Satu-satunya atlet putri Iran peraih medali Olimpiade melalui media sosial mengatakan bahwa ia telah meninggalkan Tanah Airnya karena ia sudah cukup digunakan oleh otoritasnya sebagai alat propaganda.
Juara taekwondo Kimia Alizadeh, yang memenangi medali perunggu pada Olimpiade Rio 2016, secara tersirat melalui posting Instagram bahwa ia telah pindah ke Eropa. Ia menulis pada akun yang ia gunakan selama beberapa waktu, namun tidak bisa segera diverifikasi lokasinya.
“Tidak seorang pun mengundang saya untuk pindah ke Eropa dan saya belum mendapat tawaran yang menggoda. Tapi saya menerima rasa sakit dan beratnya rindu rumah karena saya tidak ingin menjadi bagian dari kemunafikan, kebohongan, ketidakadilan dan sanjungan," katanya seperti dikutip Reuters.
Baca juga: Panpel pastikan anggaran Olimpiade 2020 Tokyo tak membengkak
Deputi Menteri Olahraga Iran, Mahin Farhadizadeh mengatakan: “Saya belum membaca postingan Kimia, tetapi sejauh yang saya tahu ia selalu ingin melanjutkan studinya dalam fisioterapi,” lapor kantor berita semi-resmi ISNA.
Alizadeh mengatakan otoritas Republik Islam tersebut telah menghubungkan keberhasilannya dengan manajemen mereka dan fakta bahwa ia mengenakan hijab Islam, yang wajib di Iran.
"Saya adalah satu di antara jutaan perempuan tertindas di Iran yang telah mereka mainkan selama bertahun-tahun... Saya memakai apapun yang mereka minta kepada saya dan mengulangi apapun yang mereka perintahkan. Setiap kalimat yang mereka perintahkan saya ulangi,” tulisnya.
"Tidak seorang pun dari kami yang penting bagi mereka, kami hanya alat.”
Baca juga: Stadion utama Olimpiade Musim Dingin Beijing tuntas
Ia mengatakan bahwa ketika pemerintah mengeksploitasi medalinya secara politis, para pejabat akan mempermalukan dia dengan komentar seperti "Tidak baik bagi seorang perempuan meregangkan kakinya!”
Alizadeh mengatakan pada saat itu medalinya pada kategori 57kg itu telah membuatnya bahagia untuk gadis-gadis Iran.
Pada Minggu ia tampak terkoyak oleh keputusannya.
"Haruskah saya mulai dengan halo, selamat tinggal atau belasungkawa? Halo orang-orang tertindas di Iran, selamat tinggal orang-orang bangsawan Iran, belasungkawa saya kepada Anda orang-orang yang selalu berduka,” tulisnya.
Pada sepekan terakhir, 176 orang, kebanyakan orang Iran dengan kewarganegaraan ganda, terbunuh ketika militer Iran secara keliru menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina, dan sedikitnya 56 tewas dalam bentrokan di pemakaman seorang komandan militer Iran yang terbunuh oleh serangan udara AS.
Alizadeh adalah olahragawan ketiga teratas di Iran yang berhenti mewakili negara tersebut pada beberapa bulan terakhir.
Pada Desember, Federasi Catur Iran mengatakan juara catur papan atas Alireza Firouzja telah memutuskan tidak bermain bagi Iran setelah diskors secara informal karena bertanding melawan atlet Israel.
Tiga bulan sebelumnya, Federasi Judo Internasional mengatakan pejudo Iran Saeid Mollaei telah menolak untuk pulang karena khawatir akan keselamatannya setelah ia mengabaikan perintah dari federasi nasionalnya untuk menarik diri dari pertarungan guna menghindari kemungkinan bertemu dengan atlet Israel di final.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Juara taekwondo Kimia Alizadeh, yang memenangi medali perunggu pada Olimpiade Rio 2016, secara tersirat melalui posting Instagram bahwa ia telah pindah ke Eropa. Ia menulis pada akun yang ia gunakan selama beberapa waktu, namun tidak bisa segera diverifikasi lokasinya.
“Tidak seorang pun mengundang saya untuk pindah ke Eropa dan saya belum mendapat tawaran yang menggoda. Tapi saya menerima rasa sakit dan beratnya rindu rumah karena saya tidak ingin menjadi bagian dari kemunafikan, kebohongan, ketidakadilan dan sanjungan," katanya seperti dikutip Reuters.
Baca juga: Panpel pastikan anggaran Olimpiade 2020 Tokyo tak membengkak
Deputi Menteri Olahraga Iran, Mahin Farhadizadeh mengatakan: “Saya belum membaca postingan Kimia, tetapi sejauh yang saya tahu ia selalu ingin melanjutkan studinya dalam fisioterapi,” lapor kantor berita semi-resmi ISNA.
Alizadeh mengatakan otoritas Republik Islam tersebut telah menghubungkan keberhasilannya dengan manajemen mereka dan fakta bahwa ia mengenakan hijab Islam, yang wajib di Iran.
"Saya adalah satu di antara jutaan perempuan tertindas di Iran yang telah mereka mainkan selama bertahun-tahun... Saya memakai apapun yang mereka minta kepada saya dan mengulangi apapun yang mereka perintahkan. Setiap kalimat yang mereka perintahkan saya ulangi,” tulisnya.
"Tidak seorang pun dari kami yang penting bagi mereka, kami hanya alat.”
Baca juga: Stadion utama Olimpiade Musim Dingin Beijing tuntas
Ia mengatakan bahwa ketika pemerintah mengeksploitasi medalinya secara politis, para pejabat akan mempermalukan dia dengan komentar seperti "Tidak baik bagi seorang perempuan meregangkan kakinya!”
Alizadeh mengatakan pada saat itu medalinya pada kategori 57kg itu telah membuatnya bahagia untuk gadis-gadis Iran.
Pada Minggu ia tampak terkoyak oleh keputusannya.
"Haruskah saya mulai dengan halo, selamat tinggal atau belasungkawa? Halo orang-orang tertindas di Iran, selamat tinggal orang-orang bangsawan Iran, belasungkawa saya kepada Anda orang-orang yang selalu berduka,” tulisnya.
Pada sepekan terakhir, 176 orang, kebanyakan orang Iran dengan kewarganegaraan ganda, terbunuh ketika militer Iran secara keliru menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina, dan sedikitnya 56 tewas dalam bentrokan di pemakaman seorang komandan militer Iran yang terbunuh oleh serangan udara AS.
Alizadeh adalah olahragawan ketiga teratas di Iran yang berhenti mewakili negara tersebut pada beberapa bulan terakhir.
Pada Desember, Federasi Catur Iran mengatakan juara catur papan atas Alireza Firouzja telah memutuskan tidak bermain bagi Iran setelah diskors secara informal karena bertanding melawan atlet Israel.
Tiga bulan sebelumnya, Federasi Judo Internasional mengatakan pejudo Iran Saeid Mollaei telah menolak untuk pulang karena khawatir akan keselamatannya setelah ia mengabaikan perintah dari federasi nasionalnya untuk menarik diri dari pertarungan guna menghindari kemungkinan bertemu dengan atlet Israel di final.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020