Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengenang mendiang Abdul Malik Fadjar sebagai sosok yang banyak memberikan inspirasi dan pembelajaran.
"Beliau adalah sosok yang memberikan banyak inspirasi dan pembelajaran bagi kita semua, termasuk tentang pendekatan humanis, demokratis, dan memberikan kebebasan hak asasi manusia dalam pendidikan. Selamat jalan pahlawan dan guru bangsa," kata Nadiem sebagaimana dikutip dalam keterangan pers kementerian di Jakarta, Selasa.
Abdul Malik Fadjar meninggal dunia di Jakarta pada usia 81 tahun pada Senin (7/9) pukul 19.00 WIB.
Tokoh Muhammadiyah itu pernah menjabat sebagai menteri pendidikan nasional dan menteri agama serta menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
"Mewakili keluarga besar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saya menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya Bapak Prof Abdul Malik Fajar. Insya Allah amal ibadah almarhum diterima oleh Allah SWT," kata Nadiem.
Baca juga: Mendikbud tegaskan tak ada rencana permanenkan pendidikan jarak jauh
Dalam rilis UMM pada Senin (7/9/2020), Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof. Dr. (H.C.) Drs. H. Abdul Malik Fadjar, M.Sc. yang juga Rektor UMM periode 1983-2000 telah menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 19.00 WIB di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan dalam usia 81 tahun.
Abdul Malik Fadjar lahir di Yogyakarta pada 22 Februari 1939. Ia dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli pada dunia pendidikan. Sebagai anak seorang guru yang juga aktivis Muhammadiyah, Malik Fadjar adalah sosok yang mewarisi jiwa aktivisme dan kepemimpinan ayahnya, Fadjar Martodiharjo yang di kalangan Muhammadiyah dikenal sebagai tokoh yang bijaksana dan mengayomi.
Darah guru terbukti menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang. Selanjutnya, perjalanan hidupnya tak pernah lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan.
Selepas dari SRN Taliwang, ia berturut-turut kemudian mengajar di Sekolah Guru Bantu (SGB) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Sumbawa Besar NTB pada rentang 1960-1963, dosen Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang pada 1972, dosen dan dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) hingga 1983, dan kemudian menjadi rektor di dua kampus, yaitu di UMM pada 1983-2000 dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 1994-1995.
Baca juga: Inovasi pertanian berbasis digital dari mahasiswa UMM raih medali emas di Singapura
Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang.
Kesuksesannya dalam mengembangkan pendidikan, terutama pendidikan Islam, membuat namanya kian disegani dalam dunia pendidikan Indonesia. Terlebih, ia mampu membawa UMM yang semula tak begitu dipandang menjadi kampus yang amat disegani dalam konteks nasional bahkan internasional. Hal itu membuatnya dipercaya sebagai Menteri Agama di era Presiden BJ Habibie pada 1998-1999 dan Menteri Pendidikan Nasional di era kepemimpinan Megawati Soekarnoputri 2001-2004.
Bahkan, ia juga sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004. Di samping itu, Malik juga aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).
Jatidiri Malik Fadjar sebagai seorang pendidik, begitu pula karakter kepemimpinannya yang memiliki pengaruh demikian besar itu tidak terjadi begitu saja. Dari riwayat pendidikannya, terlihat bahwa ia memang memiliki passion yang amat besar untuk menjadi seorang guru. Malik memulai pendidikannya di SRN Pangenan Kertoyudan, Magelang, Jawa Tengah pada 1947. Ia selanjutnya bersekolah di Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) Magelang pada 1953 dan Pendidikan Guru Agama Atas Negeri (PGAAN) Yogyakarta pada 1957.
Ia kemudian kuliah di IAIN Sunan Ampel Malang pada 1963 dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Kemasyarakatan Islam pada 1972. Tujuh tahun setelahnya, yaitu pada 1979, ia melanjutkan studinya di Florida State University, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Science di bidang pengembangan pendidikan pada 1981.
Kepakarannya di bidang pendidikan kian lengkap setelah Malik dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel pada 1995. Kemudian pada 2001, Malik mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang kependidikan Islam dari Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tak perlu diragukan lagi, pada diri tokoh pendidikan yang tak pernah berhenti berkarya ini, mengalir darah guru dan darah Muhammadiyah, demikian ungkap Anwar Hudijono, penulis perjalanan hidup Malik Fadjar. Sungguh lengkap kiprah Malik Fadjar, mulai dari praktisi pendidikan paling dasar, birokrat pendidikan, hingga cendekiawan Muslim yang senantiasa berpikir soal kemajuan bangsanya. Ibarat pena, Malik Fadjar adalah tinta yang tak pernah habis. Guru adalah jiwanya. Penghayatan terhadap filosofi guru menjadikannya seorang guru yang sebenar-benarnya guru, hingga menjadi Menteri para Guru (Mendiknas). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Beliau adalah sosok yang memberikan banyak inspirasi dan pembelajaran bagi kita semua, termasuk tentang pendekatan humanis, demokratis, dan memberikan kebebasan hak asasi manusia dalam pendidikan. Selamat jalan pahlawan dan guru bangsa," kata Nadiem sebagaimana dikutip dalam keterangan pers kementerian di Jakarta, Selasa.
Abdul Malik Fadjar meninggal dunia di Jakarta pada usia 81 tahun pada Senin (7/9) pukul 19.00 WIB.
Tokoh Muhammadiyah itu pernah menjabat sebagai menteri pendidikan nasional dan menteri agama serta menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden.
"Mewakili keluarga besar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saya menyampaikan duka cita mendalam atas berpulangnya Bapak Prof Abdul Malik Fajar. Insya Allah amal ibadah almarhum diterima oleh Allah SWT," kata Nadiem.
Baca juga: Mendikbud tegaskan tak ada rencana permanenkan pendidikan jarak jauh
AKARTA, KOMPAS.com - Tokoh Muhammadiyah, Abdul Malik Fadjar, meninggal dunia, pada Senin (7/9/2020). Ia meninggal pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 19.00 WIB. "Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM) Abdul Malik Fadjar berpulang di usia 81 tahun," dikutip dari keterangan pers UMM, Senin (7/9/2020). Baca juga: Din Syamsuddin Apresiasi Pengangkatan Abdul Malik sebagai Anggota Wantimpres Abdul Malik Fadjar pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada era Presiden ke-3 RI BJ Habibie dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Kemudian, ia sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004. Di luar bidang pemerintahan, Abdul Malik aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS). Ia juga dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli pada dunia pendidikan. Darah guru menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang. Perjalanan hidupnya tak pernah lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan. Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang. Baca berikut
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tokoh Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar Tutup Usia", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/07/21251631/tokoh-muhammadiyah-abdul-malik-fadjar-tutup-usia.
Penulis : Sania Mashabi
Editor : Kristian Erdianto
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Rilis UMMArtikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tokoh Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar Tutup Usia", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/07/21251631/tokoh-muhammadiyah-abdul-malik-fadjar-tutup-usia.
Penulis : Sania Mashabi
Editor : Kristian Erdianto
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Dalam rilis UMM pada Senin (7/9/2020), Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof. Dr. (H.C.) Drs. H. Abdul Malik Fadjar, M.Sc. yang juga Rektor UMM periode 1983-2000 telah menghembuskan nafas terakhirnya pada pukul 19.00 WIB di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan dalam usia 81 tahun.
Abdul Malik Fadjar lahir di Yogyakarta pada 22 Februari 1939. Ia dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli pada dunia pendidikan. Sebagai anak seorang guru yang juga aktivis Muhammadiyah, Malik Fadjar adalah sosok yang mewarisi jiwa aktivisme dan kepemimpinan ayahnya, Fadjar Martodiharjo yang di kalangan Muhammadiyah dikenal sebagai tokoh yang bijaksana dan mengayomi.
Darah guru terbukti menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang. Selanjutnya, perjalanan hidupnya tak pernah lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan.
Selepas dari SRN Taliwang, ia berturut-turut kemudian mengajar di Sekolah Guru Bantu (SGB) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Sumbawa Besar NTB pada rentang 1960-1963, dosen Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang pada 1972, dosen dan dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) hingga 1983, dan kemudian menjadi rektor di dua kampus, yaitu di UMM pada 1983-2000 dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 1994-1995.
Baca juga: Inovasi pertanian berbasis digital dari mahasiswa UMM raih medali emas di Singapura
Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang.
Kesuksesannya dalam mengembangkan pendidikan, terutama pendidikan Islam, membuat namanya kian disegani dalam dunia pendidikan Indonesia. Terlebih, ia mampu membawa UMM yang semula tak begitu dipandang menjadi kampus yang amat disegani dalam konteks nasional bahkan internasional. Hal itu membuatnya dipercaya sebagai Menteri Agama di era Presiden BJ Habibie pada 1998-1999 dan Menteri Pendidikan Nasional di era kepemimpinan Megawati Soekarnoputri 2001-2004.
Bahkan, ia juga sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004. Di samping itu, Malik juga aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).
Jatidiri Malik Fadjar sebagai seorang pendidik, begitu pula karakter kepemimpinannya yang memiliki pengaruh demikian besar itu tidak terjadi begitu saja. Dari riwayat pendidikannya, terlihat bahwa ia memang memiliki passion yang amat besar untuk menjadi seorang guru. Malik memulai pendidikannya di SRN Pangenan Kertoyudan, Magelang, Jawa Tengah pada 1947. Ia selanjutnya bersekolah di Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) Magelang pada 1953 dan Pendidikan Guru Agama Atas Negeri (PGAAN) Yogyakarta pada 1957.
Ia kemudian kuliah di IAIN Sunan Ampel Malang pada 1963 dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Kemasyarakatan Islam pada 1972. Tujuh tahun setelahnya, yaitu pada 1979, ia melanjutkan studinya di Florida State University, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Science di bidang pengembangan pendidikan pada 1981.
Kepakarannya di bidang pendidikan kian lengkap setelah Malik dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel pada 1995. Kemudian pada 2001, Malik mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang kependidikan Islam dari Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tak perlu diragukan lagi, pada diri tokoh pendidikan yang tak pernah berhenti berkarya ini, mengalir darah guru dan darah Muhammadiyah, demikian ungkap Anwar Hudijono, penulis perjalanan hidup Malik Fadjar. Sungguh lengkap kiprah Malik Fadjar, mulai dari praktisi pendidikan paling dasar, birokrat pendidikan, hingga cendekiawan Muslim yang senantiasa berpikir soal kemajuan bangsanya. Ibarat pena, Malik Fadjar adalah tinta yang tak pernah habis. Guru adalah jiwanya. Penghayatan terhadap filosofi guru menjadikannya seorang guru yang sebenar-benarnya guru, hingga menjadi Menteri para Guru (Mendiknas). (*)
AKARTA, KOMPAS.com - Tokoh Muhammadiyah, Abdul Malik Fadjar, meninggal dunia, pada Senin (7/9/2020). Ia meninggal pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 19.00 WIB. "Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM) Abdul Malik Fadjar berpulang di usia 81 tahun," dikutip dari keterangan pers UMM, Senin (7/9/2020). Baca juga: Din Syamsuddin Apresiasi Pengangkatan Abdul Malik sebagai Anggota Wantimpres Abdul Malik Fadjar pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada era Presiden ke-3 RI BJ Habibie dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Kemudian, ia sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004. Di luar bidang pemerintahan, Abdul Malik aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS). Ia juga dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli pada dunia pendidikan. Darah guru menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang. Perjalanan hidupnya tak pernah lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan. Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang. Baca berikut
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tokoh Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar Tutup Usia", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/07/21251631/tokoh-muhammadiyah-abdul-malik-fadjar-tutup-usia.
Penulis : Sania Mashabi
Editor : Kristian Erdianto
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tokoh Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar Tutup Usia", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/07/21251631/tokoh-muhammadiyah-abdul-malik-fadjar-tutup-usia.
Penulis : Sania Mashabi
Editor : Kristian Erdianto
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
AKARTA, KOMPAS.com - Tokoh Muhammadiyah, Abdul Malik Fadjar, meninggal dunia, pada Senin (7/9/2020). Ia meninggal pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, pukul 19.00 WIB. "Ketua Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM) Abdul Malik Fadjar berpulang di usia 81 tahun," dikutip dari keterangan pers UMM, Senin (7/9/2020). Baca juga: Din Syamsuddin Apresiasi Pengangkatan Abdul Malik sebagai Anggota Wantimpres Abdul Malik Fadjar pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada era Presiden ke-3 RI BJ Habibie dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era Presiden Megawati Soekarnoputri. Kemudian, ia sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004. Di luar bidang pemerintahan, Abdul Malik aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS). Ia juga dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli pada dunia pendidikan. Darah guru menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, yaitu Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang. Perjalanan hidupnya tak pernah lepas dari dunia pengajaran dan pendidikan. Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, ia tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang. Baca berikut
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tokoh Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar Tutup Usia", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/07/21251631/tokoh-muhammadiyah-abdul-malik-fadjar-tutup-usia.
Penulis : Sania Mashabi
Editor : Kristian Erdianto
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tokoh Muhammadiyah Abdul Malik Fadjar Tutup Usia", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/09/07/21251631/tokoh-muhammadiyah-abdul-malik-fadjar-tutup-usia.
Penulis : Sania Mashabi
Editor : Kristian Erdianto
Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020