Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo mengatakan Pancasila dengan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan sosial menjadi modal besar dalam menghadapi penyebaran virus mematikan ini.
“Pancasila menjadi modal bagi bangsa ini untuk mengatasi pandemi COVID-19. Kita bisa melihat gerakan gotong royong di semua lapisan bangsa. Ini membuktikan bahwa jiwa dan roh Pancasila telah diaplikasikan dalam cara berpikir, bertindak, berelasi anak bangsa, dan mewujudkan nilai kemanusian dan solidaritas," kata Romo Benny Susetyo dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Nilai kemanusiaan dan semangat gotong royong, kata Romo Benny, harus terus dipupuk dan digalakkan. Tidak hanya dalam melawan COVID-19, tetapi dalam melawan berbagai bencana.
“Tanpa adanya gotong royong, Indonesia mungkin saja sudah bangkrut. Bahkan, Ibu Menteri Keuangan dengan jujur mengatakan gotong royong mampu membantu yang kurang mampu dan sebagainya sehingga bangsa ini mampu bertahan menghadapi COVID-19 ini,” kata alumnus Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang tersebut.
Baca juga: Pancasila dan Kontekstualisasi Nilai Gotong Royong (Pandemik COVID-19)
Dengan semangat gotong royong tersebut, lanjut Romo Benny, masyarakat bisa saling membantu satu sama lain dalam menghadapi pandemi. Masyarakat yang mampu membantu mereka yang ekonomi lemah. Bahkan, ini terjadi tanpa imbauan dari pemerintah.
“Gotong royong adalah roh bangsa ini. Tanpa diperintah pun masyarakat langsung melakukannya. Semangat ini harus terus digelorakan, tidak hanya saat pandemi corona, tetapi nanti kalau wabah ini sudah berakhir,” ujarnya.
Untuk mengatasi penyebaran COVID-19, dia memandang perlu pemerintah menerapkan teknologi, seperti di Korea dan India yang memantau warganya dengan menggunakan teknologi dalam upaya penerapan jaga jarak agar penyebaran COVID-19 tidak meluas.
Baca juga: Puan ingatkan jargon "Ho Lopis Kuntul Baris" saat Hari Lahir Pancasila
Menurut dia, Pemerintah bisa membuat aplikasi sendiri seperti yang ada di Korea atau India untuk mengatur dan mengawasi orang-orang agar mematuhi protokol kesehatan, seperti physical distancing (jaga jarak).
"Hal ini bisa saja diterapkan bagi orang yang ingin berbelanja di pasar agar mereka bisa memberi jarak antara satu dan lainnya, atau bisa juga untuk mengawasi ODP agar tidak keluar rumah,” kata Romo Benny.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
“Pancasila menjadi modal bagi bangsa ini untuk mengatasi pandemi COVID-19. Kita bisa melihat gerakan gotong royong di semua lapisan bangsa. Ini membuktikan bahwa jiwa dan roh Pancasila telah diaplikasikan dalam cara berpikir, bertindak, berelasi anak bangsa, dan mewujudkan nilai kemanusian dan solidaritas," kata Romo Benny Susetyo dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Nilai kemanusiaan dan semangat gotong royong, kata Romo Benny, harus terus dipupuk dan digalakkan. Tidak hanya dalam melawan COVID-19, tetapi dalam melawan berbagai bencana.
“Tanpa adanya gotong royong, Indonesia mungkin saja sudah bangkrut. Bahkan, Ibu Menteri Keuangan dengan jujur mengatakan gotong royong mampu membantu yang kurang mampu dan sebagainya sehingga bangsa ini mampu bertahan menghadapi COVID-19 ini,” kata alumnus Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang tersebut.
Baca juga: Pancasila dan Kontekstualisasi Nilai Gotong Royong (Pandemik COVID-19)
Dengan semangat gotong royong tersebut, lanjut Romo Benny, masyarakat bisa saling membantu satu sama lain dalam menghadapi pandemi. Masyarakat yang mampu membantu mereka yang ekonomi lemah. Bahkan, ini terjadi tanpa imbauan dari pemerintah.
“Gotong royong adalah roh bangsa ini. Tanpa diperintah pun masyarakat langsung melakukannya. Semangat ini harus terus digelorakan, tidak hanya saat pandemi corona, tetapi nanti kalau wabah ini sudah berakhir,” ujarnya.
Untuk mengatasi penyebaran COVID-19, dia memandang perlu pemerintah menerapkan teknologi, seperti di Korea dan India yang memantau warganya dengan menggunakan teknologi dalam upaya penerapan jaga jarak agar penyebaran COVID-19 tidak meluas.
Baca juga: Puan ingatkan jargon "Ho Lopis Kuntul Baris" saat Hari Lahir Pancasila
Menurut dia, Pemerintah bisa membuat aplikasi sendiri seperti yang ada di Korea atau India untuk mengatur dan mengawasi orang-orang agar mematuhi protokol kesehatan, seperti physical distancing (jaga jarak).
"Hal ini bisa saja diterapkan bagi orang yang ingin berbelanja di pasar agar mereka bisa memberi jarak antara satu dan lainnya, atau bisa juga untuk mengawasi ODP agar tidak keluar rumah,” kata Romo Benny.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020