Dinas Pertanian (Distan) Buleleng memastikan daging babi yang dijual di sejumlah pasar di Kabupaten Buleleng menjelang Hari Raya Galungan itu aman dikonsumsi.
"Ini didasarkan atas hasil serangkaian sidak dan tes yang dilakukan Distan Buleleng bahwa daging babi di Buleleng aman dikonsumsi," kata Kepala Distan Buleleng, Made Sumiarta setelah sidak di Pasar Anyar Singaraja, Senin.
Ia menjelaskan pengecekan terus dilakukan terhadap daging babi yang ada di Kabupaten Buleleng pada hari Minggu (16/2) sore sampai malam melalui pengecekan dan tes kesehatan kepada babi di beberapa titik.
Tes yang dilakukan adalah ante mortem pada pukul 17.00 sampai 19.00 WITA, lalu proses biosecurity dan tes post mortem pada malam harinya dari pukul 23.00 WITA sampai pagi.
"Tes ante mortem dilakukan pada babi sebelum dipotong. "Bagaimana kondisi babi sebelum dipotong," katanya.
Selain itu, pemantauan juga dilakukan di lima titik yang tersebar di Kecamatan Buleleng, Sawan, Seririt dan Busungbiu.
"Kami punya petugas yang tersebar di masing-masing kecamatan," katanya.
Dari hasil pemantauan di sentra-sentra peternak dan 35 Tempat Pemotongan Hewan (TPH), tercatat semua sudah menerapkan "biosecurity" yang ketat.
Setelah proses biosecurity dan tes ante mortem, pada malam harinya. Post Mortem dilakukan pada babi yang sudah dipotong dan siap dibawa ke pasar. "Semua babi yang dipotong di TPH steril dan tidak ada permasalahan sehingga aman untuk dikonsumsi," ujar Sumiarta.
Pada Senin pagi, sidak dan tes pun dilakukan di Pasar Anyar. Berdasarkan hasil wawancara dan pengecekan, semua daging babi yang ada cukup aman untuk dikonsumsi. Kepada para pedagang, Sumiarta meminta pedagang ikut menyosialisasikan kepada pembeli bahwa daging babi di Buleleng aman untuk dikonsumsi.
"Ini dilakukan agar masyarakat tidak resah dan tetap mengonsumsi daging babi. Sangat perlu dilakukan sosialisasi, mengingat tradisi Hindu Bali yang tidak bisa terlepas dari daging babi menjelang hari raya," ucapnya.
Sementara itu, salah satu pedagang, Nyoman Terima asal Desa Petandakan mengaku ia memotong sendiri daging babi yang dijualnya. Babi yang dipotong berasal dari Kintamani. Harga juga masih normal berkisar antara Rp60 ribu - Rp70 ribu.
Ia memastikan tidak ada virus African Swine Fever (ASF) seperti isu yang berkembang. "Saya tidak khawatir karena memang di Singaraja tidak ada virus babi tersebut," sebutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Ini didasarkan atas hasil serangkaian sidak dan tes yang dilakukan Distan Buleleng bahwa daging babi di Buleleng aman dikonsumsi," kata Kepala Distan Buleleng, Made Sumiarta setelah sidak di Pasar Anyar Singaraja, Senin.
Ia menjelaskan pengecekan terus dilakukan terhadap daging babi yang ada di Kabupaten Buleleng pada hari Minggu (16/2) sore sampai malam melalui pengecekan dan tes kesehatan kepada babi di beberapa titik.
Tes yang dilakukan adalah ante mortem pada pukul 17.00 sampai 19.00 WITA, lalu proses biosecurity dan tes post mortem pada malam harinya dari pukul 23.00 WITA sampai pagi.
"Tes ante mortem dilakukan pada babi sebelum dipotong. "Bagaimana kondisi babi sebelum dipotong," katanya.
Selain itu, pemantauan juga dilakukan di lima titik yang tersebar di Kecamatan Buleleng, Sawan, Seririt dan Busungbiu.
"Kami punya petugas yang tersebar di masing-masing kecamatan," katanya.
Dari hasil pemantauan di sentra-sentra peternak dan 35 Tempat Pemotongan Hewan (TPH), tercatat semua sudah menerapkan "biosecurity" yang ketat.
Setelah proses biosecurity dan tes ante mortem, pada malam harinya. Post Mortem dilakukan pada babi yang sudah dipotong dan siap dibawa ke pasar. "Semua babi yang dipotong di TPH steril dan tidak ada permasalahan sehingga aman untuk dikonsumsi," ujar Sumiarta.
Pada Senin pagi, sidak dan tes pun dilakukan di Pasar Anyar. Berdasarkan hasil wawancara dan pengecekan, semua daging babi yang ada cukup aman untuk dikonsumsi. Kepada para pedagang, Sumiarta meminta pedagang ikut menyosialisasikan kepada pembeli bahwa daging babi di Buleleng aman untuk dikonsumsi.
"Ini dilakukan agar masyarakat tidak resah dan tetap mengonsumsi daging babi. Sangat perlu dilakukan sosialisasi, mengingat tradisi Hindu Bali yang tidak bisa terlepas dari daging babi menjelang hari raya," ucapnya.
Sementara itu, salah satu pedagang, Nyoman Terima asal Desa Petandakan mengaku ia memotong sendiri daging babi yang dijualnya. Babi yang dipotong berasal dari Kintamani. Harga juga masih normal berkisar antara Rp60 ribu - Rp70 ribu.
Ia memastikan tidak ada virus African Swine Fever (ASF) seperti isu yang berkembang. "Saya tidak khawatir karena memang di Singaraja tidak ada virus babi tersebut," sebutnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020