Denpasar (Antara Bali) - Pengamat kesenian Bali, Wayan Suarjaya, menyatakan bahwa kesenian sakral tidak pernah bertujuan untuk kepentingan bisnis dan komesial.
"Oleh sebab itu, sakral dan tidaknya suatu pertunjukkan seni dapat diukur dari beberapa kategori, seperti tarian itu tidak pernah diupah (disewa) untuk suatu pertunjukan hiburan yang bersifat komersial," kata dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar itu, Minggu.
Menurut dia, kesenian sakral untuk melengkapi kegiatan ritual umat Hindu di Pulau Dewata harus memenuhi beberapa ketentuan yang diwariskan secara turun temurun.
Ketentuan itu antara lain menyangkut upacara keagamaan mulai dari memilih bahan kayu yang akan digunakan memilih hari baik dan penarinya dinilai masih suci atau orang yang belum pernah kawin.
Demikian pula waktu pementasan, pelaku seni akan memilih hari yang baik karena tari sakral itu khusus dipersembahkan kehadapan leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa pada hari-hari tertentu saat menggelar kegiatan ritual.(I006/M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Oleh sebab itu, sakral dan tidaknya suatu pertunjukkan seni dapat diukur dari beberapa kategori, seperti tarian itu tidak pernah diupah (disewa) untuk suatu pertunjukan hiburan yang bersifat komersial," kata dosen Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar itu, Minggu.
Menurut dia, kesenian sakral untuk melengkapi kegiatan ritual umat Hindu di Pulau Dewata harus memenuhi beberapa ketentuan yang diwariskan secara turun temurun.
Ketentuan itu antara lain menyangkut upacara keagamaan mulai dari memilih bahan kayu yang akan digunakan memilih hari baik dan penarinya dinilai masih suci atau orang yang belum pernah kawin.
Demikian pula waktu pementasan, pelaku seni akan memilih hari yang baik karena tari sakral itu khusus dipersembahkan kehadapan leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa pada hari-hari tertentu saat menggelar kegiatan ritual.(I006/M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012