Sebanyak enam daerah di Provinsi Jawa Timur tercatat masuk zona merah atau berisiko tinggi terhadap penularan COVID-19.

"Kasusnya sekarang meningkat lagi setelah sempat melandai hingga ada enam daerah statusnya zona merah," ujar Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Rabu malam.

Berdasarkan data nasional yang diterima Satuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Jawa Timur, hari ini, pukul 16.00 WIB, enam daerah yang berisiko tinggi penularan itu, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jember, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Tuban, Kota Blitar, serta Kota Malang.

Secara rinci, per hari ini tambahan kasus yang terjadi di daerah tersebut, yakni Kabupaten Kediri bertambah 40 kasus sehingga totalnya mencapai 1.885 kasus, Jember juga bertambah 40 kasus sehingga totalnya 3.692 kasus, dan Banyuwangi bertambah 61 kasus sehingga totalnya 3.539 kasus.

Tuban bertambah 23 kasus sehingga totalnya mencapai 1.205 kasus, Kota Blitar bertambah 10 kasus sehingga totalnya 447 kasus, serta Kota Malang bertambah 91 kasus sehingga totalnya 2.925 kasus.

Baca juga: Bupati Situbondo meninggal dunia karena COVID-19

Selain itu, di Jatim saat ini tak ada satu pun yang daerahnya berstatus zona kuning atau berisiko rendah, sebab 32 kabupaten/kota lainnya masuk zona oranye atau berisiko sedang.

Sebanyak 32 daerah tersebut, yakni Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Jombang, Nganuk, Kabupaten Madiun dan Magetan.

Selain itu, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan, Gresik, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Kota Kediri, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Madiun, Kota Surabaya, serta Kota Batu.

Berdasarkan peta situasi COVID-19 dari data nasional, angka kumulatif konfirmasi 72.124 kasus, setelah hari ini mendapat 755 kasus tambahan baru.

Secara rinci, konfirmasi dirawat 4.831 kasus (6,7 persen), konfirmasi sembuh 62.277 kasus (86,35 persen), serta konfirmasi meninggal dunia 5.016 kasus (6,95 persen).

Baca juga: Pesona Bromo di tengah pandemi COVID-19

Gubernur Khofifah berharap seluruh masyarakat, khususnya di Jatim, tak berhenti menerapkan protokol kesehatan ketat, sebab dinilainya saat ini agak longgar.

"Ingat, pandemi belum berakhir. Jangan lengah dan mengabaikan protokol kesehatan. Laksanakan 3M, yaitu menggunakan masker, menjaga jarak serta mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir," katanya.

Pada kesempatan terpisah, Ketua Gugus Tugas Kuratif Satgas COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi, menyampaikan bahwa imbauan akhir tahun untuk tak menggelar berbagai acara apapun sebagai tepat demi menekan laju penularan kasus.

"Menjelang akhir tahun, jangan sampai lengah dan abai terhadap protokol kesehatan. Masyarakat harus patuh dan tidak meremehkan COVID-19," tutur Direktur RSUD dr Soetomo tersebut.

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020