Kegiatan masyarakat di Manila, ibu kota Filipina, lumpuh pada Senin akibat aktivitas gunung api Taal yang menyemburkan awan panas sejak Minggu (12/1), serta diperkirakan bisa erupsi kapan saja yang kemudian mungkin memicu tsunami.

Sejumlah jalan yang biasanya dipadati dengan lalu lintas kendaraan dan orang di kota berpopulasi 13 juta orang itu, terpantau sepi.

Sekolah dan kantor pemerintahan ditutup atas arahan resmi pemerintah. Kegiatan jual beli di bursa serta bisnis-bisnis swasta juga ikut dihentikan.

Sebagian operasional penerbangan pesawat di Bandara Internasional Manila dilanjutkan setelah di hari pertama bencana setidaknya 240 penerbangan ditunda dan dibatalkan.

Salah satu penerbangan berhasil mendarat hari ini dengan membawa Presiden Rodrigo Duterte yang baru kembali dari rumahnya di Davao, wilayah selatan Filipina, setelah gagal terbang kemarin akibat jarak pandang tidak memungkinkan.

Masker terjual ludes setelah ada peringatan untuk menggunakan masker jika ingin keluar rumah. Sebagian masyarakat menggunakan sapu tangan untuk menutupi hidung mereka yang mesti menghirup udara tercemar bau belerang.

“Kecepatan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Taal mengejutkan kami,” ujar kepala riset Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina, Maria Antonia Bornas.

Dia menambahkan, “Kami telah mendeteksi magma, namun itu masih di dalam dan belum mencapai permukaan. Erupsi bisa terjadi kapan saja.”

Pihak berwenang juga telah memberi peringatan kepada masyarakat bahwa erupsi Gunung Taal berpotensi menimbulkan tsunami di danau sekitar gunung.

Lebih dari 16.000 orang dievakuasi dari rumah mereka di sekitar Gunung Taal yang merupakan salah satu gunung api aktif terkecil di dunia dengan pusat kawah berjarak 70 kilometer arah selatan dari pusat kota Manila.

Di area sekitar yang dikenal sebagai lokasi wisata itu, beberapa wisatawan justru mengabaikan peringatan bahaya dan memilih pergi ke wilayah kota yang lebih dekat dengan Gunung Taal untuk melihat secara langsung fenomena alam tersebut.

“Ini adalah pengalaman sekali seumur hidup bagi kami,” kata wisatawan asing dari Israel, Benny Borenstein, selagi memotret pemandangan Gunung Taal dari titik pandang di Kota Tagaytay, yang berjarak sekitar 32 kilometer dari gunung.

Sementara itu, dari wilayah Talisay Batangas, Wakil Gubernur Mark Leviste menyebut bahwa hujan telah membuat abu vulkanik berubah menjadi lumpur sehingga diperlukan truk untuk mengevakuasi warga dari wilayah pedalaman.

“Tidak ada aliran listrik, bahkan air juga mati. Kami membutuhkan air minum dan juga masker,” kata Leviste.

Tercatat bahwa Gunung Taal telah erupsi sebanyak lebih dari 30 kali dalam jangka waktu lima abad, yang terakhir terjadi pada 1977. Sementara erupsi pada 1911, sebagai contoh, menewaskan 1.500 orang.

Sumber: Reuters

Pewarta: Suwanti

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020