Sumba Barat Daya tak hanya memiliki keindahan alam pantai nan menawan namun juga menyimpan kekayaan kisah budaya yang menarik untuk disambangi.
Desa Adat Ratenggaro, terletak di dekat bibir pantai wilayah Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Tambolaka yang merupakan pusat kota.
Meski belum ada transportasi umum untuk mencapai ke sana dan masih harus menyewa kendaraan dari Tambolaka, akses jalanan dari Tambolaka menuju Ratenggaro cukup baik, kondisi jalan sudah beraspal dan terpelihara baik sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam waktu 1,5 hingga 2 jam saja.
Memasuki kawasan Desa Adat Ratenggaro, kita disambut jajaran kuburan batu besar mirip menhir lengkap dengan ukiran tatah aksara kuno. Ratenggaro memiliki arti yaitu "Rate" yang berarti kuburan, sedangkan "Garo" yang artinya orang-orang Garo.
"Ada sekitar 300-an kubur batu di atas (Desa Adat Ratenggaro), kalau di bawah sini (dekat pantai Ratenggaro) ada tiga, tiga-tiga ini memiliki kedudukan khusus dulunya makanya batu makamnya besar-besar dan ukirannya bagus," kata Samuel, salah seorang warga Kodi Bangedo pada ANTARA, Kamis (3/10).
Desa yang berudara sejuk meski matahari bersinar terik itu terdiri dari deretan rumah adat yang disebut "Uma Kelada" yakni rumah panggung empat tingkat dengan ciri khas menara menjulang tinggi mencapai 15 meter.
Baca juga: Perdesaan di Bali Dipandang Berkekuatan Magis
Atapnya terbuat dari jerami dan tinggi rendahnya atap dibuat berdasarkan status sosial.
Lantai paling bawah digunakan sebagai tempat hewan peliharaan, tingkat kedua adalah tempat pemilik rumah tinggal bersama, tingkat ketiga adalah tempat untuk menyimpan hasil panen.
"Paling atas tempat untuk meletakkan tanduk kerbau sebagai simbol tanda kemuliaan," kata Samuel.
Keelokan Desa Adat Ratenggaro memikat hati Puteri Indonesia 2005 yang kini aktif jadi pegiat lingkungan hidup Nadine Chandrawinata.
Saat mengunjungi desa tersebut, Nadine tampak sangat menikmati bercengkrama dengan anak-anak desa yang mengerumuni dia.
Wakil Indonesia di Miss Universe 2006 itu mengaku senang pergi ke tempat wisata yang memberinya "cerita".
"Sumba selalu jadi favoritku. Aku sudah empat kali trip ke Sumba, tapi ini yang pertama ke sini. Di sini penuh dengan filosofi, setiap kain, alat musik semua ada ceritanya," kata Nadine.
Sayangnya, potensi keindahan wisata dan budaya di daerah itu tampaknya belum digarap maksimal oleh pemerintah daerah. Selain tak ada transportasi umum yang memadai, tak ada fasilitas umum tampak di sekitar daerah wisata tersebut
Pemerintah setempat tak memberi komentar lebih lanjut saat dihubungi ANTARA terkait rencana pengembangan wisata di daerah tersebut.
Jika ingin mampir melihat kehidupan di Desa Adat Ratenggaro, jangan lupa membawa oleh-oleh untuk anak-anak desa yang akan senang jika diberi biskuit atau permen dan cokelat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019
Desa Adat Ratenggaro, terletak di dekat bibir pantai wilayah Desa Umbu Ngedo, Kecamatan Kodi Bangedo berjarak kurang lebih 40 kilometer dari Tambolaka yang merupakan pusat kota.
Meski belum ada transportasi umum untuk mencapai ke sana dan masih harus menyewa kendaraan dari Tambolaka, akses jalanan dari Tambolaka menuju Ratenggaro cukup baik, kondisi jalan sudah beraspal dan terpelihara baik sehingga perjalanan dapat ditempuh dalam waktu 1,5 hingga 2 jam saja.
Memasuki kawasan Desa Adat Ratenggaro, kita disambut jajaran kuburan batu besar mirip menhir lengkap dengan ukiran tatah aksara kuno. Ratenggaro memiliki arti yaitu "Rate" yang berarti kuburan, sedangkan "Garo" yang artinya orang-orang Garo.
"Ada sekitar 300-an kubur batu di atas (Desa Adat Ratenggaro), kalau di bawah sini (dekat pantai Ratenggaro) ada tiga, tiga-tiga ini memiliki kedudukan khusus dulunya makanya batu makamnya besar-besar dan ukirannya bagus," kata Samuel, salah seorang warga Kodi Bangedo pada ANTARA, Kamis (3/10).
Desa yang berudara sejuk meski matahari bersinar terik itu terdiri dari deretan rumah adat yang disebut "Uma Kelada" yakni rumah panggung empat tingkat dengan ciri khas menara menjulang tinggi mencapai 15 meter.
Baca juga: Perdesaan di Bali Dipandang Berkekuatan Magis
Atapnya terbuat dari jerami dan tinggi rendahnya atap dibuat berdasarkan status sosial.
Lantai paling bawah digunakan sebagai tempat hewan peliharaan, tingkat kedua adalah tempat pemilik rumah tinggal bersama, tingkat ketiga adalah tempat untuk menyimpan hasil panen.
"Paling atas tempat untuk meletakkan tanduk kerbau sebagai simbol tanda kemuliaan," kata Samuel.
Keelokan Desa Adat Ratenggaro memikat hati Puteri Indonesia 2005 yang kini aktif jadi pegiat lingkungan hidup Nadine Chandrawinata.
Saat mengunjungi desa tersebut, Nadine tampak sangat menikmati bercengkrama dengan anak-anak desa yang mengerumuni dia.
Wakil Indonesia di Miss Universe 2006 itu mengaku senang pergi ke tempat wisata yang memberinya "cerita".
"Sumba selalu jadi favoritku. Aku sudah empat kali trip ke Sumba, tapi ini yang pertama ke sini. Di sini penuh dengan filosofi, setiap kain, alat musik semua ada ceritanya," kata Nadine.
Sayangnya, potensi keindahan wisata dan budaya di daerah itu tampaknya belum digarap maksimal oleh pemerintah daerah. Selain tak ada transportasi umum yang memadai, tak ada fasilitas umum tampak di sekitar daerah wisata tersebut
Pemerintah setempat tak memberi komentar lebih lanjut saat dihubungi ANTARA terkait rencana pengembangan wisata di daerah tersebut.
Jika ingin mampir melihat kehidupan di Desa Adat Ratenggaro, jangan lupa membawa oleh-oleh untuk anak-anak desa yang akan senang jika diberi biskuit atau permen dan cokelat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019