Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan tak dapat dipungkiri bahwa negara tersebut akan menghadapi gelombang kedua virus corona dan meski dirinya tidak menginginkan penguncian nasional kedua namun pemerintah mungkin perlu menerapkan pembatasan lanjutan.
Inggris dikabarkan sedang mempertimbangkan apakah pihaknya akan memberlakukan penguncian lanjutan di seluruh negeri, setelah kasus baru COVID-19 hampir dua kali lipat menjadi 6.000 per hari, pasien baru di rumah sakit meningkat dan tingkat infeksi melonjak di seluruh wilayah Inggris utara dan London.
Baca juga: Kasus COVID-19 di Inggris naik 167 persen sejak akhir Agustus
"Kini kami melihat gelombang kedua datang...Saya khawatir, tak dapat dihindari, bahwa kami akan melihatnya di negeri ini," ucap Boris.
Kenaikan tajam dalam jumlah kasus di Inggris menandakan bahwa pemerintah perlu mengevaluasi semuanya dan ia tidak mengesampingkan penerapan pembatasan lanjutan.
"Saya sama sekali tidak menginginkan penguncian nasional lagi," katanya, namun menambahkan: "Ketika anda melihat apa yang sedang terjadi maka anda harus mempertimbangkan apakah kita perlu melangkah lebih jauh."
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Inggris dikabarkan sedang mempertimbangkan apakah pihaknya akan memberlakukan penguncian lanjutan di seluruh negeri, setelah kasus baru COVID-19 hampir dua kali lipat menjadi 6.000 per hari, pasien baru di rumah sakit meningkat dan tingkat infeksi melonjak di seluruh wilayah Inggris utara dan London.
Baca juga: Kasus COVID-19 di Inggris naik 167 persen sejak akhir Agustus
"Kini kami melihat gelombang kedua datang...Saya khawatir, tak dapat dihindari, bahwa kami akan melihatnya di negeri ini," ucap Boris.
Kenaikan tajam dalam jumlah kasus di Inggris menandakan bahwa pemerintah perlu mengevaluasi semuanya dan ia tidak mengesampingkan penerapan pembatasan lanjutan.
"Saya sama sekali tidak menginginkan penguncian nasional lagi," katanya, namun menambahkan: "Ketika anda melihat apa yang sedang terjadi maka anda harus mempertimbangkan apakah kita perlu melangkah lebih jauh."
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020