Kabupaten Jembrana, Bali sekarang memiliki desa dengan predikat penghasil devisa (desa devisa) dari sektor produksi kakao.
"Ada 30 desa di seluruh Indonesia yang berpotensi menghasilkan devisa. Potensi itu berdasarkan pemetaan kami terhadap komoditas unggulan lokal," kata Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Sinthya Roesly saat meresmikan desa devisa di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Jumat.
Ia mengatakan, melalui peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal, pembangunan infrastruktur, pengembangan koperasi dan komoditas unggulan daerah setempat, maka pengembangan ekonomi kerakyatan dapat terwujud.
Menurutnya, konsep ekonomi kerakyatan masih menjadi faktor fundamental dalam membangun, mengembangkan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan rakyat setempat.
"Desa devisa menjadi salah satu solusi bagi pengembangan ekonomi dan komoditas unggulan suatu daerah," katanya.
Ia menjelaskan, desa devisa adalah kelompok/cluster tertentu yang berpotensi untuk melakukan aktivitas produksi secara berkelanjutan, untuk ambil bagian dalam rantai pasokan ekspor global baik secara langsung maupun tidak langsung.
“LPEI memiliki IEB Institute, yang telah bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor untuk membuat kajian bersama memetakan potensi wilayah berdasarkan komoditi unggulan, dengan menggunakan beberapa aspek yang dijadikan indikator terukur," katanya.
Berdasarkan perhitungan tersebut, ia mengungkapkan, diperoleh hasil bahwa terdapat potensi pengembangan suatu daerah berdasarkan komoditas unggulan yang dimiliki.
Adapun beberapa aspek yang digunakan, diantaranya, aspek produksi, aspek konsistensi dan keberlanjutan produksi, aspek pemberdayaan masyarakat desa dan koordinasi antar lembaga, aspek koordinasi antar pemangku kepentingan desa devisa, aspek produsen dan manajerial serta aspek infrastruktur dan sarana penunjang lain.
Pihaknya berharap dengan adanya desa devisa ini dapat memajukan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat lokal, berdasarkan pengembangan produk unggulan setempat serta menopang ekonomi kerakyatan melalui kegiatan ekspor nasional.
Desa devisa di Kabupaten Jembrana ditetapkan di Desa Nusasari sebagai basis Koperasi Kerta Semaya Samaniya, yang memproduksi olahan kakao dengan kualitas ekspor.
Beberapa tahun belakangan, koperasi ini melakukan gerakan masif dan terkoordinir untuk menghasilkan kakao yang berkualitas, mulai dari bibit, buah hingga pengolahan yang membuat produknya diterima pasaran internasional.
Untuk mendukung upaya koperasi serta masyarakat pemilik perkebunan kakao, Pemkab Jembrana dalam berbagai kesempatan baik Bupati I Putu Artha maupun Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan menyambut positif dan membantu berbagai hal untuk keberlanjutan program ini.
Turut hadir dalam peresmian desa devisa Direktur Pelaksana II LPEI Djoko Retnadi, Senior Executive Vice President I LPEI Yadi Jaya Ruchandi, Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Bali, NTT dan NTB Hendra Prasmono dan Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Ada 30 desa di seluruh Indonesia yang berpotensi menghasilkan devisa. Potensi itu berdasarkan pemetaan kami terhadap komoditas unggulan lokal," kata Direktur Eksekutif Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) Sinthya Roesly saat meresmikan desa devisa di Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Jumat.
Ia mengatakan, melalui peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal, pembangunan infrastruktur, pengembangan koperasi dan komoditas unggulan daerah setempat, maka pengembangan ekonomi kerakyatan dapat terwujud.
Menurutnya, konsep ekonomi kerakyatan masih menjadi faktor fundamental dalam membangun, mengembangkan ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan rakyat setempat.
"Desa devisa menjadi salah satu solusi bagi pengembangan ekonomi dan komoditas unggulan suatu daerah," katanya.
Ia menjelaskan, desa devisa adalah kelompok/cluster tertentu yang berpotensi untuk melakukan aktivitas produksi secara berkelanjutan, untuk ambil bagian dalam rantai pasokan ekspor global baik secara langsung maupun tidak langsung.
“LPEI memiliki IEB Institute, yang telah bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor untuk membuat kajian bersama memetakan potensi wilayah berdasarkan komoditi unggulan, dengan menggunakan beberapa aspek yang dijadikan indikator terukur," katanya.
Berdasarkan perhitungan tersebut, ia mengungkapkan, diperoleh hasil bahwa terdapat potensi pengembangan suatu daerah berdasarkan komoditas unggulan yang dimiliki.
Adapun beberapa aspek yang digunakan, diantaranya, aspek produksi, aspek konsistensi dan keberlanjutan produksi, aspek pemberdayaan masyarakat desa dan koordinasi antar lembaga, aspek koordinasi antar pemangku kepentingan desa devisa, aspek produsen dan manajerial serta aspek infrastruktur dan sarana penunjang lain.
Pihaknya berharap dengan adanya desa devisa ini dapat memajukan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat lokal, berdasarkan pengembangan produk unggulan setempat serta menopang ekonomi kerakyatan melalui kegiatan ekspor nasional.
Desa devisa di Kabupaten Jembrana ditetapkan di Desa Nusasari sebagai basis Koperasi Kerta Semaya Samaniya, yang memproduksi olahan kakao dengan kualitas ekspor.
Beberapa tahun belakangan, koperasi ini melakukan gerakan masif dan terkoordinir untuk menghasilkan kakao yang berkualitas, mulai dari bibit, buah hingga pengolahan yang membuat produknya diterima pasaran internasional.
Untuk mendukung upaya koperasi serta masyarakat pemilik perkebunan kakao, Pemkab Jembrana dalam berbagai kesempatan baik Bupati I Putu Artha maupun Wakil Bupati I Made Kembang Hartawan menyambut positif dan membantu berbagai hal untuk keberlanjutan program ini.
Turut hadir dalam peresmian desa devisa Direktur Pelaksana II LPEI Djoko Retnadi, Senior Executive Vice President I LPEI Yadi Jaya Ruchandi, Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Bali, NTT dan NTB Hendra Prasmono dan Wakil Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019