Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) menilai jumlah sentra pembinaan bulu tangkis di Tanah Air masih kurang ideal dan perlu diperbanyak agar semakin banyak bibit unggul yang bisa terjaring sehingga prestasi juga semakin meningkat.
"Jika ingin mendapatkan prestasi yang lebih baik di bidang olahraga bulu tangkis, maka idealnya di Indonesia ada 12 sentra pembinaan bulu tangkis," kata Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto ditemui saat menghadiri babak final Turnamen Bulu Tangkis Antarmedia 2019 di GOR Bulutangkis Djarum Jati, Kudus, Rabu.
Sementara yang ada sekarang, kata dia, sentra pembinaan bulu tangkis di Indonesia hanya terpusat di empat wilayah di Jawa, yakni di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
Idealnya, lanjut dia, ada delapan sentra pembinaan bulu tangkis lagi di luar Pulau Jawa.
Baca juga: Leo/Indah maju ke final WJC 2019
"Paling tidak di Sumatera ada dua sentra, bisa di Medan dan Palembang, sedangkan Kalimantan ada dua sentra di Kalimantan Timur serta Kalimantan Selatan atau Kalimantan Barat," ujarnya.
Untuk Sulawesi juga harus tersedia dua sentra, yakni di Manado dan Makassar, serta di Maluku maupun Bali.
Semakin banyak sentra bulu tangkis, dia optimistis, akan semakin banyak pemain berkualitas yang dilahirkan sehingga semakin banyak pilihannya.
"Yang terjadi sekarang, semakin melorotnya prestasi karena pilihan pemainnya semakin terbatas, terutama atlet bulu tangkis putri. Saat ini kami memiliki misi memasalkan bulu tangkis serta kompetisinya," ujarnya.
Untuk itu, dia mengaku membutuhkan peran media karena semakin banyak dipublikasikan, akan semakin banyak orang tua yang akan mendorong anaknya menekuni olahraga bulu tangkis.
Baca juga: Ganda putra Indonesia pastikan ke semifinal
Terkait dengan permasalahan keterbatasan infrastruktur di daerah, kata dia, perlu ada peran pemerintah daerah bersama pihak swasta karena PBSI tidak mampu melakukan pembinaan di usia dini.
"Pembinaan usia dini dan junior berada di klub. PBSI untuk menghidupi dirinya sendiri saja masih susah karena masih bergantung dengan donasi dari pihak swasta," ujarnya.
Ia mencatat kebutuhan untuk Pelatnas setahunnya berkisar Rp90 miliar hingga Rp100 miliar, sedangkan bantuan dari APBN hanya berkisar Rp14 miliar.
Oleh karena itu, dia berharap, siapapun ketua PBSI nantinya bisa merangkul pengusaha di masing-masing daerah, agar bersedia memfasilitasi pembinaan bulu tangkis.
"Jika mengandalkan pemerintah, kelihatannya tidak mungkin karena dewan sudah bilang jelas-jelas tidak ada anggaran untuk itu. Karena prioritasnya bukan di situ," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
"Jika ingin mendapatkan prestasi yang lebih baik di bidang olahraga bulu tangkis, maka idealnya di Indonesia ada 12 sentra pembinaan bulu tangkis," kata Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto ditemui saat menghadiri babak final Turnamen Bulu Tangkis Antarmedia 2019 di GOR Bulutangkis Djarum Jati, Kudus, Rabu.
Sementara yang ada sekarang, kata dia, sentra pembinaan bulu tangkis di Indonesia hanya terpusat di empat wilayah di Jawa, yakni di Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
Idealnya, lanjut dia, ada delapan sentra pembinaan bulu tangkis lagi di luar Pulau Jawa.
Baca juga: Leo/Indah maju ke final WJC 2019
"Paling tidak di Sumatera ada dua sentra, bisa di Medan dan Palembang, sedangkan Kalimantan ada dua sentra di Kalimantan Timur serta Kalimantan Selatan atau Kalimantan Barat," ujarnya.
Untuk Sulawesi juga harus tersedia dua sentra, yakni di Manado dan Makassar, serta di Maluku maupun Bali.
Semakin banyak sentra bulu tangkis, dia optimistis, akan semakin banyak pemain berkualitas yang dilahirkan sehingga semakin banyak pilihannya.
"Yang terjadi sekarang, semakin melorotnya prestasi karena pilihan pemainnya semakin terbatas, terutama atlet bulu tangkis putri. Saat ini kami memiliki misi memasalkan bulu tangkis serta kompetisinya," ujarnya.
Untuk itu, dia mengaku membutuhkan peran media karena semakin banyak dipublikasikan, akan semakin banyak orang tua yang akan mendorong anaknya menekuni olahraga bulu tangkis.
Baca juga: Ganda putra Indonesia pastikan ke semifinal
Terkait dengan permasalahan keterbatasan infrastruktur di daerah, kata dia, perlu ada peran pemerintah daerah bersama pihak swasta karena PBSI tidak mampu melakukan pembinaan di usia dini.
"Pembinaan usia dini dan junior berada di klub. PBSI untuk menghidupi dirinya sendiri saja masih susah karena masih bergantung dengan donasi dari pihak swasta," ujarnya.
Ia mencatat kebutuhan untuk Pelatnas setahunnya berkisar Rp90 miliar hingga Rp100 miliar, sedangkan bantuan dari APBN hanya berkisar Rp14 miliar.
Oleh karena itu, dia berharap, siapapun ketua PBSI nantinya bisa merangkul pengusaha di masing-masing daerah, agar bersedia memfasilitasi pembinaan bulu tangkis.
"Jika mengandalkan pemerintah, kelihatannya tidak mungkin karena dewan sudah bilang jelas-jelas tidak ada anggaran untuk itu. Karena prioritasnya bukan di situ," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019