Roger Federer meraih gelar ke-103 dalam karirnya di Basel, Minggu, namun mengakui dia mungkin melewatkan kesempatan untuk memenangi gelar ke-104 di Paris Masters.
Petenis berusia 38 tahun itu memenangi trofi ke-10-nya di Basel, menundukkan petenis muda Australia Alex De Minaur 6-2, 6-2 untuk memastikan apa yang digambarkan oleh legenda Swiss itu sebagai keberhasilan "yang luar biasa" pada turnamen di kota tempat tinggalnya, tempat ia pernah bekerja sebagai ballboy (pemungut bola).
Ia sekarang hanya kurang enam dari rekor 109 gelar ATP yang dimenangi petenis Amerika Jimmy Connors namun ia mungkin tergoda untuk melewatkan Paris, event terakhir musim reguler, untuk menyimpan tenaganya menjelang Final ATP di London.
Baca juga: Christopher/Goransson ke perempat final Liuzhou ATP
"Saya ada pertemuan tim yang dijadwalkan Senin untuk mendiskusikan bukan hanya Paris tapi musim depan, Saya kira besok saya akan tahu apakah saya akan ke Paris atau tidak," kata Federer setelah mengangkat gelar keempatnya pada 2019 setelah Dubai, Miami dan Halle.
"Kebugaran saya baik-baik saja, saya gembira dengan apa yang saya rasakan. Saya hanya tidak tahu apakah saya harus bermain pekan depan. Saya akan mencari tahu bersama tim," katanya seperti dikutip AFP, Senin.
Baca juga: Federer bidik gelar juara ke-10 ATP Basel
Federer kembali ke Paris Masters tahun lalu untuk pertama kalinya sejak 2015 dan mencapai semifinal, namun kalah dalam tiga set oleh Novak Djokovic, yang tahun ini menjadi unggulan teratas di ibu kota Prancis itu di atas Rafael Nadal.
Pada Minggu, Federer menjadi sosok yang emosional saat ia menerima trofi pada turnamen Basel di mana ia pernah bekerja sebagai pemungut bola.
Di antara 9.000 penonton terdapat istrinya dan empat anaknya.
"Ini mungkin mengingatkan kembali pada semua itu ketika memasuki pekan ini, keluarga dari mungkin aspek tim (pelatih)," kata Federer ketika diminta untuk menjelaskan emosinya.
"Orang mengira saya hanya keluar dan melakukannya sesuka hati -- tapi tidak seperti itu sama sekali.
Baca juga: Febi Widhianto berharap Menpora perhatikan pembinaan tenis
"Terkadang saya berdiri di sana dan melihat kembali pada apa yang sudah saya lalui. Para pemungut bola berlari ke lapangan (untuk upacara penyerahan trofi) -- Itu bisa membawa saya maju. Juga berterima terima kasih kepada fans pada akhirnya."
Federer mengatakan keberhasilannya di Basel, tempat ia berada dalam 24 kemenangan beruntun dan telah memenangi 75 pertandingan dengan hanya sembilan kekalahan, adalah "perjalanan yang luar biasa".
"Ini meninggalkan bekas bagi saya," tambahnya setelah ia muncul pada pesta pizza tahunannya bersama seluruh pemungut bola pada turnamen segera setelah upacara penyerahan trofi.
"Bisa bermain di stadion bersama orang-orang yang merayakan tenismu adalah perasaan yang luar biasa. Saya mengalami perjalanan yang luar biasa, ini membuat saya sulit menang di Basel. Ini bukan sesuatu yang saya anggap biasa.
"(Memenangi gelar) adalah sesuatu yang unik dan spesial, sekalipun saya sudah sering melakukannya," demikian AFP.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Petenis berusia 38 tahun itu memenangi trofi ke-10-nya di Basel, menundukkan petenis muda Australia Alex De Minaur 6-2, 6-2 untuk memastikan apa yang digambarkan oleh legenda Swiss itu sebagai keberhasilan "yang luar biasa" pada turnamen di kota tempat tinggalnya, tempat ia pernah bekerja sebagai ballboy (pemungut bola).
Ia sekarang hanya kurang enam dari rekor 109 gelar ATP yang dimenangi petenis Amerika Jimmy Connors namun ia mungkin tergoda untuk melewatkan Paris, event terakhir musim reguler, untuk menyimpan tenaganya menjelang Final ATP di London.
Baca juga: Christopher/Goransson ke perempat final Liuzhou ATP
"Saya ada pertemuan tim yang dijadwalkan Senin untuk mendiskusikan bukan hanya Paris tapi musim depan, Saya kira besok saya akan tahu apakah saya akan ke Paris atau tidak," kata Federer setelah mengangkat gelar keempatnya pada 2019 setelah Dubai, Miami dan Halle.
"Kebugaran saya baik-baik saja, saya gembira dengan apa yang saya rasakan. Saya hanya tidak tahu apakah saya harus bermain pekan depan. Saya akan mencari tahu bersama tim," katanya seperti dikutip AFP, Senin.
Baca juga: Federer bidik gelar juara ke-10 ATP Basel
Federer kembali ke Paris Masters tahun lalu untuk pertama kalinya sejak 2015 dan mencapai semifinal, namun kalah dalam tiga set oleh Novak Djokovic, yang tahun ini menjadi unggulan teratas di ibu kota Prancis itu di atas Rafael Nadal.
Pada Minggu, Federer menjadi sosok yang emosional saat ia menerima trofi pada turnamen Basel di mana ia pernah bekerja sebagai pemungut bola.
Di antara 9.000 penonton terdapat istrinya dan empat anaknya.
"Ini mungkin mengingatkan kembali pada semua itu ketika memasuki pekan ini, keluarga dari mungkin aspek tim (pelatih)," kata Federer ketika diminta untuk menjelaskan emosinya.
"Orang mengira saya hanya keluar dan melakukannya sesuka hati -- tapi tidak seperti itu sama sekali.
Baca juga: Febi Widhianto berharap Menpora perhatikan pembinaan tenis
"Terkadang saya berdiri di sana dan melihat kembali pada apa yang sudah saya lalui. Para pemungut bola berlari ke lapangan (untuk upacara penyerahan trofi) -- Itu bisa membawa saya maju. Juga berterima terima kasih kepada fans pada akhirnya."
Federer mengatakan keberhasilannya di Basel, tempat ia berada dalam 24 kemenangan beruntun dan telah memenangi 75 pertandingan dengan hanya sembilan kekalahan, adalah "perjalanan yang luar biasa".
"Ini meninggalkan bekas bagi saya," tambahnya setelah ia muncul pada pesta pizza tahunannya bersama seluruh pemungut bola pada turnamen segera setelah upacara penyerahan trofi.
"Bisa bermain di stadion bersama orang-orang yang merayakan tenismu adalah perasaan yang luar biasa. Saya mengalami perjalanan yang luar biasa, ini membuat saya sulit menang di Basel. Ini bukan sesuatu yang saya anggap biasa.
"(Memenangi gelar) adalah sesuatu yang unik dan spesial, sekalipun saya sudah sering melakukannya," demikian AFP.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019