Komunitas motor di berbagai kota mulai bersiap menjalankan aktivitas keliling berwisata yang dikenal dengan "touring" seiring adaptasi kehidupan normal di tengah situasi pandemi COVID-19.

"Ini dilakukan para penggemar kegiatan 'mengukur jalanan' itu sejalan dengan terus membaiknya situasi yang ditimbulkan akibat pandemi COVID-19," kata Ketua Umum Dewata Rockers Bali Dwi Bagus Herlambang di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan bagi para anggota komunitas motor yang sudah gatal untuk mengaspal kembali, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan.

Karena setelah sekian lama vakum dan lebih banyak tinggal di rumah. Tentunya, kondisi fisik motor dan pemiliknya tidak seprima sebelum adanya pembatasan keluar rumah selama hampir empat bulan ini.

Lebih lanjut Dwi Bagus Herlambang yang biasa disapa Bengbeng berbagi kiat atau tips jika ingin "touring", apalagi jarak jauh.

menurut dia, sebelum berkendara jarak jauh, pemotor harus menyiapkan fisik dalam kondisi prima agar tubuh tetap kuat duduk di atas motor untuk waktu lama. Olahraga kecil, seperti jogging dan bersepeda diperlukan setiap harinya sebelum melakukan perjalanan keliling (touring).

"Istirahat dan makan yang cukup serta tambahkan vitamin sebelum berangkat. Sebaiknya cek kesehatan juga untuk memastikan bahwa kondisi fisik prima," kata Bengbeng.

Seorang anggota komunitas motor, Bagus, yang juga anggota Bold Riders Bali sudah berpengalaman "touring" hingga ke Sape, Bima, Nusa Tenggara Barat. Pengalaman "touring"-nya juga sudah ratusan kilometer dengan berbagai medan yang menantang.

Agar perjalanan tetap aman para pemotor harus saling mengingatkan dan mengambil waktu istirahat yang cukup. Karena setelah sekian lama tidak melakukan "touring", kondisi tubuh akan berbeda.

Jika sebelumnya setiap pekan touring, dan ini sudah empat bulan tidak menginjak aspal jarak jauh. Karena itu jika mau "touring" fisik mesti jadi perhatian utama.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah jangan memaksa fisik jika sudah berkendara. "Idealnya tiap perjalanan sudah dilalui jarak sekitar 100 sampai 120 kilometer (km), maka harus berhenti istirahat. Jika diukur dengan jarak rata-rata 2,5 sampai 3 jam sekali harus berhenti," ucapnya.

Namun demikian, acuan itu tidaklah kaku, tergantung cuaca juga. Jika cuaca ekstrim, seperti hujan deras atau panas sangat terik, maka bisa istirahat lebih cepat.

Jika berkendaraan di malam hari, pihaknya mengingatkan pemotor untuk bisa mengontrol rasa kantuk. Karena akan sangat bahaya jika dipaksa.

Hal utama lain yang wajib disiapkan adalah kondisi fisik motor. "Kelistrikan yang utama, karena saat pandemi ini segala aktivitas pasti berkurang, termasuk riding, jadi motor jarang dipakai. Aki dan kiprok bisa drop," tutur Bagus.

Xabre Of Dewata (XODA) juga punya kiat  yang sama bagi para penggemar touring yang lama "karantina wilayah". "Selain harus cek kendaraan, tes kesehatan seperti rapid tes, maupun swab tes sangat diperlukan," ujar Rofiq Fauzi Tz selaku Ketua Umum XODA.

Ketaatan pada protokol kesehatan COVID-19 sangat penting untuk mengantisipasi jika di perjalanan melewati berbagai kota yang ketat penjagaannya. Karena itu, kelengkapan administrasi kesehatan ini akan memudahkan pemotor menikmati perjalanannya.

"Safety gear, seperti pakai jaket, celana panjang, sepatu, sarung tangan, dan helm. Bawa juga hand sanitizer dan masker. Saat kondisi seperti ini rombongan touring sebaiknya dibatasi dulu mencegah adanya kerumuman," ujar Rofiq.
    

 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020