Kongres II Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dengan tema membangun ekosistem media siber berkelanjutan resmi dibuka dan di antara yang menjadi sorotan yakni tantangan media terutama soal banyaknya konten hoaks dan ujar kebencian.
"Saat ini produksi konten begitu banyak dan siapa pun bisa memiliki dan memproduksi. Dengan kondisi saat ini, tantangan kita bersama soal hoaks dan ujar kebencian yang sudah merajalela," ujar Ketua AMSI, Wenseslaus Manggut dalam sambutannya di kogres yang digelar secara virtual, Sabtu.
Ia menyebutkan saat ini sekitar 85 persen distribusi konten berita melalui platfrom di luar media terkait. Platform di luar media menentukan penjualan dan distribusi berita.
"Iklan yang ada di platform berdasarkan klik atau yang melihat. Nah, itu tentu mempengaruhi ruang berita," katanya.
Ia menyebutkan bahwa diperparah lagi, saat ini konten berupa hoaks dan ujar kebencian sudah menjadi produk yang bisa dijualbelikan. Produk tersebut tentu bisa menarik untuk klik atau pengunjung.
"Hoaks dan ujar kebencian menjadi ekosistem bisnis dan itu mempengaruhi keberlanjutan industri pers," katanya.
Baca juga: Presiden minta media tidak hanya cari "click" dan "like"
Dengan kondisi yang ada, AMSI bersama Mafindo menghadirkan cek fakta untuk memberantas hoaks dan ujar kebencian. Hasil cek fakta disebar melalui cekfakta.com dan media - media anggota AMSI yang saat ini mencapai 338 media siber.
"Hadirnya cek fakta sangat bermanfaat namun belum mampu maksimal dalam penanganan hoaks. Untuk keberlanjutan industri media, pihaknya juga telah melakukan kerjasama dengan perusahaan besar bermerak. Hal itu agar ada pemerataan dalam iklan dan lainnya," kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch Bangun mengatakan bahwa pihaknya terus menyerap aspirasi AMSI dan perusahaan media di daerah.
Terhadap persoalan media, pihaknya mengajak terus berdiskusi untuk bersama mencarikan solusi.
"Pemerintah juga telah siap memberikan insentif. Media siber harus terus berjalan meski bertahan dulu. Jaga kepercayaan masyarakat," kata dia.
Dalam kongres AMSI II, panitia juga menghadirkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani menjadi pembicara utama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Saat ini produksi konten begitu banyak dan siapa pun bisa memiliki dan memproduksi. Dengan kondisi saat ini, tantangan kita bersama soal hoaks dan ujar kebencian yang sudah merajalela," ujar Ketua AMSI, Wenseslaus Manggut dalam sambutannya di kogres yang digelar secara virtual, Sabtu.
Ia menyebutkan saat ini sekitar 85 persen distribusi konten berita melalui platfrom di luar media terkait. Platform di luar media menentukan penjualan dan distribusi berita.
"Iklan yang ada di platform berdasarkan klik atau yang melihat. Nah, itu tentu mempengaruhi ruang berita," katanya.
Ia menyebutkan bahwa diperparah lagi, saat ini konten berupa hoaks dan ujar kebencian sudah menjadi produk yang bisa dijualbelikan. Produk tersebut tentu bisa menarik untuk klik atau pengunjung.
"Hoaks dan ujar kebencian menjadi ekosistem bisnis dan itu mempengaruhi keberlanjutan industri pers," katanya.
Baca juga: Presiden minta media tidak hanya cari "click" dan "like"
Dengan kondisi yang ada, AMSI bersama Mafindo menghadirkan cek fakta untuk memberantas hoaks dan ujar kebencian. Hasil cek fakta disebar melalui cekfakta.com dan media - media anggota AMSI yang saat ini mencapai 338 media siber.
"Hadirnya cek fakta sangat bermanfaat namun belum mampu maksimal dalam penanganan hoaks. Untuk keberlanjutan industri media, pihaknya juga telah melakukan kerjasama dengan perusahaan besar bermerak. Hal itu agar ada pemerataan dalam iklan dan lainnya," kata dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Pers Hendry Ch Bangun mengatakan bahwa pihaknya terus menyerap aspirasi AMSI dan perusahaan media di daerah.
Terhadap persoalan media, pihaknya mengajak terus berdiskusi untuk bersama mencarikan solusi.
"Pemerintah juga telah siap memberikan insentif. Media siber harus terus berjalan meski bertahan dulu. Jaga kepercayaan masyarakat," kata dia.
Dalam kongres AMSI II, panitia juga menghadirkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani menjadi pembicara utama.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020