Keberadaan industri kecil menengah atau usaha kecil menengah (IKM/UKM) di Bali terus berjuang untuk tetap bisa eksistensi di tengah menghadapi pandemi COVID-19.
Ketua IKM/UKM Nusantara, Ayu Rusmini Lokikawati di Tabanan Bali, Selasa, mengatakan pandemi COVID-19 berdampak terhadap semua sektor perekonomian. Bahkan yang bertampak sekali adalah pada para pelaku UKM.
"Di tengah pandemi ini, semua sektor industri di Bali hampir bangkrut. Namun kami dorong dan motivasi agar setiap industri kecil tersebut terus memproduksi, walau tidak sebanyak seperti sebelum terjadinya pandemi," kata Ayu Rusmini yang akrab dipanggil Gek Ayu.
Menurut dia, para UKM saat ini memang daya produksinya menurun hingga 60 persen. Karena produksi UKM sebelumnya banyak didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Selain itu juga ada produk-produk di ekspor.
"Kini seiring terjadinya pandemi COVID-19. Pemasaran ekspor berhenti. Tapi mereka hanya untuk memenuhi pangsa pasar lokal dan melalui belanja berjaringan (online)," ujar Gek Ayu yang juga hobby berorganisasi sosial ini.
Gek Ayu juga mengaku sejak terjadinya pandemi, usaha yang dirintis seperti lemonic, noni juice (berbahan buah mengkudu) dan wine berbahan buah lokal yang sempat memenuhi kebutuhan hotel-hotel di Bali dan Indonesia serta ekspor ini, maka izin usahanya tersebut kini dikelola perusahaan lain.
"Memang brand Baliwein tetap dipertahankan dalam perusahaan tersebut. Tetapi besar harapan supaya terus dikembangkan guna membatu petani lokal dan hasil pertanian di saat pascapanen. Kini saya beralih memproduksi produk herbal di bawah bendera PT Herbali Dewata Nusantara. Seperti hand sanitizer. Dengan kondisi begini, produksinya juga menurun hingga 60 persen," ujarnya.
Tantangan berat
Seorang pengusaha Ni Made Roni dengan produk Made Tea, mengatakan pihaknya memproduksi teh berbahan herbal, di antaranya dari daun-daunan seperti alpukat. Produknya sebelum pandemi telah menjelajah pasar ekspor, seperti Korea Selatan, Italia, dan negara lainnya di dunia.
"Kejadian pandemi ini sangat berdampak pula pemasarannya. Sejak virus corona melanda dunia, ekspor pun terhenti. Sehingga produksi menurun hingga 60 persen," ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian terus mendukung industri kecil dan menengah (IKM) untuk meningkatkan kesiapan dan strategi yang tepat dalam meningkatkan kualitas serta membangun branding, selain itu juga memberikan bimbingan untuk beradaptasi, memperkuat inovasi dan teknologi, serta mampu membaca tren dan kebutuhan pasar.
“Berbagai program dari Kemenperin dapat dimanfaatkan dalam rangka mendukung IKM untuk bertahan, bahkan semakin berkembang di situasi yang serba baru saat ini, mulai dari program peningkatan teknologi digital, pengetahuan pengolahan, sertifikasi keamanan pangan, hingga fasilitasi pemasaran digital, baik domestik maupun global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam kunjungan ke IKM pengolahan cokelat di Kabupaten Tabanan Bali, Senin (31/5).
Agus Gumiwang mengatakan pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung merupakan tantangan berat bagi Indonesia. Dunia usaha termasuk pelaku IKM pun tak lepas dari dampak perlambatan ekonomi. Namun, dinamika yang terjadi selama masa pandemi ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi pelaku usaha untuk dapat menjawab kebutuhan pasar.
Ia menegaskan, dukungan Kemenperin terhadap IKM dilakukan antara lain dengan pembinaan ekosistem IKM yang holistik. Kemenperin telah membina IKM untuk memanfaatkan teknologi digital melalui program e-Smart IKM. Hal ini sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan oleh Presiden RI pada tahun 2018 dan diinisiasi oleh Kemenperin.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Ketua IKM/UKM Nusantara, Ayu Rusmini Lokikawati di Tabanan Bali, Selasa, mengatakan pandemi COVID-19 berdampak terhadap semua sektor perekonomian. Bahkan yang bertampak sekali adalah pada para pelaku UKM.
"Di tengah pandemi ini, semua sektor industri di Bali hampir bangkrut. Namun kami dorong dan motivasi agar setiap industri kecil tersebut terus memproduksi, walau tidak sebanyak seperti sebelum terjadinya pandemi," kata Ayu Rusmini yang akrab dipanggil Gek Ayu.
Menurut dia, para UKM saat ini memang daya produksinya menurun hingga 60 persen. Karena produksi UKM sebelumnya banyak didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. Selain itu juga ada produk-produk di ekspor.
"Kini seiring terjadinya pandemi COVID-19. Pemasaran ekspor berhenti. Tapi mereka hanya untuk memenuhi pangsa pasar lokal dan melalui belanja berjaringan (online)," ujar Gek Ayu yang juga hobby berorganisasi sosial ini.
Gek Ayu juga mengaku sejak terjadinya pandemi, usaha yang dirintis seperti lemonic, noni juice (berbahan buah mengkudu) dan wine berbahan buah lokal yang sempat memenuhi kebutuhan hotel-hotel di Bali dan Indonesia serta ekspor ini, maka izin usahanya tersebut kini dikelola perusahaan lain.
"Memang brand Baliwein tetap dipertahankan dalam perusahaan tersebut. Tetapi besar harapan supaya terus dikembangkan guna membatu petani lokal dan hasil pertanian di saat pascapanen. Kini saya beralih memproduksi produk herbal di bawah bendera PT Herbali Dewata Nusantara. Seperti hand sanitizer. Dengan kondisi begini, produksinya juga menurun hingga 60 persen," ujarnya.
Tantangan berat
Seorang pengusaha Ni Made Roni dengan produk Made Tea, mengatakan pihaknya memproduksi teh berbahan herbal, di antaranya dari daun-daunan seperti alpukat. Produknya sebelum pandemi telah menjelajah pasar ekspor, seperti Korea Selatan, Italia, dan negara lainnya di dunia.
"Kejadian pandemi ini sangat berdampak pula pemasarannya. Sejak virus corona melanda dunia, ekspor pun terhenti. Sehingga produksi menurun hingga 60 persen," ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian terus mendukung industri kecil dan menengah (IKM) untuk meningkatkan kesiapan dan strategi yang tepat dalam meningkatkan kualitas serta membangun branding, selain itu juga memberikan bimbingan untuk beradaptasi, memperkuat inovasi dan teknologi, serta mampu membaca tren dan kebutuhan pasar.
“Berbagai program dari Kemenperin dapat dimanfaatkan dalam rangka mendukung IKM untuk bertahan, bahkan semakin berkembang di situasi yang serba baru saat ini, mulai dari program peningkatan teknologi digital, pengetahuan pengolahan, sertifikasi keamanan pangan, hingga fasilitasi pemasaran digital, baik domestik maupun global,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam kunjungan ke IKM pengolahan cokelat di Kabupaten Tabanan Bali, Senin (31/5).
Agus Gumiwang mengatakan pandemi COVID-19 yang masih terus berlangsung merupakan tantangan berat bagi Indonesia. Dunia usaha termasuk pelaku IKM pun tak lepas dari dampak perlambatan ekonomi. Namun, dinamika yang terjadi selama masa pandemi ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi pelaku usaha untuk dapat menjawab kebutuhan pasar.
Ia menegaskan, dukungan Kemenperin terhadap IKM dilakukan antara lain dengan pembinaan ekosistem IKM yang holistik. Kemenperin telah membina IKM untuk memanfaatkan teknologi digital melalui program e-Smart IKM. Hal ini sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0 yang dicanangkan oleh Presiden RI pada tahun 2018 dan diinisiasi oleh Kemenperin.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021