PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk meraup laba bersih sebesar Rp4,46 triliun selama semester pertama 2020 di tengah masa pandemi COVID-19, karena ditopang pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan realisasi penyaluran kredit yang tetap tumbuh.
“Perlambatan kinerja ekonomi Indonesia dan global secara bersamaan, namun capaian cukup baik dan melampaui perkiraan sebelumnya,” kata Direktur Layanan dan Jaringan BNI Adi Sulistyowati dalam paparan kinerja secara virtual di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, DPK pada paruh pertama 2020 tumbuh sebesar 11,3 persen dari Rp595,07 triliun pada 2019 menjadi Rp662,38 triliun pada semester I- 2020.
Bank BUMN ini mencatat pertumbuhan DPK lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan DPK untuk level industri per Juni 2020 yang tumbuh 7,9 persen dibandingkan tahun 2019.
Baca juga: BNI raih bank internasional terbaik 2020 di Asia Tenggara
Dalam menghimpun DPK itu, kata dia, pihaknya menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama agar dapat memperbaiki biaya dana atau cost of fund yang per semester pertama 2020 mencapai 2,9 persen.
Capaian cost of fund itu membaik sebesar 30 basis poin (bps) dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,2 persen sehingga mendorong penurunan beban bunga semester pertama sebesar -5,6 persen. Sehingga di tengah kondisi bisnis yang menantang akibat pandemi ini, lanjut dia, BNI dapat menjaga marjin bunga besih (NIM) pada level 4,5 persen.
Sementara itu realisasi penyaluran kredit BNI pada enam bulan pertama tahun ini tumbuh sebesar lima persen dibandingkan periode sama tahun lalu dari Rp549,23 triliun menjadi Rp 576,78 triliun atau sudah menyalurkan kredit sebesar Rp27,5 triliun.
Pertumbuhan itu, lanjut dia, sejalan dengan program pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional, sehingga ekspansi kredit didukung dengan kebijakan stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah, di antaranya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 tentang Penempatan Dana Pemerintah di Bank Umum.
Selain itu, juga PMK Nomor 71 dan 98 tentang Tata Cara Penjaminan Pemerintah kepada pelaku usaha dalam rangka pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional.
Baca juga: Karyawan BNI sisihkan THR Rp130,2 miliar untuk donasi penanganan COVID-19
Pertumbuhan kredit dikontribusi oleh kredit korporasi swasta yang tumbuh 12,6 persen dari Rp174,3 triliun pada semester pertama 2019 menjadi Rp196,32 triliun pada semester pertama 2020.
Kemudian kredit korporasi BUMN yang tumbuh 6,1 persen dari Rp111,04 triliun pada semester I-2019 menjadi Rp117,8 triliun pada semester I-2020.
Selain itu kredit segmen kecil dan konsumer juga menunjukkan pertumbuhan, masing-masing sebesar 3,4 persen dan 3,9 persen.
Pertumbuhan kredit pada segmen kecil, kata dia, terutama berasal dari penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit di bawah Rp10 miliar, sedangkan kredit konsumer berasal dari mortgage dan kredit tanpa agunan melalui gaji atau payroll loan.
Pertumbuhan kredit yang selektif dan terukur yang disertai dengan penurunan beban bunga yang signifikan menghasilkan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) sebesar Rp17,7 triliun atau tumbuh 1 persen.
Sementara itu dari sisi pendapatan non-bunga, BNI mencatat pertumbuhan sebesar 3,2 persen mencapai Rp5,54 triliun.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020