Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong pengembangan agrowisata buah di berbagai daerah dengan membudidayakan buah lokal.
"Kebun kelengkeng ini menjadi salah satu tempat objek wisata. Selain memiliki Candi Borobudur, Kabupaten Magelang memiliki Wisata Kebun Kelengkeng," katanya saat meninjau kawasan Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur di Kabupaten Magelang, Sabtu.
Pada kesempatan tersebut Mentan juga melakukan panen kelengkeng sekaligus mencicipi buah lokal yang dikembangkan di kawasan agrowisata tersebut.
"Buah kelengkengnya manis-manis sekali dan bisa dilihat buahnya sangat banyak. Agrowisata di Kabupaten Magelang luar biasa. Kami akan dorong terus untuk kawasan buah lokal bisa dikembangkan jangan di satu daerah tapi di setiap daerah ada," katanya.
Selain itu, pengembangan kawasan buah lokal harus memperhatikan keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah. Bahkan harus dikelola secara komprehensif dari hulu hingga hilir.
Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri sehingga perlu dilakukan penyesuaian untuk buah lokal yang dikembangkan.
Pemilik Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur yang juga anggota Koramil 19/Borobudur, Kodim 0705/Magelang Mugiyanto menyampaikan terima kasih atas kunjungan Mentan SYL di lahan agrowisata kebun kelengkeng yang dikelolanya seluas 1,3 hektare dengan populasi 250 pohon jenis kateki.
"Ke depan lahan ini perlu di duplikasi di daerah lain. Ada lebih dari 8.000 desa di Indonesia, seandainya setiap desa memiliki minimal 1 hektare lahan yang ditanam dengan buah lokal maka kebutuhan Indonesia untuk buah lokal tentu akan tercukupi," katanya.
Mugiyanto mengaku dalam waktu dekat melakukan kerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk memperluas kawasan kebun kelengkeng.
Selain itu, pengembangan kebun kelengkeng ini memiliki pohon induk yang sudah disertifikasi sehingga setiap tahun bisa menghasilkan benih kelengkeng mencapai 100.000 benih yang siap tanam dan untuk mendukung program pemerintah.
"Benih sudah tersebar hampir di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua sudah ada. Kebetulan di Kalimantan Timur kami juga mendampingi petani di bawah Dinas Provinsi Kalimantan Timur," katanya.
Ia menyebutkan peluang usaha budidaya kelengkeng sangat menjanjikan, karena kebutuhan nasional menurut data mencapai 80 ribu ton hingga 90 ribu ton setiap tahun sebagian didatangkan dari luar.
"Bertani saat ini tidak kotor dan tidak susah apabila mau terus berinovasi. Kami di sini memiliki petani binaan Kabupaten Magelang yang memang men-support kebutuhan di sini. Di kebun kelengkeng ini menghasilkan 12 sampai 15 ton, untuk memenuhi kekurangan dari permintaan kami ambil dari petani-petani binaan," katanya.
Direktur Jenderal Hortikultura, Kementan Prihasto Setyanto mengatakan pengelolaan kebun kelengkeng ini merupakan model pengembangan budi daya kelengkeng berbasis kawasan yang memberikan keuntungan baik pada pengelolaan maupun kesejahteraan masyarakat sekitar.
Prihasto mengatakan pertumbuhan positif sektor pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah komoditas hortikultura yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,85 persen. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan buah dan sayur selama pandemi Covid-19.
Jawa Tengah merupakan sentra kelengkeng terbesar, dengan 167 ribu pohon dengan jenis kelengkeng batu, selarong, pingpong, diamond river, itoh, mutiara poncokusumo, dan kateki.
Lokasi sentra tersebar kelengkeng di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Semarang, Blora, Karanganyar, Klaten, Jepara, Temanggung, Wonogiri, Magelang, dan Sragen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Kebun kelengkeng ini menjadi salah satu tempat objek wisata. Selain memiliki Candi Borobudur, Kabupaten Magelang memiliki Wisata Kebun Kelengkeng," katanya saat meninjau kawasan Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur di Kabupaten Magelang, Sabtu.
Pada kesempatan tersebut Mentan juga melakukan panen kelengkeng sekaligus mencicipi buah lokal yang dikembangkan di kawasan agrowisata tersebut.
"Buah kelengkengnya manis-manis sekali dan bisa dilihat buahnya sangat banyak. Agrowisata di Kabupaten Magelang luar biasa. Kami akan dorong terus untuk kawasan buah lokal bisa dikembangkan jangan di satu daerah tapi di setiap daerah ada," katanya.
Selain itu, pengembangan kawasan buah lokal harus memperhatikan keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah. Bahkan harus dikelola secara komprehensif dari hulu hingga hilir.
Setiap daerah memiliki ciri khas sendiri sehingga perlu dilakukan penyesuaian untuk buah lokal yang dikembangkan.
Pemilik Agrowisata Kebun Kelengkeng Borobudur yang juga anggota Koramil 19/Borobudur, Kodim 0705/Magelang Mugiyanto menyampaikan terima kasih atas kunjungan Mentan SYL di lahan agrowisata kebun kelengkeng yang dikelolanya seluas 1,3 hektare dengan populasi 250 pohon jenis kateki.
"Ke depan lahan ini perlu di duplikasi di daerah lain. Ada lebih dari 8.000 desa di Indonesia, seandainya setiap desa memiliki minimal 1 hektare lahan yang ditanam dengan buah lokal maka kebutuhan Indonesia untuk buah lokal tentu akan tercukupi," katanya.
Mugiyanto mengaku dalam waktu dekat melakukan kerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk memperluas kawasan kebun kelengkeng.
Selain itu, pengembangan kebun kelengkeng ini memiliki pohon induk yang sudah disertifikasi sehingga setiap tahun bisa menghasilkan benih kelengkeng mencapai 100.000 benih yang siap tanam dan untuk mendukung program pemerintah.
"Benih sudah tersebar hampir di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Papua sudah ada. Kebetulan di Kalimantan Timur kami juga mendampingi petani di bawah Dinas Provinsi Kalimantan Timur," katanya.
Ia menyebutkan peluang usaha budidaya kelengkeng sangat menjanjikan, karena kebutuhan nasional menurut data mencapai 80 ribu ton hingga 90 ribu ton setiap tahun sebagian didatangkan dari luar.
"Bertani saat ini tidak kotor dan tidak susah apabila mau terus berinovasi. Kami di sini memiliki petani binaan Kabupaten Magelang yang memang men-support kebutuhan di sini. Di kebun kelengkeng ini menghasilkan 12 sampai 15 ton, untuk memenuhi kekurangan dari permintaan kami ambil dari petani-petani binaan," katanya.
Direktur Jenderal Hortikultura, Kementan Prihasto Setyanto mengatakan pengelolaan kebun kelengkeng ini merupakan model pengembangan budi daya kelengkeng berbasis kawasan yang memberikan keuntungan baik pada pengelolaan maupun kesejahteraan masyarakat sekitar.
Prihasto mengatakan pertumbuhan positif sektor pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah komoditas hortikultura yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,85 persen. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan buah dan sayur selama pandemi Covid-19.
Jawa Tengah merupakan sentra kelengkeng terbesar, dengan 167 ribu pohon dengan jenis kelengkeng batu, selarong, pingpong, diamond river, itoh, mutiara poncokusumo, dan kateki.
Lokasi sentra tersebar kelengkeng di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Semarang, Blora, Karanganyar, Klaten, Jepara, Temanggung, Wonogiri, Magelang, dan Sragen.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021