Denpasar (Antara Bali) - Dua warisan kebudayaan daerah berupa alat musik Sasando asal Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Noken asal Papua telah didaftarkan kepada organisasi dunia di bidang pendidikan dan kebudayaan (UNESCO).
"Kedua alat tersebut sudah didaftarkan kepada UNESCO. Bahkan kami khawatirkan akan hilang, bukan karena diklaim negara lain. Tetapi lebih karena mereka yang menggeluti musik Sasando dan Noken semakin habis," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Budi Priyadi, di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, dengan pengakuan dari UNESCO nantinya akan ada kewajiban untuk terus melestarikan dua warisan kebudayaan Indonesia itu.
Ia mengatakan, untuk Sasando, biasanya memiliki 23 senar. Namun diharapkan penggunaan senar terus ditingkatkan menjadi 40 senar.
"Kita harapkan ini bisa disetujui oleh UNESCO. Sebab, bukan hanya Indonesia yang mendaftarkan warisan kebudayaannya ke UNESCO," kata Budi Priyadi.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011
"Kedua alat tersebut sudah didaftarkan kepada UNESCO. Bahkan kami khawatirkan akan hilang, bukan karena diklaim negara lain. Tetapi lebih karena mereka yang menggeluti musik Sasando dan Noken semakin habis," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Budi Priyadi, di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, dengan pengakuan dari UNESCO nantinya akan ada kewajiban untuk terus melestarikan dua warisan kebudayaan Indonesia itu.
Ia mengatakan, untuk Sasando, biasanya memiliki 23 senar. Namun diharapkan penggunaan senar terus ditingkatkan menjadi 40 senar.
"Kita harapkan ini bisa disetujui oleh UNESCO. Sebab, bukan hanya Indonesia yang mendaftarkan warisan kebudayaannya ke UNESCO," kata Budi Priyadi.(**)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011