UMKM supaya bisa naik kelas dan yang paling penting enggak boleh jalan sendiri-sendiri. Apalagi situasi pandemi ini, tekanan-tekanan persaingan begitu ketat, kalau kita sudah berjalan konsolidasi bersama-sama maka akan berjalan lebih mudah," jelas Suwirta.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021