Tema Hari Kesehatan Jiwa tahun ini adalah Mental Health Promotion and Suicide Prevention atau Promosi Kesehatan Jiwa dan Pencegahan Bunuh Diri, sebagaimana dikutip dari halaman resmi Federasi Dunia untuk Kesehatan Mental (WFMH).
Tahun ini, peringatan hari tersebut didukung penuh oleh WHO, the International Association for Suicide Prevention, dan United for Global Mental Health. Dikutip dari WHO, pencegahan bunuh diri menjadi fokus utama pada tahun ini. Hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun. Yang berarti bahwa satu orang meninggal setiap 40 detik.
Untuk Indonesia, data Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) pada 2010 mencatat angka bunuh diri mencapai 1,6 - 1,8 persen per 100.000 penduduk atau sekitar 5.000 orang per tahun.
Namun, tren peningkatan akan permasalahan tersebut, belum membuat isu kesehatan jiwa menjadi perhatian di daerah-daerah, karena terbukti bahwa anggaran di kabupaten dan kota untuk kesehatan jiwa itu hampir tidak ada, meski UU Kesehatan Jiwa sudah ada.
Banyak pertanyaan yang muncul mengapa seseorang bisa melakukan tindakan bunuh diri? Apakah dapat dikatakan orang tersebut termasuk orang yang kurang bersyukur atau terlalu lemah sehingga mudah putus asa?.
Seseorang yang melakukan bunuh diri biasanya disertai juga dengan beberapa keluhan mental, misalnya depresi, cemas, trauma, bipolar, skizophrenia dan bisa juga seseorang yang sedang dibawah pengaruh Napza atau latar belakang keluarga yang memiliki riwayat percobaan bunuh diri. Jadi sama sekali tidak ada kaitannya dengan kurangnya rasa bersyukur.
Biasanya, seseorang yang melakukan bunuh diri akan ada masa seseorang berada pada titik terendahnya, baik karena masalah percintaan, karier ataupun masalah keluarga. Lebih seringnya seseorang yang melakukan bunuh diri telah membicarakan atau setidaknya berpikiran memiliki keinginan untuk mati saja. Jarang, orang-orang disekitarnya yang paham tentang kondisi yang dialami oleh yang bersangkutan.
Kemudian apa yang dapat dilakukan jika orang-orang terdekat ternyata memiliki keinginan untuk bunuh diri? Bagaimana sikap kita? Menghadapi seseorang dengan keinginan bunuh diri bukanlah hal yang mudah. Anda perlu berpikir jernih dan melakukan serangkaian hal untuk membuat orang tersebut merasa nyaman. Jangan sampai Anda salah merespons.
Hal yang perlu diingat adalah seseorang dengan keinginan bunuh diri sesungguhnya diam-diam sedang mencari pertolongan orang lain. Dengan cara itu, mereka mengirimkan sinyal pada orang lain bahwa ada sesuatu yang tak beres dengannya. Misal membuat pesan di akun media sosial yang bertemakan tentang kematian.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi seseorang yang mencoba bunuh diri:
1. Jangan Meremehkan Obrolan.
Pertama, jangan anggap sepele obrolan terkait keinginan bunuh diri. Akan lebih baik jika Anda mendengarkan apa pun yang dibicarakannya, terlebih jika dia menunjukkan tanda-tanda bahaya.
Mengutip Mayo Clinic, ada beberapa tanda yang menggambarkan keinginan bunuh diri seseorang. Tanda-tanda itu di antaranya ketika seseorang berandai-andai meninggal, berharap ingin meninggal, mengalami gejala mood-swing atau perasaan yang berubah-ubah secara drastis, merasa hilang harapan, konsumsi alkohol serta obat-obatan, dan mengucapkan selamat tinggal seolah tak akan bertemu lagi. Jika tanda-tanda ini muncul, maka tak ada salahnya jika Anda bertanya secara langsung.
2. Jauhkan dari benda berbahaya.
Misalnya, racun serangga atau benda benda tajam yang berpotensi mencelakai dirinya saat keinginan untuk bunuh diri tidak dapat dibendung lagi.
3. Menjadi pendengar.
Bagi mereka yang berpikir untuk bunuh diri, harapan seolah tak ada lagi dunia dirasakan gelap. Mereka merasa tak menemukan jalan keluar dan tak ada satu pun yang peduli dengannya. Bunuh diri menjadi satu-satunya solusi yang muncul dalam benak.
Menjadi seorang pendengar yang baik menunjukkan bahwa kepedulian terhadap mereka masih ada. Anda bisa memulainya dengan bertanya tentang apa yang dirasakannya.
4. Tanyakan Kabar.
Meskipun terdengar sepele, tetapi dengan menanyakan kabar dan apa yang dirasakan hari ini dapat menunjukkan rasa kepedulian kita terhadap teman, keluarga atau siapapun , sehingga tidak merasa diabaikan.
5. Hubungi Tenaga Profesional Di Bidang Kesehatan Mental.
Jika dirasa keadaan belum darurat, ada baiknya seseorang dengan keinginan bunuh diri diajak berkonsultasi ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan solusi, psikoterapi dan jika dibutuhkan dapat juga menjalani farmako terapi guna memperbaiki kondisi psikis yang bisa menjadi pemicu seseorang untuk benar benar melakukan bunuh diri.
Sesederhana apapun bantuan kita pastinya akan sangat berarti bagi mereka yang sedang mengalami masalah psikis. Tidak hanya dukungan keluarga dan tenaga profesional dibidang kesehatan mental. Masyarakatpun diharapkan mulai peduli mengenai hal ini.
Selain upaya rehabilitasi, aksi preventif untuk melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa juga diperlukan. Seharusnya, permasalahan kesehatan jiwa sudah dilakukan dari tingkat dasar, untuk melakukan upaya preventif dasar untuk masalah kejiwaan dari tingkat akar rumput, karena mencegah memang lebih baik daripada permasalahannya terus meningkat.
--------
*) Penulis adalah Psikolog Klinis di RSUD Wangaya Kota Denpasar, serta Psikolog dan Hipnoterapis di Denpasar Mental Health Centre.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Tahun ini, peringatan hari tersebut didukung penuh oleh WHO, the International Association for Suicide Prevention, dan United for Global Mental Health. Dikutip dari WHO, pencegahan bunuh diri menjadi fokus utama pada tahun ini. Hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun. Yang berarti bahwa satu orang meninggal setiap 40 detik.
Untuk Indonesia, data Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) pada 2010 mencatat angka bunuh diri mencapai 1,6 - 1,8 persen per 100.000 penduduk atau sekitar 5.000 orang per tahun.
Namun, tren peningkatan akan permasalahan tersebut, belum membuat isu kesehatan jiwa menjadi perhatian di daerah-daerah, karena terbukti bahwa anggaran di kabupaten dan kota untuk kesehatan jiwa itu hampir tidak ada, meski UU Kesehatan Jiwa sudah ada.
Banyak pertanyaan yang muncul mengapa seseorang bisa melakukan tindakan bunuh diri? Apakah dapat dikatakan orang tersebut termasuk orang yang kurang bersyukur atau terlalu lemah sehingga mudah putus asa?.
Seseorang yang melakukan bunuh diri biasanya disertai juga dengan beberapa keluhan mental, misalnya depresi, cemas, trauma, bipolar, skizophrenia dan bisa juga seseorang yang sedang dibawah pengaruh Napza atau latar belakang keluarga yang memiliki riwayat percobaan bunuh diri. Jadi sama sekali tidak ada kaitannya dengan kurangnya rasa bersyukur.
Biasanya, seseorang yang melakukan bunuh diri akan ada masa seseorang berada pada titik terendahnya, baik karena masalah percintaan, karier ataupun masalah keluarga. Lebih seringnya seseorang yang melakukan bunuh diri telah membicarakan atau setidaknya berpikiran memiliki keinginan untuk mati saja. Jarang, orang-orang disekitarnya yang paham tentang kondisi yang dialami oleh yang bersangkutan.
Kemudian apa yang dapat dilakukan jika orang-orang terdekat ternyata memiliki keinginan untuk bunuh diri? Bagaimana sikap kita? Menghadapi seseorang dengan keinginan bunuh diri bukanlah hal yang mudah. Anda perlu berpikir jernih dan melakukan serangkaian hal untuk membuat orang tersebut merasa nyaman. Jangan sampai Anda salah merespons.
Hal yang perlu diingat adalah seseorang dengan keinginan bunuh diri sesungguhnya diam-diam sedang mencari pertolongan orang lain. Dengan cara itu, mereka mengirimkan sinyal pada orang lain bahwa ada sesuatu yang tak beres dengannya. Misal membuat pesan di akun media sosial yang bertemakan tentang kematian.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi seseorang yang mencoba bunuh diri:
1. Jangan Meremehkan Obrolan.
Pertama, jangan anggap sepele obrolan terkait keinginan bunuh diri. Akan lebih baik jika Anda mendengarkan apa pun yang dibicarakannya, terlebih jika dia menunjukkan tanda-tanda bahaya.
Mengutip Mayo Clinic, ada beberapa tanda yang menggambarkan keinginan bunuh diri seseorang. Tanda-tanda itu di antaranya ketika seseorang berandai-andai meninggal, berharap ingin meninggal, mengalami gejala mood-swing atau perasaan yang berubah-ubah secara drastis, merasa hilang harapan, konsumsi alkohol serta obat-obatan, dan mengucapkan selamat tinggal seolah tak akan bertemu lagi. Jika tanda-tanda ini muncul, maka tak ada salahnya jika Anda bertanya secara langsung.
2. Jauhkan dari benda berbahaya.
Misalnya, racun serangga atau benda benda tajam yang berpotensi mencelakai dirinya saat keinginan untuk bunuh diri tidak dapat dibendung lagi.
3. Menjadi pendengar.
Bagi mereka yang berpikir untuk bunuh diri, harapan seolah tak ada lagi dunia dirasakan gelap. Mereka merasa tak menemukan jalan keluar dan tak ada satu pun yang peduli dengannya. Bunuh diri menjadi satu-satunya solusi yang muncul dalam benak.
Menjadi seorang pendengar yang baik menunjukkan bahwa kepedulian terhadap mereka masih ada. Anda bisa memulainya dengan bertanya tentang apa yang dirasakannya.
4. Tanyakan Kabar.
Meskipun terdengar sepele, tetapi dengan menanyakan kabar dan apa yang dirasakan hari ini dapat menunjukkan rasa kepedulian kita terhadap teman, keluarga atau siapapun , sehingga tidak merasa diabaikan.
5. Hubungi Tenaga Profesional Di Bidang Kesehatan Mental.
Jika dirasa keadaan belum darurat, ada baiknya seseorang dengan keinginan bunuh diri diajak berkonsultasi ke psikolog atau psikiater untuk mendapatkan solusi, psikoterapi dan jika dibutuhkan dapat juga menjalani farmako terapi guna memperbaiki kondisi psikis yang bisa menjadi pemicu seseorang untuk benar benar melakukan bunuh diri.
Sesederhana apapun bantuan kita pastinya akan sangat berarti bagi mereka yang sedang mengalami masalah psikis. Tidak hanya dukungan keluarga dan tenaga profesional dibidang kesehatan mental. Masyarakatpun diharapkan mulai peduli mengenai hal ini.
Selain upaya rehabilitasi, aksi preventif untuk melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa juga diperlukan. Seharusnya, permasalahan kesehatan jiwa sudah dilakukan dari tingkat dasar, untuk melakukan upaya preventif dasar untuk masalah kejiwaan dari tingkat akar rumput, karena mencegah memang lebih baik daripada permasalahannya terus meningkat.
--------
*) Penulis adalah Psikolog Klinis di RSUD Wangaya Kota Denpasar, serta Psikolog dan Hipnoterapis di Denpasar Mental Health Centre.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019