Jutaan alat tes COVID-19 yang mampu mendeteksi virus dalam waktu 90 menit akan dibagikan ke rumah sakit, rumah perawatan dan laboratorium di Inggris guna menambah kapasitas dalam beberapa bulan ke depan, kata Menteri Kesehatan Matt Hancock, Senin.
Menurut Hancock, bakal tersedia 5,8 juta alat tes yang menggunakan DNA dan 450.000 tes usap serta tak perlu dilakukan oleh profesional kesehatan.
"Fakta bahwa alat tes ini mampu mendeteksi flu serta COVID-19 akan sangat bermanfaat ketika kami memasuki musim dingin, sehingga pasien dapat mengikuti arahan yang benar untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain," katanya.
Secara terpisah, Layanan Kesehatan Nasional yang didanai pemerintah mengatakan pihaknya akan membagikan pengobatan "COVID-19 ramah" kepada pasien kanker, termasuk obat yang tak memiliki efek besar dalam sistem imun.
Sistem perawatan kesehatan Inggris kewalahan selama negara tersebut menghadapi puncak pandemi COVID-19, yang membunuh lebih dari 46.000 orang, jumlah tertinggi ke empat di dunia, menurut hitungan Reuters, Minggu.
Di jajaran negara-negara yang sedang berpacu menemukan vaksin COVID-19, Inggris termasuk berada di garis depan. Para peneliti di Laboratorium Universitas Oxford termasuk yang menelaah virus yang kini jadi pandemi itu.
Mereka telah menghasilkan calon vaksin yang kini sedang diuji klinis untuk melihat keampuhan dan keamanan vaksin corona itu saat digunakan sebagai penangkal penyakit yang pertama kali muncul akhir tahun lalu.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Menurut Hancock, bakal tersedia 5,8 juta alat tes yang menggunakan DNA dan 450.000 tes usap serta tak perlu dilakukan oleh profesional kesehatan.
"Fakta bahwa alat tes ini mampu mendeteksi flu serta COVID-19 akan sangat bermanfaat ketika kami memasuki musim dingin, sehingga pasien dapat mengikuti arahan yang benar untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain," katanya.
Secara terpisah, Layanan Kesehatan Nasional yang didanai pemerintah mengatakan pihaknya akan membagikan pengobatan "COVID-19 ramah" kepada pasien kanker, termasuk obat yang tak memiliki efek besar dalam sistem imun.
Sistem perawatan kesehatan Inggris kewalahan selama negara tersebut menghadapi puncak pandemi COVID-19, yang membunuh lebih dari 46.000 orang, jumlah tertinggi ke empat di dunia, menurut hitungan Reuters, Minggu.
Di jajaran negara-negara yang sedang berpacu menemukan vaksin COVID-19, Inggris termasuk berada di garis depan. Para peneliti di Laboratorium Universitas Oxford termasuk yang menelaah virus yang kini jadi pandemi itu.
Mereka telah menghasilkan calon vaksin yang kini sedang diuji klinis untuk melihat keampuhan dan keamanan vaksin corona itu saat digunakan sebagai penangkal penyakit yang pertama kali muncul akhir tahun lalu.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020