Emas turun sedikit pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena sentimen risiko pulih dan dolar menguat setelah kekhawatiran atas virus China berkurang.
Tetapi ekspektasi kebijakan moneter dovish dari bank sentral global membatasi kerugian emas dan mempertahankan harga di atas 1.550 dolar AS per ounce.
Harga spot emas turun 0,1 persen menjadi 1.556,67 dolar AS per ounce pada pukul 1.41 sore waktu setempat (18.41 GMT). Sementara kontrak emas berjangka AS untuk pengiriman Februari ditutup turun 0,1 persen atau 1,2 dolar AS menjadi 1.556,7 dolar AS per ounce.
"Investor sebenarnya menjual kelebihan posisi, dan itu menjaga harga tetap terbatas," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
"Di sisi lain, kami juga melihat aliran minat (emas) yang stabil, dan pasar saat ini sedang kuat karena modal terlihat melindungi diri dari suku bunga riil negatif di seluruh dunia."
Investor akan mengawasi rapat kebijakan pertama Bank Sentral Eropa (ECB) tahun ini pada Kamis waktu setempat, sementara pertemuan pertama Federal Reserve AS dijadwalkan pada 28-29 Januari.
Kedua bank diperkirakan akan dovish.
Indeks dolar telah naik sekitar 1,2 persen sejak awal tahun ini.
Pada 2020, "logam mulia tetap menjadi cerita yang terkait dengan kebijakan moneter yang longgar secara global dan kelemahan dolar AS yang luas," kata analis UBS dalam sebuah catatan.
"Terlepas dari suku bunga riil AS yang rendah dan dolar yang lebih lemah, emas akan mendapat manfaat dari lonjakan tiba-tiba dalam volatilitas pasar karena dinamika siklus akhir dan kebisingan geopolitik yang sedang berlangsung, terutama ketika kita mendekati pemilihan presiden AS 2020," kata UBS, memperkirakan emas akan naik menjadi 1.600 dolar AS tahun ini.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi potensi kerugian memegang logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil dan membebani dolar AS.
"Kekhawatiran tumbuh bahwa kita akan melihat kembalinya penghindaran risiko begitu Fed memberi sinyal neraca tidak akan lagi tumbuh pada kecepatan 60 miliar dolar AS per bulan atau jika kita melihat pembicaraan fase dua (perdagangan AS-China) terhenti,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan.
Tanggapan China dan pembaruan cepat tentang virus korona baru telah meningkatkan optimisme bahwa penyebarannya akan terkendali, membantu pasar saham dunia pulih.
Kekhawatiran wabah itu bisa melanda aktivitas ekonomi menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di China telah membuat ekuitas turun dari rekor tertinggi pada Selasa (21/1/2020).
Di pasar spot perak naik 0,2 persen menjadi 17,81 dolar AS per ounce dan platinum naik 1,4 persen pada 1.013,37 dolar AS per ounce.
Sementara di pasar berjangka, perak untuk penyerahan Maret naik dua sen atau 0,11 persen, menjadi ditutup pada 17,828 dolar AS per ounce. Platinum untuk penyerahan April bertambah 13,8 dolar atau 1,37 persen, menjadi menetap di 1.021,3 dolar per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Tetapi ekspektasi kebijakan moneter dovish dari bank sentral global membatasi kerugian emas dan mempertahankan harga di atas 1.550 dolar AS per ounce.
Harga spot emas turun 0,1 persen menjadi 1.556,67 dolar AS per ounce pada pukul 1.41 sore waktu setempat (18.41 GMT). Sementara kontrak emas berjangka AS untuk pengiriman Februari ditutup turun 0,1 persen atau 1,2 dolar AS menjadi 1.556,7 dolar AS per ounce.
"Investor sebenarnya menjual kelebihan posisi, dan itu menjaga harga tetap terbatas," kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
"Di sisi lain, kami juga melihat aliran minat (emas) yang stabil, dan pasar saat ini sedang kuat karena modal terlihat melindungi diri dari suku bunga riil negatif di seluruh dunia."
Investor akan mengawasi rapat kebijakan pertama Bank Sentral Eropa (ECB) tahun ini pada Kamis waktu setempat, sementara pertemuan pertama Federal Reserve AS dijadwalkan pada 28-29 Januari.
Kedua bank diperkirakan akan dovish.
Indeks dolar telah naik sekitar 1,2 persen sejak awal tahun ini.
Pada 2020, "logam mulia tetap menjadi cerita yang terkait dengan kebijakan moneter yang longgar secara global dan kelemahan dolar AS yang luas," kata analis UBS dalam sebuah catatan.
"Terlepas dari suku bunga riil AS yang rendah dan dolar yang lebih lemah, emas akan mendapat manfaat dari lonjakan tiba-tiba dalam volatilitas pasar karena dinamika siklus akhir dan kebisingan geopolitik yang sedang berlangsung, terutama ketika kita mendekati pemilihan presiden AS 2020," kata UBS, memperkirakan emas akan naik menjadi 1.600 dolar AS tahun ini.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi potensi kerugian memegang logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil dan membebani dolar AS.
"Kekhawatiran tumbuh bahwa kita akan melihat kembalinya penghindaran risiko begitu Fed memberi sinyal neraca tidak akan lagi tumbuh pada kecepatan 60 miliar dolar AS per bulan atau jika kita melihat pembicaraan fase dua (perdagangan AS-China) terhenti,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan.
Tanggapan China dan pembaruan cepat tentang virus korona baru telah meningkatkan optimisme bahwa penyebarannya akan terkendali, membantu pasar saham dunia pulih.
Kekhawatiran wabah itu bisa melanda aktivitas ekonomi menjelang perayaan Tahun Baru Imlek di China telah membuat ekuitas turun dari rekor tertinggi pada Selasa (21/1/2020).
Di pasar spot perak naik 0,2 persen menjadi 17,81 dolar AS per ounce dan platinum naik 1,4 persen pada 1.013,37 dolar AS per ounce.
Sementara di pasar berjangka, perak untuk penyerahan Maret naik dua sen atau 0,11 persen, menjadi ditutup pada 17,828 dolar AS per ounce. Platinum untuk penyerahan April bertambah 13,8 dolar atau 1,37 persen, menjadi menetap di 1.021,3 dolar per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020